Marga Nias sunting

Mohon untuk tidak menghapus infobox pada marga berikut ini: Zamago , Gulo dll selagi berkaitan dengan artikel. Jika Anda punya infobox marga Nias sendiri yang kiranya sesuai mohon ditambahkan. Terima kasih.

Halo, kawan. Coba lihat halaman Zega. Pencet ini. Salah satu Wikipediawan Nias sendiri menolak memasukkan infobox tersebut karena itu mmg infobox yang disalin dari infobox Batak oleh Pengguna:GreatLine. Coba lihat semua parameter dari infobox tersebut, sangat bernuansa Batak dan tidak representatif terhadap mado Nias. Jika mau menambahkan infobox Mado Nias, terlebih dahulu suntinglah halaman Templat:Infobox Marga Nias agar layak dan mandiri dengan semua kekhususan mado Nias. Kris Simbolon (bicara) 13 Mei 2023 02.20 (UTC)Balas
Ok kawan. Saya kira infobox yang ada dalam marga2 tersebut sudah tepat.
Kalo menurutku kawan, kita perhatikan dulu lah Templat:Infobox Marga Nias, sebisa mungkin melibatkan sebanyak mungkin Wikipediawan Nias yang paham tentang karakteristik mado Nias. Karena ada bbrp parameter di situ yg gk sesuai dengan konsep marga di Nias. Kalau kita rasa sudah sangat representatif (cocok dan mewakili) penggunaan mado Nias, baru kita tambahkan di halaman artikel mado-mado Nias. Satu lagi, kalo habis berkomunikasi di halaman pembicaraan gini, jangan lupa kasih tanda tangan (berupa ~~~~; empat tanda ~) di akhir pesanmu, ya kawan. Biar mudah dibaca pesan kita dua. Kris Simbolon (bicara) 13 Mei 2023 02.20 (UTC)Balas

Pengembalian sunting

Horas.... Shalom. Kenapa dibalikkan lagi suntingan saya ? Bukankah saya menyunting, juga menyertakan referensinya.

Apa alasan anda membalikkan hasil suntingan saya ? Mari kita diskusi. Kalau boleh saya tahu Simbolon apa anda ? Trims. Lumban82 (bicara) 8 Mei 2023 11.40 (UTC)Lumban82 (bicara) 8 Mei 2023 11.01 (UTC)Balas

