Abdurrasyid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{Infobox Ulama Muslim |notability = Pengarang kitab Perukunan Melayu |thn_lahir_m = 1844 |glr_islam_dpn = Tuan Guru Haji |nama = Abdurra...' Tag: |
k →Referensi: clean up |
||
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 22:
|tempat_makam = Samping halaman rumah pribadi
}}
'''[[Kyai|Tuan Guru]] [[Haji (gelar)|Haji]] Abdurrasyid''' adalah seorang [[ulama]] [[muslim]] yang lahir pada tahun [[1844]] di Desa [[Pakapuran, Amuntai Utara, Hulu Sungai Utara]]. Beliau wafat karena sakit setelah dirawat di rumah pribadi pada Ahad, [[4 Februari]] [[1934]] bertepatan 19 Safar 1353 [[Kalender Hijriyah|H]] dan dimakamkan keesokan harinya di samping halaman rumah.<ref>Abdul Muthalib Mohjidin (ed), Lima Puluh Tahun Perguruan Islam Rasyidiyyah Khalidiyyah (RAKHA), (Amuntai: Rakha, 1972)</ref><ref>Abdullah Karim dan Ahdi Makmur, Ulama pendiri Pondok Pesantren di Kalimantan Selatan,(Banjarmasin: PPIK Antasari, 2006)</ref>
== Biografi ==
Pada tahun [[1884]], Tuan Guru Haji Abdurrasyid lahir dari keluarga petani sederhana yang taat beragama, Haji Ramli dan Khadijah. Beliau mempelajari [[Al-Qur'an]] dari seorang guru di kampung saat teman-teman beliau bersekolah di ''Inlandsche School'' dan khatam pada usia tujuh tahun.<ref>''50 Tahun Perguruan Islam Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan 1922-1972'', hlm. 23.</ref>
Tuan Guru Haji Abdurrasyid menuntut pelajaran agama Islam di pesantren-pesantren dan rumah-rumah guru agama dari kampung ke kampung dengan izin orang tua. Beliau mengikuti kuliah pada 1912 di [[Universitas Al-Azhar]], [[Kairo]] selama sepuluh tahun.<ref>''50 Tahun Perguruan Islam Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan 1922-1972'', hlm. 23-24.</ref>
Tuan Guru Haji Abdurrasyid bertindak sebagai pengajar dengan sistem [[halaqah]] di rumah sendiri.<ref group="Catatan kaki">Halaqah adalah wetonan dimana kyai atau tuan guru membacakan kitab dan santri menyimak dengan duduk di samping. Santri yang sudah mampu dan pandai, disebut sorogan/bandungan menyorong kitab untuk dibacakan kepada kyai.</ref> Seiring waktu, daya tampung rumah beliau menjadi tidak mungkin lagi karena santri yang berdatangan sangat banyak. Sebuah surau yang berseberangan dengan rumah beliau di tepi [[Sungai Tabalong]] menjadi tempat baru dibarengi pergantian sistem penyelenggaraan yang dilengkapi dengan meja, kursi dan papan tulis yang klasikal.<ref>''50 Tahun Perguruan Islam Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan 1922-1972'', hlm. 24.</ref>
Setelah itu, Tuan Guru Haji Abdurrasyid hanya memberikan nasihat kepada seluruh santri secara umum pada saat tertentu. Sistem estafet atau yang beliau sebut "beranting" digunakan.<ref group="Catatan kaki">Kelas tertinggi yang beliau ajari ditugaskan untuk mengajar kelas di bawahnya.</ref> Masyarakat menyambut dengan baik sistem pengajaran yang digunakan beliau. Kampung Pakapuran menjadi ramai dan para penuntut ilmu yang datang dari berbagai tempat bahkan sebagian yang jauh sampai ''memondok'' di rumah penduduk sekitar surau.<ref>''50 Tahun Perguruan Islam Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan 1922-1972'', hlm. 25.</ref>
== Bibliografi ==
* [[Perukunan Melayu]]
== Catatan kaki ==
<references group="Catatan kaki" />
== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Ulama Banjar]]
{{Ulama-stub}}
|