|-
| align="center" |1
| align="center" |Raja Barat Maharaja Kamalud Din (Mahalachii) <br /><br /> ?–
|}
Keturunan [[Paduka Pahala]], melalui kedua putranya, tinggal di [[Dezhou#Wangsa Kerajaan Sulu|Dezhou, Tiongkok]] memiliki nama marga YangAn dan Wen.
Hashemite [[Syariful Hasyim|Sharif ul-Hasyim Sulu]] tiba di Sulu dan menikahi Putri Dayang-dayang Paramisuli dari keluarga kerajaan sebelumnya, yang mendirikan Kesultanan Sulu.
| align="center" |1
| align="center" |[[Syariful Hasyim|Sultan Syariful Hasyim]]<br />1405–??
|Pendiri kesultanan Sulu, yang nama aslinya adalah Sayyid walShareefWal Syarif Abu BakrBakar Ibnu Ali ibnZainal AbirinAbidin AlHashmiAl-Hasyimi. Ia mendirikan Kesultanan Kerajaan Sulu pada tahun 1457 dan berganti nama menjadi ''Paduka Mahasari Maulana al-Sultan Sharif ul-Hashim'', yang secara kasar diterjemahkan dari bahasa Arab sebagai "Tuan Yang Mulia, Pelindung dan Sultan, Bangsawan Klan [[Banu Hasyim|Banu Hashim]]". Sultan dilaporkan telah hidup sekitar tiga puluh tahun di Buansa, tempat pertama kesultanan, dan makamnya terletak di salah satu lereng di dekat Gunung Tumantangis.
|-
| align="center" |2
| align="center" |5
| align="center" |Sultan Muizzul-Mutawadi-in<br />1527–1548
|Dia adalah [[Maharaja]] Upo (cucu) Sharif ul-Hashim. Beberapa silsilah menyatakan bahwa ia naik takhta ke kesultanan atas kematian Kamalud-Din.
|-
| align="center" |6
| align="center" |9
| align="center" |Sultan [[Muwallil Wasit I]]<br />1610–1650
|Keponakan Sultan Batara Shah Tengah (putra saudara perempuannya yang menikahi Sultan Hassan dari Brunei). Dia dikenal oleh orang-orang Spanyol sebagai Raja Bongsu; garis keturunan bangsawannya adalah Brunei. Salah satu putrinya menikah Sultan Qudarat dari [[Maguindanao]], sementara putri lain menikahi Balatamay (Baratamay), penguasa [[Rajah Buayan, Maguindanao|Buayan]] pada tahun 1657. Sekitar tahun 1650, putranya Bachtiar mengambil alih kesultanan. Pindah istana Kerajaan Sulu ke Dungun, Tawi-Tawi setelah Penangkapan Jolo oleh orang-orang Spanyol pada tahun 1638.
|-
| align="center" |10
| align="center" |[[Muhammad Kudarat|Sultan Nasir ud-Din II]]<br />1645–1648
|Baik putra Sultan Muwallil Wasit yang memerintah menyusul kekalahan ayahnya di tangan orang-orang Spanyol di Jolo, atau diyakini sebagai [[Muhammad Kudarat|Sultan Qudarat]] yang menjadi sultan berdasarkan pernikahannya dengan putri sultan sebelumnya, setelah itu takhta dikembalikan ke Wasit sekali lagi, setelah Sarikula meninggal pada tahun 1648.<ref>{{cite book|title=Asian Studies|url=https://books.google.com/books?id=xz5tAAAAMAAJ|year=1978|publisher=Philippine Center for Advanced Studies, University of the Philippines System|page=15}}</ref>
|-
| align="center" |11
| align="center" |15
| align="center" |Sultan Shahabud-Din<br />1685–1710
|Putra Salah ud-Din. Dialah yang membunuh Sultan Kahar ud-Din Kuda dari Maguindanao pada tahun 1702 dan "menyerahkan" [[Palawan]] kepada pemerintah Spanyol pada tahun 1705.