Horas Amang Uda naburju jala nasiat marpanganju.
Aku Simbolon Tuan Juara Bulan nomor 14.
Suntingan Amang Uda itu mmg benar adanya, bahwa Manihuruk berasal dari garis Munte, berdasarkan buku J.C. Vergouwen "Het Rechtsleven Der Toba-Bataks". Dlm buku ini bahkan, dituliskan juga nama "Manik Uruk" (Penulisan nama ini juga harus kita sertakan di artikel karena itu bagian dri nama marga ini, agar jelas pula nantinya kenapa jika ditulis serangkai, namanya dibaca Manihuruk. Ini paralel dng misal frasa: Pultak dan Mamultahi, dll).
Sdgkan di buku W.K.H. Ypes "Bijdrage
Tot De Kennis Van De Stamverwantschap,
De Inheemsche Rechtsgemeenschappen En
Het Grondenrecht Der Toba en Dairibataks", dia gk mencatat rinci sampai ke Manihuruk. Simbolon juga gk dicatat dia rinci apa turunannya. Namun, bukan berarti catatan dia perlu diabaikan juga maksud saya, tpi perlu dibandingkan dng sumber pelengkap dri internal marga. Buku ini cocok sbg penunjuk garis besar saja.
Karena itulah, makanya kita bandingkan juga dng Tarombo Raja Sitempang, yg di artikel ini dimuat oleh Amang Uda A.S.M. Sigalingging. Di tarombo ini jelas dikatakan bahwa Tanjabau itu adalah keturunan Raja Sitempang. Sdg, dalam buku W.K.H. Ypes dijelaskan bahwa Tanjabau adalah keturunan tertua Munte. Jadi, sbnrnya keduanya saling melengkapi. Akan terlihat seperti kontradiksi, jika salah satunya dibuang. Makanya, menurutku, baiknya silsilah di Infobox jangan dimasukkan dlu, karena hanya memuat nama Tanjabau.
Kalau menurut Amang Uda, harusnya kekmana artikel itu Amang Uda?
Smoga kita bisa tuliskan yg terbaik ya Amang Uda.
Horas. Kris Simbolon (bicara) 8 Mei 2023 11.42 (UTC)Balas
Terkait tulisan "Manik Uruk" dalam buku vergouwen tidak ada, yg ada adalah "Simanik Oerouk" (lihat halaman 11), dan saya rasa itu hanya salah pengetikan aja oleh Vergouwen dulunya.
Sudahkah membaca tarombo dlm buku Vergouwen ? Disitu disebutkan bahwa Simbolon Altong anak tertua dan yg kedua Simbolon Tuan, ini jauh berbeda dgn buku Wkh Ypes yg menyebutkan Si Tuan Raja (Tuan na Hoda)yg tertua dan anak kedua Altong na Begu.
Sudahkah membaca buku W.K.H Ypes ??
Ada kok dituliskan ttg Manihuruk bahkan sampai keturunannya yaitu raja pane toba (Sidauruk, Turnip, Sitio) lihat halaman 591.
Simbolon jg ada lengkap sampai keturunannya Ompu Tuan Nahoda Raja yaitu Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Turutan, Pinayungan, Nahampun (Si Onom Hudon/Kodin) lihat halaman 593.
Justru menurut saya lebih akurat tarombo dlm buku W.K.H. Ypes walaupun tidak ada disebutkan ttg Raja Sitempang.
Menarik bagi saya adalah dalam buku WKH Ypes, keturunan Munte Tua hanya disebutkan ada 2 saja yaitu Tanja Bau dan yg kedua "?" siapakah nama adiknya ompung Tanja Bau, ini yg masih saya telusuri.
Tentu hal ini berbeda dgn tarombo yg disusun oleh Bapatua A.E. Manihuruk (Op. Tunggul) maupun tarombo yg terdapat dlm buku W. Hutagalung.
Memang saya belum pernah membaca buku tarombo karangan Sitanggang yg dimuat oleh Ompung A.S.M. Sigalingging, bahkan kalian Simbolon tidak mengakui tarombo tsb.
Saya akui memang artikel yg saya buat ini masih jauh dari sempurna krn saya mengerjakannya sambil bekerja dikantor.
Silahkan berikan tanggapan amangtua, saya senang kita diskusi. Lumban82 (bicara) Lumban82 (bicara) 8 Mei 2023 12.59 (UTC)Balas
Semua dokumen yang kita bicarakan ini Amang Uda, udah kubaca dalam bhs Belanda-nya. Di halaman 11 buku J.C. Vergouwen itu lah, Manik Uruk yg kumaksudkan itu. Di situ, dia menuliskannya Simanik Uruk. Dan yg bagian ini, bukan salah ketik. Ini alternatif penulisan dri Si Manik Uruk itu. Perlu kita ingat, dlm bhs Batak Toba, ketika "k" bergabung dng suku kata lain utk membentuk kata baru, dia menjadi bunyi "h". Kuharap kita sebagai penutur bhs Batak, gk lupa ini biar gk bingung.
Kedua, kita harus menerima semua catatan ini (karna ditulis secara ilmiah) dng tidak menyalahkan satu sumber lainnya secara total. J.C. Vergouwen ini ngambil data sebagian besar dari W.M. Hutagalung (1926). Beliau ini ahli hukum di Belanda, jadi konteks tulisan dia adalah narasi legal. Menjawab pertanyaan, apa, kenapa, dan bagaimana. Shg, dia menjelaskan logika hukum, kenapa marga bersaudara, darimana persaudaraan itu, dan bagaimana persaudaraan itu dijalankan dlm tataran hukum praktis sehari-hari. Dia gk perlu benar dlm menentukan nama keturunan dan siapa yg sulung. Dlm hal tarombo Simbolon misalnya, dia salah menempatkan urutan, karena Tuan Nahoda Raja I lah keturunan sulung marga Simbolon (dari Tunggul Sibisa yang bergelar Tuan Suri Raja). Kemudian, dlm penulisan nama Tuan Juara Bulan juga. Dia gk perlu tahu siapa Tuan Juara Bulan, siapa ibunya, siapa nama kecilnya, sehingga dia hanya menuliskan Panihai (dlm dokumen lain, ditulis Tihai Raja). Padahal, nama kecilnya adalah Si Bulan, kemudian dia juga dinamai Si Marhite Dalan. Setelah magodang dan marharajaon lah, dia dikenal sbg Tuan Juara Bulan.
