Bahasa Sunda pada masa Kolonial Belanda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 66:
=== Koloni Kerajaan Belanda ===
[[Berkas:Nederduitsch Maleisch en Soendasch woordenboek (page 4 crop).jpg|jmpl|Kamus Belanda-Melayu-Sunda (Wilde 1841)]]
Sejak [[1818|tahun 1818]], pemerintah kolonial Belanda mulai menggalakkan penyebaran pengetahuan mengenai [[Bahasa di Indonesia|bahasa-bahasa pribumi]] yang ada di Hindia Belanda kepada para [[Orang Indo|pemukim asal Eropa]] agar mereka bisa menguasai dan menuturkannya secara lancar dengan dasar hukum ''Regeringsreglement van 1818'' pasal 100, aturan tersebut kemudian diperbarui agar hanya berlaku untuk para pegawai bangsa Eropa saja dengan ''Regeringsreglement van 1827''.{{Efn|''Regeringsreglement'' ialah konstitusi yang memuat peraturan pokok mengenai kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang bersumber pada Gubernur Jenderal sebagai penguasa tunggal dan tertinggi di pusat pemerintahan. Ia juga dapat disepadankan dengan [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|UUD]] pada masa sekarang.}}{{Sfnp|Kurnia|2021|pp=5}} Bahasa Sunda sendiri mulai disadari keberadaan pentingnya oleh Andries De Wilde, seorang [[Penguasaan tanah|tuan tanah]] di [[Kota Sukabumi|Sukabumi]]. Ia mulai mempelajari dan kerap mempraktekkan kemampuan berbahasa Sundanya itu sejak tahun 1813-1821. Dalam bukunya, ia menuliskan pengalamannya berbicara bahasa Sunda kepada para pekerja lokal yang hendak meminum [[kopi]]. Ia
[[Berkas:A dictionary of the Sunda language of Java (page 8 crop).jpg|jmpl|ki|Kamus Sunda-Inggris (Rigg 1862), memuat 9.308 lema]]
|