|-
| align="center" |16
| align="center" |18
| align="center" |Sultan Nasarud-Din<br />1732–1735
|Dia adalah putra atau cucu laki-laki (oleh anak perempuan) Shahab ud-Din dan dikenal oleh orang-orang Spanyol sebagai Datu Sabdula (bahasa Arab, Abdullah). Pada 1731, ia menantang kekuasaan Badar ud-Din, memaksa yang terakhir untuk mengambil cuti dan pensiun pada 1732. Intrik Badar ud-Din menyebabkan proklamasi Azim ud-Din (putra Badar ud-Din) sebagai sultan pada tahun 1735. Setelah serangkaian pertempuran sengit antara faksi Nasar ud-Din dan Azim ud-Din, yang pertama pergi ke Maimbung di mana ia pada umumnya tetap tinggal sampai ia meninggal pada sekitar tahun 1735. Ia juga disebut sebagai Dipatuan.
|-
| align="center" |19
| align="center" |Sultan [[Azim ud-Din I|Alimud-Din I]]<br />1735–1748<br />1764–1773
|Putra Badarud-Din. Keluarga kerajaannya kemudian dikenal sebagai "Keluarga Kesultanan Pertama Kesultanan Sulu." Ayahnya memproklamirkannya sebagai penguasa di Tawi-Tawi pada tahun 1735. Pada tahun 1736, setelah beberapa intrik membuka jalan, sejumlah Datus meminta Alimud-Din untuk memindahkan istananya dari Dungun ke Bauang (Jolo). Tetapi perjuangan politik pada 1748 memaksanya meninggalkan Jolo untuk Basilan dan kemudian Zamboanga. Adik laki-lakinya, Datu Bantilan, kemudian memproklamirkan sultan. Sementara itu, dia pergi ke Manila di mana dia tinggal untuk beberapa waktu, termasuk beberapa tahun penjara. Dia mengembalikan seorang lelaki tua ke Jolo pada tahun 1764. Pada tahun yang sama, pada tanggal 8 Juni, dia secara resmi dikembalikan ke takhta. Pada 1773, bosan urusan negara, ia secara resmi menyerahkan urusan negara kepada putranya Muhammad Israil. Dia memiliki dua periode pemerintahan; 1735–1748 dan 1764–1773.
|-
| align="center" |20
| align="center" |23
| align="center" |Sultan Sharapud-Din<br />1789–1808
|Anak laki-laki lain dari Alimud-Din I, dia hidup sampai usia yang sangat tua. Sepuluh tahun sebelumnya orang-orang Spanyol mengharapkan dia mati setiap saat dan karena itu khawatir bahwa seorang pengganti yang antagonis terhadap mereka mungkin akan naik takhta.
|-
| align="center" |24
| align="center" |27
| align="center" |Sultan Jamalul-Kiram I<br />1823–1844
|Menurut beberapa sumber, nama aslinya adalah Muwalil Wasit (sepupu Sultan Brunei Nasiruddin yang keponakannya — suami Mohandun — adalah Maharaja Anddin dari Brunei). Muwalil Wasit adalah putra Alimud-Din III.
|-
| align="center" |28
| align="center" |Sultan Moh. Pulalun Kiram<br />1844–1862
|Putra Jamalul-Kiram I, yang sepupunya Maharaja Adinda (putra Mohandun) pada tahun 1859 dijadikan Putra Mahkota Sultan Pulalun, karena yang terakhir tidak memiliki anak.
|-
| align="center" |29
| align="center" |Sultan Jamal ul-Azam<br />1862–1881
|Proksi Mohammad Pulalun Kiram. Pada tanggal 22 Januari 1878, ia menandatangani perjanjian di mana wilayah bagian timur Kalimantan utara diserahkan kepada konsul Austro-Hungaria, [[Baron von Overbeck]].<ref>{{cite book|author=International Court of Justice|title=Summaries of Judgments, Advisory Opinions, and Orders of the International Court of Justice, 1997-2002|url=https://books.google.com/books?id=QhIhqVaIpawC&pg=PA268|year=2003|publisher=United Nations Publications|isbn=978-92-1-133541-5|pages=268–}}</ref> Sultan Jamalul Azam I berputra Datu Muharram gelar Datu Panglima Besar berputra Datin Rimba atau Aji Meretam bergelar Aji Ratu Rubia gelar Aji Ratu Agung I (Permaisuri Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Isteri Sultan Aji Muhammad Sulaiman dan Ibu dari Sultan Aji Muhammad Alimuddin dan Aji Pangeran Ainuddin).