Kemudian, W.K.H. Ypes bukan ahli hukum, bukan pula budayawan. Dia adalah asisten residen yg peduli dng kebudayaan Batak. Dlm pemerintahannya, dia hidup sezaman dng Ompu i Si Singamangaraja XII, dan aktif mengupayakan perdamaian dng dia. Sehingga, buku Bijdrage karya W.K.H. Ypes itu baru selesai dibukukan pada 1932. Hampir sezaman dng buku J.C. Vergouwen. Namun, bedanya, W.K.H. Ypes sdh mulai menulis jauh sblm catatan-catatan itu dibukukan. Artinya, dia bisa sezaman penulisan dng W.M. Hutagalung. Kalau kita lihat buku W.K.H. Ypes, catatan ttg Manihuruk sbg marga itu tidak dituliskannya di catatan utamanya itu di bagian Munte Tua (halaman 42). Demikian juga dng Simbolon, dia tdk mencatat siapa keturunan Simbolon Tua dan urutan keturunan marga Simbolon di catatan Simbolon Tua (halaman 41). Catatan ttg Manihuruk (dan turunannya) demikian dng Simbolon (dan turunannya) baru muncul di lampiran. Khusus ttg keturunan marga Simbolon di lampiran, dituliskan dng urutan yang salah juga, bahkan bertentangan dng urutan J.C. Vergouwen yg juga salah. Namun, semua figur-figur keturunan marga Simbolon (7 keturunan utama; Si Pitu Sohe) itu memang dicatat.
Jadi, melihat latar belakang mereka ini (J.C. Vergouwen; sang ahli hukum dan W.K.H. Ypes; sang pemimpin militer), kita bisa ambil bagian penting yg gk dijelaskan oleh W.M. Hutagalung, terutama ttg peta persebaran marga dan bius. Apalagi, W.K.H. Ypes tentu paham karena dia bagian dri ekspedisi militer Belanda.
Namun, utk nama-nama yg lebih lengkap termasuk urutan, kita bisa bandingkan dng tulisan internal marga yg bisa dipercaya. Dlm Simbolon, Tuan Nahoda Raja I lah keturunan marga Simbolon yang sulung, lengkap dng nama keturunannya lagi ke bawah yg sangat rinci.
Khusus ttg Manihuruk, keduanya Tarombo Raja Sitempang dan catatan Belanda (J.C. Vergouwen dan W.K.H. Ypes) harus diperhatikan dng baik. Yg satu digunakan untuk memfalsifikasi yang lainnya. Ketika di W.K.H. Ypes (bagian Munte) hanya menjelaskan ttg Tanjabau sbg keturunan tertua Munte dan bahwa dia memiliki keturunan Raja Pane Toba (persis dng catatan W.M. Hutagalung), harusnya ini menjadi pelengkap bagi Tarombo Raja Sitempang. Karena di Tarombo Raja Sitempang pun, disebutkan ttg Tanjabau. Kita bandingkan di artikel Raja Sitempang. Yg hilang dri catatan ini adalah nama Munte.
Jadi, baiknya tidak menghilangkan catatan lainnya dalam tahap falsifikasi kayakgini.
Molo tung pe annong gabe tarida, ai Si Tanjabau do tutu Si Raja Sitempang i namarhabangsa di Pangururan, tong ma tajalo i. Ketika satu bagian gk muncul di catatan lain, bukan berarti catatan itu salah. Dahulu jelas ada hambatan di waktu dan alat komunikasi yg gk memungkinkan komunikasi intens.
Gitu lah, Amang Uda. Kris Simbolon (bicara) 8 Mei 2023 13.27 (UTC)Balas
Saya tidak sependapat "Simanik Uruk" adalah merupakan alternatif penulisan. Apa bedanya; "Tuan Sihubil" knp gak ditulisnya Tuan Sikubil", kemudian "Pustaha" knp gak ditulisnya "pustaka", Jd itu bkn patokan.
Saya jg gak paham knp ditulisnya
Marhabang
Lali
bukan Marhabong Lali dan penulisannya pun kalo diliat sekilas seolah-olah seperti 2 nama orang.
Walau gimanapun saya tidak menyudutkan Vergouwen, akan tetapi dari segi keakuratan data dan penulisan nama-nama orang dlm tarombo dari kedua buku tsb, menurut saya lbh akurat buku Ypes, oleh krn itu saya jadikan referensi dlm artikel Manihuruk.
Memang Ypes bkn ahli hukum, tp saya kira kita sependapat bahwa setiap artikel wajib berdasarkan data referensi yg akurat dan masuk akal (logika).
Disinilah pemahaman saya bahwa data di dlm buku Ypes lbh masuk akal sehingga saya jadikan referensi drpd buku Vergouwen maupun tarombo Sitanggang.
Kalo dlm hal umpasa batak, saya kira buku Vergouwen lbh lengkap menuliskannya sehingga bisa dijadikan referensi, tp klo bicara ttg tarombo saya kira tarombo Ypes lbh lengkap dan masuk akal.
Terkait falsifikasi, kan dari awal penulisan artikel ini saya belum pernah mencantumkan buku Vergouwen sbagai referensi. Bagaimana mungkin dipertahankan lg alias Manik Uruk dlm infobox tsb, referensinya aja tidak tercantum ! makanya saya ubah sebagaimana adanya, sehingga nanti tidak menimbulkan kerancuan bagi kami yg menyandang marga Manihuruk. Saya harap kerjasamanya utk tdk lg mengubahnya.
Tambahan dari saya, Apakah alasanmu Tanja Bau adalah Raja Sitempang ?
Saya msh menelusuri siapa sebenarnya Raja Sitempang (Ompu Raja Pangururan), menurut saya mgkn Op. Tanja Bau, tapi mgkn jg Sitanggang. Lumban82 (bicara)Lumban82 (bicara) 8 Mei 2023 16.00 (UTC)Balas
