Katoba: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arzan 88 (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
 
(13 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''''Katoba''''' merupakan salah satu upacara adat keagamaan [[Islam]] masyarakat [[Suku Muna]] di [[Sulawesi Tenggara]], [[Indonesia]], bagi anak-anak berusia menjelang [[akil balik]] (6 sampai 12 tahun).<ref name=hadirman2010>Hadirman (2010) [http://ekolinguistik-tradisilisan.blogspot.fr/2013/02/tradisi-lisan-etnik-munasulawesi_1442.html Tradisi Lisan Etnik Muna, Sulawesi Tenggara dan Fungsinya dalam Pelestarian Lingkungan]. Seminar Internasional Tradisi Lisan VII di Bangka Belitung, 19-22 November 2010.</ref> Pada upacara adat ini, anak-anak diberi sejumlah nasihat oleh seorang [[Imam (Islam)|imam]]. Upacara ini biasanya dilakukan sehari setelah upacara ''kangkilo'', yaitu [[khitan]].<ref>Lestariwati (2012) ''Tradisi Lisan ''Karia'' pada Masyarakat Muna di Sulawesi Tenggara (Perubahan dan Keberlanjutan)''. Tesis Magister. Depok: Program Studi Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.</ref> Menurut tradisi, upacara ini sudah dilakukan sejak zaman pemerintahan raja Muna bernama La Ode Abdul Rahman yang konon menerima tradisi ini dari seorang [[sufi]] keturunan [[Arab]] bernama Syarif Muhammad alias Saidhi Raba.<ref>Supriyanto; Niampe, L.; Syukur, L.O.; Anwar, M. (2009) ''Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara''. Kendari: Universitas Muhammadiyah Kendari.</ref>
=Upacara Adat Katoba=
 
Pada upacara ini, anak laki-laki maupun perempuan mengenakan pakaian tradisional dan riasan, lalu dipikul di atas bahu oleh anggota-anggota keluarganya atau berjalan kaki ke rumah pemuka agama. Di sana, pemuka agama tersebut memberikan sejumlah nasihat agar anak-anak tersebut menjalankan perintah Allah dan dilarang berdosa kepada [[Allah (Islam)|Allah]], [[Muhammad|Nabi]], dan sesama manusia.<ref>Couvreur, J. (2001) ''Sejarah dan Kebudayaan Masyarakat Muna''. Kupang: Artha Wacana Press.</ref> Berikut ini adalah "kalimat tobat" yang dinasihatkan kepada anak-anak di dalam upacara ini:<ref name=hadirman2009>Hadirman (2009) ''Fungsi Sosial Budaya Bahasa Muna dalam Konteks Katoba''. Tesis Magister. Denpasar: Program Studi Linguistik Pascasarjana, Fakultas Sastra, Universitas Udayana.</ref>
<br />
:''Amamu motehie folumo kabholosino Allah Taala'';
'''Upacara Adat Katoba''' merupakan salah satu upacara adat yang diselenggarakan oleh masyarakat suku Muna terutama yang bermukim di [[Pulau Muna]], [[Sulawesi Tenggara]].
:''Inanmu motehie folumo kabholosino anabi Muhamadhi'';
<br />
:''Isamu angkafie folumo kabholosino malaekati'';
Istilah Katoba beradal dari kata toba. Kata Toba sendiri berasal dari bahasa Arab yakni taubah yang berarti menyesal. Secara harfiah taubah dapat berarti menyesali semua perbuatan buruk yang pernah dilakukan dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali dikemudian hari. Dalam bahasa Indonesia, kata taubah diserap menjadi kata taubat. Orang yang sudah bertaubat artinya akan kembali ke ajaran Islam dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. <br />
:''Aimu asiane, piarae folumo kabholosino o muumini.''
Kata toba dalam masyarakat muna dapat berarti suci, artinya mengembalikan sesuatu ke keadaan suci atau menjadikan sesuatu menjadi suci. Kata katoba sendiri dapat berarti penyucian. Seorang anak yang ‘di-katoba’ berarti mengembalikan anak itu ke keadaan suci, untuk menjadi Islam sejati. Pada zaman dahulu, anak yang belum ‘dikatoba’ belum diperkenankan untuk menyentuh kitab Alqur’an, masuk ke dalam mesjid ataupun mendirikan sholat sebab anak tersebut belum suci. Namun saat ini seorang anak walaupun belum ‘dikatoba’ sudah dapat belajar membaca Al Qur’an, belajar sholat, berpuasa dan lain-lain. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa “dikatoba” berarti diislamkan. Katoba dapat berarti pengislaman. Seorang anak sudah harus menjalani upacara katoba sebelum beranjak dewasa/balig.
 
:'Bapakmu, takutilah sebagai pengganti [[Allah (Islam)|Allah Taala]] yang tidak tampak di mata;
:'Ibumu, takutilah sebagai pengganti [[Muhammad|Nabi Muhammad]] yang tak tampak di mata;
:'Kakakmu, ikutilah sebagai pengganti [[malaikat]] yang tak tampak di mata;
:'dan adikmu, sayangilah, peliharalah, sebagai pengganti [[mukmin]] yang tak tampak, dialah mukminmu.'
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Upacara adat di Indonesia]]