|-
| align="center" |30
| align="center" |32
| align="center" |Sultan Jamalul-Kiram II<br />1894–1936
|Adik laki-laki Badarud-Din II. Dia memproklamasikan Sultan Sulu oleh pengikutnya pada tahun 1884 sebagai putra Jamalul A'Lam. Menurut beberapa sumber, nama aslinya adalah Amirul Kiram Awal-II. Proklamasinya sebagai sultan ditentang oleh Datu Aliud-Din, cucu Sultan Shakirul-Lah, tetapi tidak berhasil. Aliud-Din terpaksa melarikan diri ke Basilan. Adalah Harun Ar-Rashid yang mencoba menengahi antara Jamalul-Kiram dan Aliud-Din, sampai orang-orang Spanyol berpikir bahwa perlu untuk Harun Ar-Rashid sendiri memproklamasikan Sultan. Orang-orang Spanyol akhirnya dipimpin untuk berurusan dengan Jamalul-Kiram II sebagai Sultan Sulu terlepas dari penolakan berulang-ulang untuk pergi ke Manila pada kunjungan kenegaraan. Pada tahun 1915, Jamalul-Kiram II secara virtual menyerahkan kekuasaan politiknya kepada pemerintah Amerika Serikat berdasarkan Perjanjian Carpenter 1915. Jamalul-Kiram II meninggal pada 7 Juni 1936, tanpa meninggalkan putra atau pewaris manapun. Meskipun ia memiliki tujuh anak perempuan, tidak ada wanita yang dapat ditunjuk sebagai pewaris atau penerus menurut hukum Islam.<ref name="last recognised Sultan"/>
|}
=== Daftar Sultan dari tahun 1936 hingga 1950 ===
Kedaulatan politik Kesultanan dihapuskan pada 1915.<ref name="last recognised Sultan">{{cite web|url=http://www.dailyexpress.com.my/news.cfm?NewsID=84741|title=Why 'Sultan' is dreaming|publisher=[[Daily Express (Malaysia)|Daily Express]]|date=27 March 2013|accessdate=1 January 2016|archiveurl=https://web.archive.org/web/20150610203111/http://www.dailyexpress.com.my/news.cfm?NewsID=84741|archivedate=10 June 2015|deadurl=yes}}</ref><ref name="Psychology Press">{{cite book|author1=Graham Kemp|author2=Douglas P. Fry|title=Keeping the Peace: Conflict Resolution and Peaceful Societies Around the World|url=https://books.google.com/books?id=mimdCjpaGN0C&pg=PA124|year=2004|publisher=Psychology Press|isbn=978-0-415-94761-9|pages=124–}}</ref><ref name="books.google.com">{{cite book|author1=K. S. Nathan|author2=Mohammad Hashim Kamali|title=Islam in Southeast Asia: Political, Social and Strategic Challenges for the 21st Century|url=https://books.google.com/books?id=O8d6BwAAQBAJ&pg=PA52|date=January 2005|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=978-981-230-282-3|pages=52–}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.gov.ph/1915/03/22/memorandum-carpenter-agreement-march-22-1915/ |title=Memorandum: Carpenter Agreement |publisher=[[Government of the Philippines]] |date=22 March 1915 |accessdate=17 October 2015 |archiveurl=https://web.archive.org/web/20151017015534/http://www.gov.ph/1915/03/22/memorandum-carpenter-agreement-march-22-1915/ |archivedate=17 October 2015 |deadurl=yes |df= }}</ref> Namun kekuatan bukan-penguasa seperti [[Tulang punggung kehormatan|hak untuk memberikan gelar]]—serta otoritas budaya, kepemilikan, dan agama—tetap. Keturunan keluarga kerajaan masih diakui dan dihormati sebagai bangsawan ''[[de facto]]'' royalti oleh orang-orang di Sulu dan oleh orang lain.