Manik Uruk dng Tuan Sihubil atau Pustaha itu beda proses pembentukan katanya, Amang Uda. Sihubil mmg satu kata, demikian Pustaha mmg satu kata. Dlm bhs Batak Toba, ada bunyi 'k' yg berubah mnjdi 'h' dlm bentuk kata dasarnya, misal Pustaha. Namun, tidak terjadi di semua kata dasar, spt Sihubil. Karena mmg tdk ada kata 'Sikubil'.
Skrg, Si Manik Uruk ini, ketika masuk ke ragam percakapan menjadi 'Si Manihuruk' atau 'Simanihuruk'. Ketika 'k' dari 'Manik' berjumpa dng 'u' dari 'Uruk', di situlah bunyi 'k' dilafalkan sebagai 'h'. Bandingkan, dng 'Mamultahi'. Ini semua adalah bagian dalam ragam bahasa Batak. Kita bisa saling gk setuju skrg di sini Amang Uda, tapi mari kita pelajari terus setiap hari agar kita bisa semakin mengerti. Karena itulah, sebenarnya, ketika dituliskan dlm Surat Batak, pembagian yg benar itu (saya curiga) seharusnya adalah begini: /Ma/Na/Ka/U/Ra/Ka dng surat /Ka/ dihuruf 'i' kan sebelum pangolat dan dipisah dng surat /U/ sbg ina ni surat. Karena kita byk yg tidak paham lagi surat Batak, makanya banyak kesalahpahaman yg terjadi. Contoh, ketika menulis Simbolon, /Sa/Ma/ kemudian di 'i' kan dan ditutup dng pangolat. Sekarang kebanyakan memutusnya sbg satu fonem satu huruf layaknya abjad Latin /Sa/ + pangolat + /i/ + /Ma/ + pangolat. Ini tidak tepat sebenarnya. Nah, terkait Surat Batak ini kita masih harus sabar menunggu penelitian pustaha-pustaha kita, krn ini akan memangkas lebih banyak waktu dlm pembahasan nama marga.
Kemudian, soal Tarombo Raja Sitempang, J.C. Vergouwen, dan W.K.H. Ypes, silakan kita baca semuanya dan kita pelajari terus. Namun, jangan sampai kita hanya memakai satu dan menghilangkan yang lain. Semua catatan itu dituliskan dengan tema yg berbeda sehingga harusnya saling melengkapi. Tadi, udh kutunjukkan masing-masing latar belakang, kelebihan, dan kekurangannya.
Terakhir, ttg Raja Pangururan, Raja Sitempang, dan Tanjabau, kita udh mulai hampir sampai ke titik yg sama Amang Uda. Kita gk harus sepakat dan konklusif hari ini di sini, yg jelas ke depannya akan semakin terang. Dlm hidup seorang Batak, dia berkali-kali menyandang nama baru, baik sebagai panggoaran, julukan, atau bagian dri nama harajaonnya.
Mauliate ma Amang Uda. Marpanganju ma hamu di angka nahumurang. Indada namangajari manang namangorai hita sama hita. Anggiat lam tu namajuna parbinotoan ni marganta. Horas. Kris Simbolon (bicara) 8 Mei 2023 16.21 (UTC)Balas
Saya menyebutkan "Tuan Sihubil" dan "Pustaha" agar bisa kita bedakan antara mana nama orang dan mana nama benda atau suatu obyek yg mana perlu ketelitian dlm penulisan, menurut saya lbh lengkap dan sesuai penulisannya apa yg ada dlm buku Ypes.
Lagipula Vergouwen menulis buku tsb merujuk pd buku W. Hutagalung yg mana tidak ada sama sekali tertulis "Simanik Uruk" tapi "Simanihuruk", entah bagaimana Vergouwen ketika dlm bukunya tertulis seperti itu. (perhatikan penulisan "Gr. Sojouon" versi Vergouwen dgn "Gr. Sojoloan" versi Ypes)
Menarik bagi saya dlm buku Ypes jg adalah sebutan "Si", "Raja", "Tuan", "Toga", "Guru", "Ompu", "Datu", yg kesemua itu tidak sembarangan dia cantumkan pd masing-masing nama atau tokoh, makanya dlm artikel ini saya menuliskan "Parna" (Pomparan Raja ni Ambaton) bukan "Pomparan Raja Nai Ambaton", pemahaman saya makna kalimat "Raja ni Ambaton" berbeda dgn "Nai Ambaton" dan jg berbeda dgn "Raja Nai Ambaton" sebagaimana biasa kita lihat dan dengar.
Terkait dgn surat batak, memang saya akui tidak menguasainya krn minat saya kurang ttg itu, memang ada saya membaca beberapa artikel salah satunya tulisan Prof. Uli Kozok, tp saya kurang tertarik utk mendalami ttg surat batak.
Kemudian ttg Raja Sitempang, dlm beberapa literatur Belanda yg saya baca tidak ada membahas itu, demikian jg halnya dgn "Tabutabugumbang" yg mana hanya ada dlm buku W. Hutagalung saja dan menarik bagi saya adalah apakah segenerasi "Paseraja", "Tuan Nahodaraja" dan "Raja Sitempang" dlm buku W. Hutagalung, apakah sinkron dan sesuai urutannya mulai dari Si Raja Batak.
Inilah yg membuat saya tertarik utk menyunting kembali artikel marga Manihuruk yg pernah saya rintis ini.
Terakhir, saya minta tahan dulu utk tidak membalikkan suntingan saya, tunggu dulu agak lengkap apa yg saya tuliskan dan sampaikan.
Lumban82 (bicara) Lumban82 (bicara) 9 Mei 2023 04.03 (UTC)Balas
Bukan seperti itu, Amang Uda. Aku kan udh jelaskan berkali-kali, ketika Amang Uda membaca buku Bijdrage karya W.K.H. Ypes, silakan. Aku juga baca karena mmg lengkap. Sebab W.K.H. Ypes itu salah satu pemimpin dlm ekspedisi militer Belanda.
Tapi, jangan Amang Uda baca satu per satu katanya dan motong cuman di situ. Gunakan sumber lain sebagai pembanding, termasuk pengetahuan dasar Amang Uda. Apakah W.K.H. Ypes pernah bekerja di Pangururan? Tidak, yang pernah itu W.M. Hutagalung. W.K.H. Ypes malah ada di Dairi sewaktu Si Singamangaraja XII hidup. Sehingga, dia gk tahu siapa itu Raja Sitempang. Bukan berarti Raja Sitempang tidak ada.
