Zuster Theresia
Zuster Theresia adalah film Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tahun 1932 yang disutradarai M. H. Schilling dengan bantuan Wong Bersaudara. Film yang dibintangi Henk Maschhaup, Daisy Diephuis, dan Alle Heymann ini mengisahkan seorang pemuda dan hubungannya dengan dua wanita. Film ini gagal di pasaran dan menjadi film terakhir yang dibuat Schilling. Kegagalan tersebut juga mengakibatkan Wong Bersaudara berhenti membuat film selama dua tahun.
Zuster Theresia | |
---|---|
Sutradara |
|
Pemeran |
|
Perusahaan produksi | Halimoen Film |
Tanggal rilis |
|
Negara | Hindia Belanda |
Alur
suntingBob (Hugo de Rode) meninggal tidak lama setelah selesai menuntut ilmu di Belanda. Teman sekelasnya, Henk (Henk Maschhaup) pergi ke Hindia Belanda, tempat ayah Bob, Gelder (M. H. Schilling), mendirikan kebun anggrek kecil di luar Bandung. Henk mulai membantu keuangan keluarga Bob dan menikahi adik Bob, Daisy (Daisy Diephuis). Sayangnya, Daisy gemar berpesta dan berdansa sampai-sampai anak mereka, Baby (Carl Schilling), ditinggal sendirian.
Henk memanggil sepupunya, Flora (Alle Heymann), untuk membantu mengurus Baby dan mulai jatuh cinta dengannya. Ketika Baby sakit, Flora merawatnya. Kedekatan mereka membuat Daisy cemburu. Ia kabur ke Pelabuhan Ratu dan berusaha bunuh diri dengan menceburkan diri ke laut, tetapi gagal. Flora dan Henk menikah. Tetapi setelah Daisy pulang, Flora dipaksa membatalkan pernikahanya dan meninggalkan rumah mereka. Flora bergabung dengan kelompok biarawati dan menjadi Suster Theresia.
Produksi
suntingZuster Theresia disutradarai M. H. Schilling yang dikenal karena film-film komedinya. Schilling menyiapkan skenario dan produksi film[1] sambil menyesuaikan alurnya dengan kehidupan sehari-hari di Hindia Belanda.[2] Schilling juga dikenal karena sering menyertakan budaya pribumi dan Indo di film-filmnya. Ia memasukkan unsur tersebut ke film Zuster Theresia.[3]
Penyutradaraan aktifnya dilakukan oleh Wong Bersaudara, keluarga etnis Cina yang rajin membuat film khusus penonton Cina. Karena Zuster Theresia ditujukan pada penonton Belanda, sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran berpendapat bahwa kreativitas Wong Bersaudara berkurang.[1]
Film ini adalah karya terakhir Halimoen Film.[3] Ini adalah film suara, tetapi kualitasnya buruk.[4] Film suara pertama di Hindia Belanda, Karnadi Anemer Bangkong, dirilis tahun 1930.[5] Posternya menekankan budaya Belanda dan hanya menampilkan Flora, pemeran Suster Theresia, sedang berdoa disertai teks di atas dan bawah gambar. Saat menyusun daftar poster film Indonesia terbaik sepanjang masa untuk Tabloid Bintang, Ade Irwansyah menempatkan poster Zuser Theresia di peringkat ke-20. Ia menyebut kesederhanaan poster ini memperkuat citra seorang suster yang sedang berdoa.[6]
Rilis dan tanggapan
suntingFilm ini dirilis di Hindia Belanda pada tahun 1932,[1] sayangnya gagal di pasaran. Film ini tidak diedarkan di Belanda. Meski target penonton utamanya adalah orang Belanda, kaum pribumi berpendidikan seperti Armijn Pane juga dikabarkan ikut menonton. Film ini adalah karya terakhir Schilling[7] dan Wong Bersaudara berhenti dari dunia perfilman sampai 1934, ketika mereka bekerja sama dengan Albert Balink dalam pembuatan Pareh (1936).[8]
Lihat pula
suntingReferensi
suntingCatatan kaki
- ^ a b c Biran 2009, hlm. 126.
- ^ Biran 2009, hlm. 127.
- ^ a b Biran 2009, hlm. 128.
- ^ Biran 2009, hlm. 135.
- ^ Biran 2009, hlm. 137, 380.
- ^ Irwansyah 2011, 20 Poster Film.
- ^ Biran 2009, hlm. 190.
- ^ Biran 2009, hlm. 143.
Daftar pustaka
- Biran, Misbach Yusa (2009). Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa (dalam bahasa Indonesian). Komunitas Bamboo working with the Jakarta Art Council. ISBN 978-979-3731-58-2.
- Irwansyah, Ade (8 March 2011). "20 Poster Film Indonesia Terbaik Sepanjang Massa (IMHO)". Tabloid Bintang (dalam bahasa Indonesian). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-05. Diakses tanggal 19 August 2011.
Pranala luar
sunting- Zuster Theresia di IMDb (dalam bahasa Inggris)