Setelah kematian Sultan Jamalul-Kiram II pada tahun 1936, Pemerintah Filipina, para penerus kedaulatan ke Amerika Serikat, memutuskan untuk tidak mengakui keberlangsungan kesultanan Sulu, menurut sebuah surat kepada Gubernur Kalimantan Utara tanggal 28 Juli 1936, dari Konsul Jenderal Kerajaan Inggris di Manila. Setelah keputusan itu, beberapa penggugat yang sah dan pretender takhta Sulu muncul. Selama Perang Dunia II, pasukan Jepang dan Amerika memberikan pengaruh dalam urusan kesultanan, masing-masing mengakui pendukung pretensi dari agenda mereka.
| align="center" |2
| align="center" |Muwallil Wasit II<br /><br />1936
|Dia adalah adik dari Sultan Badarud-Din II dan Sultan Jamalul-Kiram II dan Raja Muda (putra mahkota) kesultanan. Dia secara sah dipilih oleh Ruma Bichara, Datus dan Syarif, sebagai sultan baru. Enam bulan kemudian, sebelum upacara penobatan resmi berlangsung, dia dibunuh.<ref>{{cite web|url=http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,757014,00.html|title=THE PHILIPPINES: Wasit to Paradise|publisher=[[Time (magazine)|Time]]|date=30 November 1936|access-date=2018-11-17|archive-date=2013-08-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20130827025158/http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,757014,00.html|dead-url=yes}}</ref> Keabsahannya sebagai pewaris takhta dan posisinya sebagai putra mahkota Jamalul-Kiram II, dikonfirmasi lagi oleh Pengadilan Sesi dari apa yang disebut pengadilan McKaskie, memerintah pada tahun 1939, mengidentifikasi ahli warisnya sebagai penguasa wilayah Kalimantan Utara. Mohammed Esmail Kiram adalah putra sulung Muwallil Wasit II dan diakui sebagai penerus Sultan Sulu.
|-
| align="center" |3
=== Daftar Sultan dari tahun 1950 hingga 1986 ===
[[Berkas:Sulusultanategenaolgy.jpg|jmpl|200x200px|Silsilah yang dikeluarkan oleh Lembaran Negara Republik Filipina pada puncak [[Konflik Sabah 2013]].]]
Pada tahun 1962, Presiden Filipina [[Diosdado Macapagal]] secara resmi mengakui keberlangsungan Kerajaan Kesultanan Sulu dan, pada 24 Mei 1974, secara resmi mengakui Sultan Mohammad Mahakuttah Kiram (bertakhta 1974-1986), di bawah Memo Order 427, yang dikeluarkan oleh Presiden Filipina, [[Ferdinand Marcos]], dan yang menyatakan bahwa "Pemerintah selalu mengakui Kesultanan Sulu sebagai penuntut sah untuk wilayah historis Republik Filipina" dan bahwa Mahakuttah A. Kiram secara resmi diakui sebagai Sultan Sulu dengan pemerintah diwajibkan untuk mendukung penobatannya pada tanggal itu, putra sulungnya yang berusia 8 tahun, Muedzul Lail Tan Kiram, dimahkotai di samping ayahnya sebagai Raja Muda (Putra Mahkota). Pada tanggal 16 Februari 1986, Muedzul Lail Tan Kiram, menggantikan ayahandanya menjadi Kepala Wangsa Kerajaan Sulu. Sebagai putra tertua dari mantan Sultan Mahakuttah, dia adalah pewaris sah dari takhta Kesultanan Sulu.<ref name="officialgazette">{{cite web | title=Line of succession of the Sultans of Sulu of the Modern Era| url=http://www.gov.ph/2013/02/26/line-of-succession-of-the-sultans-of-sulu-of-the-modern-era/| accessdate=26 February 2013| archive-date=2013-03-02| archive-url=https://web.archive.org/web/20130302155243/http://www.gov.ph/2013/02/26/line-of-succession-of-the-sultans-of-sulu-of-the-modern-era/| dead-url=yes}}</ref>
Daftar berikut ini menjelaskan pemegang gelar Sultan antara tahun 1950 dan 1986, yang secara resmi diakui oleh Pemerintah Filipina.