Ketika di lampiran, dlm buku W.K.H. Ypes tertulis Raja Ni Ambaton, bukan berarti namanya hanya Raja Ni Ambaton. Di situ, Ypes juga menyertakan tanda kurung Raja Ni Ambaton (Nai Ambaton). Karena kedua bunyi itu mirip satu sama lain. Kalau mau dibandingkan, lihat di catatan utama buku Bijdrage, yang ditulis sndiri oleh Ypes, bukan di lampiran. Di situ dia menulis Nai Ambaton sblm Simbolon, Tamba, Munte, Saragi. Dia gk menulis Ni Ambaton itu. Dlm satu buku sndiri, dia bisa berbeda-beda penulisan, bukan utk merepresentasikan org yg berbeda. Dlm sumber pembanding lainnya pun, baik dari buku M. Joustra, buku Sutan Pane Paruhum Pane, buku Masdulhak Nasution, masing-masing menulis Raja Nai Ambaton.
Misal, kita hanya make sumber Ypes dan hanya menerima nama-nama di dalamnya secara rigid semua huruf-hurufnya, apakah berarti ada nama leluhur Tuan Raja (Na hoda)? Jelas tidak kan. Tapi kita tau, siapa yang berusaha dijelaskan Ypes itu, itulah Tuan Nahoda Raja. Tentu karena pengaruh ragam percakapan, ada saja nama-nama yang didengar dan diamati Ypes dan sedikit ragu utk dituliskan seperti apa.
Terakhir, dlm membaca teks-teks sejarah dri luar, kita tdk boleh terpaku hanya pada satu kata saja. Bandingkan kata itu dng sumber lainnya, supaya kita bisa mengerti apa subyek yg berusaha dikasihtau penulis. Di sumber luar juga banyak salah-salah tulis, seperti Jao utk Jawa, Pringer utk Parahyangan, dll. Yang penting kita tau, bahwa subyek itu ada. Karena, bagaimana pun, bukan si penulis luar ini yang menamai subyek itu pertama kali. Malah, subyek itu lah yang tau siapa namanya.
Saya tidak setuju dengan Amang Uda, yang hanya karena memakai sumber Ypes, malah mengabaikan tarombo yang disusun A.E. Manihuruk. Sdg dalam lampiran di buku Ypes, setelah Manihuruk, cuma ada dua percabangan, satu ke marga Manihuruk, satu ke Raja Pane Toba. Dia gk membatasi bahwa Marsingal, Nianggapan, dll itu salah. Bisa saja itu dari percabangan Manihuruk setelah bagian 'm. Manihuruk' itu.
Jika Amang Uda memakai sumber Ypes (sama spt saya juga pakai), tetap bandingkan dng tarombo kita. Tidak ada kewajiban utk menafikan yang lain hanya karena memakai satu.
Tentu, saya tdk membatasi suntingan Amang Uda. Semoga semua artikel marga kita bisa dituliskan dng baik.
Demikian Amang Uda. Kris Simbolon (bicara) 9 Mei 2023 10.13 (UTC)Balas
Dari awal saya sdh dpt memahami apa yg ingin kau sampaikan amang tua. Kesimpulan saya, buku Vergouwen tidak bisa dijadikan sebagai pembanding ("Simanihuruk" tetap "Simanihuruk", tidak sepatutnya "Manik Uruk", unang jugul ho) . Oleh krn itu tidak saya jadikan referensi.
Terkait tulisan " Raja Nai Ambaton" tidak ada Ypes menuliskan seperti itu, tapi dia menulis "Ompu Raja Ni Ambaton disertakan tanda kurung (Nai Ambaton), jgn di pisah menjadi "Raja Nai Ambaton" (perhatikan catatan kaki yg dicantumkan oleh Ypes di Hal. 22 dan bandingkan dgn catatan utamanya di Hal. 40), saya tidak akan menjelaskan panjang lebar, tp coba baca lg dgn seksama dan ambil kesimpulan apa yg ingin dia sampaikan.
Terkait tarombo Si Raja Batak yg disusun oleh Bapatua A.E. Manihuruk, tidak saya abaikan, justru saya jadikan pembanding utk susunan urutan dlm infobox mulai dari Si Raja Batak, agar sesuai dan sinkron dgn apa yg dijabarkan Ypes.
Kalau memang ingin membantu saya utk lebih menyempurnakan artikel yg saya rintis ini, lbh baik coba kalau tidak keberatan tolong amang tua diuraikan dlm artikel marga Simbolon, ada keterkaitan yg bagaimana "Tuan Nahodaraja", "Raja Sitempang" dgn "Paseraja" (marga Pase dlm buku Ypes, apakah sama dgn "Ginting Pase" dlm buku Batakspiegel yg disebut Joustra marga Ginting Pase konon telah punah), manatau nanti ada penjelasan yg lebih rinci dan lengkap keterkaitannya dgn Raja Sitempang (Ompu Raja Pangururan) yg disebutkan oleh Bapatua A.E. Manihuruk dlm tarombo kami.
Mauliate Lumban82 (bicara) 9 Mei 2023 16.33 (UTC)Balas
Ai ma tongon, Amang Uda. Ganjang nari ari. Tarboto do muse haduan sude natahatahon on. Alai, i ma, holan nasada i do tolhashononku. Naingkon taboto do sian diha mulana angka catatan i. Molo tajaha buku sian W.K.H. Ypes naingkon do muse jahaon catatan naasing. Rupani taringot tu goarni Raja Ni Ambaton (Nai Ambaton) manang Raja Nai Ambaton. Boasa dison dang boi imbarhononmuna diha do goarna tingkos, alai di "Tuan Raja (Na hoda)", boi porsea hamu napaboahon Tuan Nahoda Raja do i. Angka naso sinurat ni si W.K.H. Ypes dope manangna sopola tangkas suratonni si W.K.H. Ypes dangna gabe dohonon so adong. Tajalo di surat si W.K.H. Ypes, alai laos ta-falsifikasi ma muse. Ai nalaho paboahon ise do nasida?.
Semoga diskusi kita ini tetap terjalin ya Amang Uda. Masih banyak kesempatan ke depannya utk mengurai dan menyatukan informasi-informasi marga. Mauliate. Kris Simbolon (bicara) 9 Mei 2023 16.44 (UTC)Balas

