Kongsi Laita: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k efektifitas → efektivitas
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Logo_gkps1.gif|ka|jmpl|238px|Logo GKPS]]
 
'''Kongsi Laita''' adalah salah satu gerakan swadaya masyarakat Kristen- Simalungun yang didirikan pada tanggal 15 November 1931<ref>Susukkara 2006, Kolportase GKPS, 2006.</ref> di [[Sondi Raya, Raya, Simalungun|Sondi Raya]] (dekat [[Pematang Raya, Raya, Simalungun|PematangPamatang Raya]]) untuk mengabarkan [[Injil]] pada seluruh orang [[Suku Simalungun|Simalungun]] yang masih memeluk [[agama]] suku. Kesuksesan gerakan ini turut memperluas daerah pelayanan Kongsi Laita dari Sondi Raya ke seluruh daerah [[Kabupaten Simalungun|Simalungun]] hingga akhirnya diakui sebagai satu seksi dalam HKBP Simalungun. Saat ini nama Kongsi Laita diabadikan sebagai nama sebuahsatu Jemaat [[Gereja Kristen Protestan Simalungun]] (GKPS) di Sondi Raya dan pekan lahirnya kongsi ini diperingati tiap tahunnya oleh GKPS sebagai Minggu ''Bapa'' (Bapak).
 
== Kelahiran ==
Kesuksesan ''Comite Na Ra Marpodah Simalungun'' (gerakan orang Kristen-Simalungun untuk memajukan suku Simalungun melalui percepatan pengabaran Injil) dalam meningkatkan penyebaran Injil bagi orang Simalungun dengan digunakannya penggunaan [[bahasa Simalungun]] sebagai bahasa pengantar (berlawanan dengan [[bahasa Toba|bahasa]] [[SukuBatak Toba|Toba]] yang digunakan RMG ,''Rheinische Missions-Gesselschaft'', gerakan pengabaran Injil dari [[Jerman]]), turut menumbuhkan semangat seluruh orang [[Kristen]] Simalungun di berbagai daerah untuk turut menyebarkan Injil, dan untuk itu diperlukan komunitas yang terorganisir.
 
Seusai kebaktian [[minggu]] pada tanggal 15 November 1931, beberapa orang Kristen-Simalungun dari Sondi Raya sepakat untuk mengadakan rapat di rumah Gomar [[Saragih]] untuk membentuk suatu organisasi pekabaran [[Injil]]. Rapat tersebut dihadiri oleh:<ref>J.B. Saragih, Sejarah GKPS Sondi Raya, hlm.19.</ref>
Baris 38:
Gerakan ini berusaha menyebarkan Injil dengan cara dan pendekatan yang memanfaatkan kultur Simalungun. Selain menggunakan bahasa Simalungun sebagai pengantar, komunitas ini juga menggunakan [[adat]] Simalungun dalam mengabarkan Injil.
Sebelum berkunjung ke rumah orang yang hendak di-injili, diadakan acara pendahuluan berupa "''manurduk demban sayur'',"<ref>''Manurduk demban sayur'' yaitu adat Simalungun yang memberikan selembar sirih yang dilengkapi pinang, gambir dan kapur pada orang yang hendak diajak berdialog untuk menunjukkan itikad baik.</ref> atau menyajikan makanan adat "''dayok na binator''."<ref>''Dayok na binatur'', adalah makanan adat Simalungun yang selalu disertakan dalam setiap upacara/perhelatan adat Simalungun berupa ayam yang dimasak dan diatur sedemikian rupa berbentuk ayam yang hidup.</ref>
Dalam pengabaran Injil mereka mengganti istilah "''zending''" dengan istilah "''Mangarah''"<ref>''Mangarah'' (bahasa Simalungun) berarti mengajak seseorang ke arah yang baik, tidak pernah digunakan untuk hal negatif.</ref> yang maknanya lebih mendalam bagi orang Simalungun.<ref>P. Saragih, Pekabaran Injil dalam ''Ambilan pakon Barita'' edisi Jubileum/September 1978, hlm. 41.</ref> Kedalaman hubungan dengan orang yang diinjili juga semakin dekat secara emosionil dengan "''[[Partuturan Simalungun|Martutur]]''."<ref>''[[Partuturan Simalungun|Martutur]]'' adalah saling menunjukkan hubungan kekerabatan dengan membicarakan asal-usul, marga dan kampung asalnya.</ref><ref>Wawancara dengan Ny. J.D. Girsang br. Sumbayak, Sondi Raya, 8 Januari 2003, dalam Juandaha Raya P. Dasuha, Martin Lukito Sinaga, Tole! Den Timorlanden Das Evangelium!, Kolportase GKPS, 2003, hlm.191.</ref>
 
Misi pekabaran Injil sangat diutamakan oleh komunitas ini sehingga terciptalah aturan kongsi (''pati-patian ni kongsi'') yang berbunyi: "''Anggo marsahap ham atap ija pe pakon sada halak, gabe anggo marbuali ningon ma bani hata palimakababahkon mansahapkon hata ni Naibata. Siotikon anggo samah Kristen manungkun atap marminggu do ia. Anggo naso tinanda gabe sungkunon atap na dob marminggu do ia''"<ref>J.B. Saragih, Sejarah GKPS Sondi Raya, hlm. 20.</ref> (bahasa Simalungun, artinya: Kalau anda berbicara dengan seseorang di mana saja, haruslah anda selipkan firman Tuhan pada kalimat kelima. Minimal kalau pada sesama orang Kristen menanyakan apakah dia mengikuti kebaktian minggu. Kalau dengan orang yang tidak dikenal hendaknya ditanyakan apakah ia sudah beragama Kristen).
Baris 80:
[[Kategori:Sejarah Gereja Indonesia|Laita, Kongsi]]
[[Kategori:Simalungun|Laita, Kongsi]]
[[Kategori:Gereja Kristen Protestan Simalungun]]