Konferensi Holokaus dan Genosida Internasional sunting

Bung Kris Simbolon, bisa minta tolong untuk mengkoreksi terjemahan artikel Konferensi Holokaus dan Genosida Internasional, artikelnya pendek kok Glorious Engine (bicara) 16 Mei 2023 02.59 (UTC)Balas

Akan saya coba. Kris Simbolon (bicara) 16 Mei 2023 03.41 (UTC)Balas

Penyangkalan genosida Armenia sunting

Bung Kris Simbolon, bisa minta tolong juga untuk memeriksa artikel Penyangkalan genosida Armenia ? Tapi kalo masih ingin melanjutkan pemeriksaan artikel Konferensi Holokaus dan Genosida Internasional ditampung dulu juga nggak apa-apa. Tapi kalo cuman mau sampai sini, maaf kalo merepotkan Glorious Engine (bicara) 18 Mei 2023 12.18 (UTC)Balas

Dengan senang hati akan saya kerjakan karena kedua artikel tersebut berkaitan. Maaf kalau saya hanya mengerjakan bertahap karena saya tidak setiap saat membuka Wikipedia. Pun, ketika saya membantu memeriksa terjemahan, saya harus pastikan saya membaca seluruh kalimat utuh. Jadi, maaf kalau sedikit lama. Kris Simbolon (bicara) 18 Mei 2023 12.26 (UTC)Balas

Marga Pandiangan,Raja Sonang sunting

Horas, Tentang kekerabatan marga Pandingan dan Gultom kenapa anda hapus? itu sudah pas, Salam dari saya marga Gultom Hutabagot Halak Hita Batak (bicara) 18 Mei 2023 12.46 (UTC)Balas

Horas. Saya bukan menghapus. Saya merapikan. Kalau saya menghapus, itu artinya ada informasi yang saya kurangi. Kalau saya merapikan, itu artinya saya mengembalikan catatan tambahan yang tidak pada tempatnya. Infobox itu sebenarnya bukan barang wajib di artikel marga. Namun, kalau pun kita sepakat menggunakan infobox itu, kita harus perhatikan parameternya. Parameter itu bukan obyek hukum, artinya gk punya definisi tetap. Makanya, harus berhati-hati menggunakannya. Marga Pandiangan sekarang itu sebenarnya berbeda dng Toga Pandiangan. Yang menggunakan marga Pandiangan sekarang itu keturunan Raja Humirtap. Sehingga kerabatnya seharusnya Si Raja Sonang. Di artikel marga lain pun seperti itu saya sertakan. Harusnya marga-marga yang serumpun paling dekat setelah toga dan tidak ada marga lain setelahnya. Tambahan, saya masih ingat jelas Anda mengaku marga Pakpahan. Sekarang Anda mengaku Gultom Hutabagot. Anda dan Tuhanlah yang tau. Kris Simbolon (bicara) 18 Mei 2023 12.56 (UTC)Balas
Ya saya tahu itu, tapi mengenai kekerabatan, gk perlu dihapus, Pandiangan berberabat bukan hanya dengan keturunan raja sonang aja, di daerah pakpak marga solin, didaerah aceh (suku kluet dan alas) juga berkerabat dengan marga Selian dan sebayang, ditanah karo berkerabat dengan marga sebayang Halak Hita Batak (bicara) 18 Mei 2023 13.14 (UTC)Balas
Aku paham maksudmu, Lae. Cuman aku mengingatkan kita bersama kalau Pandiangan itu tentang marga Pandiangan. Sehingga, isian infobox adalah mengenai marga Pandiangan. Kita bandingkan dengan artikel lain, misalnya marga-marga keturunan Si Raja Lontung. Kita ambil contoh kasus: artikel marga Siringoringo dari Situmorang. Di bagian parameter kerabat marga Siringoringo, tidak perlu lagi dirinci dari Sinaga, Aritonang, Simatupang, Siregar, dst.
Jika Lae mau bikin informasi tentang marga-marga Toga Pandiangan di deskripsi artikel (yang mana memang sudah ada), itu memang bagus. Walau pun tidak perlu dimasukkan ke bagian parameter kerabat marga di infobox karena itu mengenai marga Pandiangan (keturunan Raja Humirtap). Sebaiknya yang dimasukkan ke bagian kerabat adalah marga-marga keturunan Guru Solondason yang lain (yaitu keturunan Si Raja Sonang). Kalau di artikel marga-marga Raja Nai Ambaton, bisa kita lihat ada Sitanggang, Sigalingging, Manihuruk, Sidauruk yang dimasukkan ke bagian kerabat sesuai rumpunnya. Mamak saya juga boru Gultom Hutapea Naringgit keturunan Raja Pandua, Lae. Di sana, baik keturunan Raja Humirtap dan Si Raja Sonang sama-sama punya legenda Namboru Boru Saroding. Jelas ini sangat beralasan karena Namboru Boru Saroding adalah anak dari Guru Solondason juga.
Tapi, kalau Lae mau membahas ttg Toga Pandiangan di infobox artikel marga Pandiangan. Berarti, balikkan sajalah Lae di bagian silsilah, hanya sampai Toga Pandiangan saja, tidak perlu sampai ke Raja Humirtap. Istri juga kembalikan saja ke boru Sagala, bukan boru Simbolon.
Intinya, kalau konsepnya mau ttg toga, ya kita konsistenkan isian parameter ttg toga saja, tdk perlu sampai ke Raja Humirtap. Mauliate. Kris Simbolon (bicara) 18 Mei 2023 13.23 (UTC)Balas

Undangan diskusi Pembicaraan:Suku Karo sunting

Badak Jawa (bicara) 10 Juni 2023 01.10 (UTC)Balas

Terimakasih telah menanggapi diskusi tersebut laeku da maaf jika saya mengganggu waktu anda. Horas 😊 Badak Jawa (bicara) 10 Juni 2023 02.26 (UTC)Balas
Terima kasih kembali, bang. Kris Simbolon (bicara) 10 Juni 2023 02.35 (UTC)Balas

Sergo Ordzhonikidze sunting

Bung Kris Simbolon bisa minta tolong lagi buat melengkapi artikel Sergo Ordzhonikidze, bagian pengantar, Kematian, Kepribadian, dan Peninggalan-nya belum dirampungkan. Glorious Engine (bicara) 17 Juni 2023 10.16 (UTC)Balas

Dengan senang hati, akan saya cicil:). Kris Simbolon (bicara) 17 Juni 2023 22.02 (UTC)Balas

Julius Robert Oppenheimer sunting

Apakah Bung Kris Simbolon bersedia untuk membirukan pranala-pranala merah pada artikel Julius Robert Oppenheimer mengingat artikelnya sudah dikembangkan oleh bung Dikaalnas dari versi enwiki-nya yang sudah jadi FA ? Glorious Engine (bicara) 2 Agustus 2023 14.12 (UTC)Balas

Saya akan coba cicil ya, bang. Minggu ini saya agak banyak kewajiban yang harus diselesaikan sehingga jarang menyunting. Tapi, akan saya kerjakan yang bisa saya kerjakan sesuai pesanan abang. Terima kasih. Kris Simbolon (bicara) 2 Agustus 2023 14.16 (UTC)Balas

Perjanjian Baljuna sunting

Bung Kris Simbolon, apa Anda berminat untuk membirukan pranala-pranala merah dari artikel Perjanjian Baljuna ?

--Glorious Engine (bicara) 8 Desember 2023 08.06 (UTC)Balas

Akan saya kerjakan bila ada waktu, bung. Terima kasih. Kris Simbolon (bicara) 8 Desember 2023 08.07 (UTC)Balas

Talaat sunting

Begini, artikel Pembunuhan Talaat Pasha telah dilengkapi oleh bung Laindan dan saya sendiri sudah menambahkan setiap kutipan sumbernya. Tapi saya cermati masih ada beberapa kalimat yang terjemahannya agak kasar dan beberapa sudah saya "betulkan", tapi saya kurang yakin "pembetulan" yang saya lakukan benar atau tidak. Anda mungkin bisa meninjau ulang seluruh isi artikel. Glorious Engine (bicara) 24 Desember 2023 13.40 (UTC)Balas

Dilaksanakan, bung! Kris Simbolon (bicara) 25 Desember 2023 06.24 (UTC)Balas

Pemakaman & Pengadilan sunting

Bung Kris Simbolon, tinggal bagian Pemakaman dan Pengadilan dari artikel Pembunuhan Talaat Pasha saja nih yang perlu dikoreksi. Apa Anda masih tertarik ? Glorious Engine (bicara) 6 Februari 2024 06.14 (UTC)Balas

Dengan senang hati akan saya rewrite seperlunya. Kris Simbolon (bicara) 8 Februari 2024 10.12 (UTC)Balas

Pertanyaan tentang Suku Karo sunting

Selamat malam Kris Simbolon saya hendak menanyakan apakah Suku Karo termasuk Batak? Saya pernah membaca di suatu situs menyebutkan bahwa kedua suku tersebut merupakan suku yang berbeda dari segi bahasa dan keturunan. Benarkah demikian? Saya menanyakan ini karena bukan orang Batak dan masih bingung dengan Suku Karo Badak Jawa (bicara) 25 Februari 2024 14.17 (UTC)Balas

Akan butuh banyak waktu untuk membahas ini, bung. Saya akan bagikan pengantar saja, bung. Ada banyak referensi mengenai masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Batak Karo pada khususnya. Salah satu yang paling komprehensif membahas tentang topik ini, sejak awal pembahasannya secara ilmiah, adalah Bibliography on The Batak Peoples yang disusun oleh Toenggoel P. Siagian. Bibliografi ini memuat ratusan karya tulis ilmiah mengenai topik ini. Kebanyakan pembahasan "bukan Batak" didasari oleh resistensi simplifikasi Batak hanya kepada masyarakat Batak Toba saja. Dari segi bahasa (berikut sistem bahasa, yaitu Surat Batak), marga (persebaran marga, bahkan dengan mengesampingkan sejenak siapa Si Raja Batak), dan hasil budaya lainnya (meliputi "ulos", tradisi menenun uis di Taneh Karo tidak bisa dipisahkan dengan tradisi saudara-saudaranya di Toba, bisa rujuk ke tulisan Sandra Niessen), dll., masyarakat Batak Karo adalah bagian integral dari suku bangsa Batak. Pada dasarnya, ahli antropologi dari Batak Karo sendiri tidak akan dapat mengelak warisan sejarah bersama ini. Perdebatan hanya akan difokuskan terutama untuk mendelegitimasi kata "Batak". Namun, perlu diperhatikan, penalaran yang dipakai untuk mendelegitimasi kata "Batak" sendiri akan serta-merta menemukan jalan yang sama untuk mendelegitimasi kata "Karo" juga sebagai suatu nama suku yang rigid, sebagaimana kita mendefinisikan "suku" pada saat ini. Terima kasih pertanyaannya. Salam. Kris Simbolon (bicara) 25 Februari 2024 15.04 (UTC)Balas

Pengadilan sunting

Bung Kris Simbolon, apakah Anda masih berniat untuk melanjutkan koreksi bagian Pengadilan dari artikel Pembunuhan Talaat Pasha ? Glorious Engine (bicara) 29 Februari 2024 11.56 (UTC)Balas

@Glorious Engine Halo bung. Baik, akan saya rewrite seperlunya. Terima kasih sebelumnya. Kris Simbolon (bicara) 29 Februari 2024 12.53 (UTC)Balas

Koreksi terjemahan sunting

Bung Kris Simbolon, bisa bantu koreksi terjemahan Penyangkalan genosida Armenia, minimal bagian Gerakan nasionalis Turki ke bawah yang dikoreksi, soalnya bagian atasnya kayaknya sudah sepenuhnya terkoreksi. Glorious Engine (bicara) 20 Maret 2024 10.51 (UTC)Balas