|-
| align="center" |1
| align="center" |Sultan Muhammad[[Mohammed Esmail Kiram Saya I]] <br /><br />(Esmail E. Kiram I)<br /><br />1950-1974
|Dia adalah putra tertua Raja Muda Muwallil Wasit II dan penerus yang diakui secara hukum untuk Sultan Sulu. Sultan Mohammed Esmail Kiram diberikan wewenang kepada pemerintah Filipina di bawah administrasi Presiden Diosdado Macapagal, pada tanggal 12 September 1962, dan Presiden Ferdinand Marcos, pada tahun 1972, di mana dokumen-dokumen pemerintah Filipina lagi secara resmi "mengakui" keberlangsungan kesultanan Sulu dan kantor Sultan Sulu. Putra tertuanya, Datu Mohammed Mahakuttah A. Kiram, adalah Raja Mudanya (Putra Mahkota).<ref name="Bruno1973">{{cite book|author=Juanito Alli Bruno|title=The Social World of the Tausug: A Study in Philippine Culture and Education|url=https://books.google.com/books?id=xLweAAAAMAAJ|year=1973|publisher=Centro Escolar University, Research and Development Center}}</ref>
|-
| align="center" |2
| align="center" |Sultan Muhammad[[Mohammed Mahakuttah Abdullah Kiram]]<br /><br />1974-1986
|Dia adalah putra tertua Sultan Mohammed Esmail E. Kiram I dan pewaris takhta. Dia adalah Sultan terakhir Sulu yang diakui secara resmi oleh Ruma Bichara dan oleh pemerintah Filipina. Dalam Memorandum Order 427 (1974), Presiden Filipina saat itu , [[Ferdinand Marcos]] menyatakan bahwa Mahakuttah A. Kiram adalah ahli waris yang sah dan bahwa pemerintah berkewajiban untuk mendukung penobatannya sebagai Sultan Sulu,<ref name=Memo427>{{cite web|title=Memorandum Order No. 427, s. 1974|url=http://www.gov.ph/1974/05/10/memorandum-order-no-427-s-1974/|work=Official Gazette|publisher=Office of the President of the Philippines|accessdate=27 February 2013|archive-date=2013-03-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20130305234645/https://www.gov.ph/1974/05/10/memorandum-order-no-427-s-1974/|dead-url=yes}}</ref> yang terjadi pada 24 Mei 1974, Muedzul Lail Tan Kiram, putra tertua, yang saat itu berusia 8 tahun, dimahkotai di samping ayahandanya sebagai Raja Muda (Putra Mahkota) Sulu.<ref>{{Cite web |url=http://www.royalsultanateofsulu.org/#!hrh-raja-muda|title=Structure of Sultanate|accessdate=26 April 2011 |publisher=[[Royal House of Sulu]]|archive-date=2011-06-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20110626123802/http://www.royalsultanateofsulu.org/#!hrh-raja-muda|dead-url=yes}} {{unreliable source?|date=October 2015}}</ref>
|}
=== Daftar Sultan yang memproklamirkan diri dari tahun 1980 hingga 2013, sebagaimana diakui oleh Pemerintah Provinsi Sulu<ref name="Sulu Government"/> ===
Setelah kematian Sultan Mahakuttah A. Kiram, pemerintah nasional Filipina gagal secara resmi mengakui Sultan yang baru. Mahakutta Putra Mahkota Muedzul Lail Kiram, pewaris takhta sesuai dengan garis suksesi yang diakui oleh pemerintah Filipina dari 1915 hingga 1986, berusia 20 tahun setelah kematian ayahandanya.<ref>{{cite web|url=https://www.youtube.com/watch?v=gYaq6KsqwZc|title=Datu Muedzul Lail Tan Kiram, iginiit na siya ang karapat-dapat na lider ng mga taga-Sulu|author=Karon David|language=Tagalog|work=[[GMA News]]|publisher=[[YouTube]]|accessdate=29 March 2013}}</ref> Karena usianya yang masih muda, ia gagal menuntut takhta pada saat ketidakstabilan politik di Filipina yang menyebabkan [[Revolusi EDSA|revolusi damai dan penghapusan Presiden Marcos berikutnya]]. Kesenjangan dalam kepemimpinan kesultanan diisi oleh penuntut mahkota dari cabang saingan. Oleh karena itu, Sultan-sultan berikut tidak dimahkotai dengan dukungan, atau menerima pengakuan resmi dari, pemerintah Filipina sebagai pendahulu mereka hingga tahun 1986. Namun, pemerintah nasional Filipina memutuskan untuk berurusan dengan satu atau lebih dari pengadu ini mengenai isu-isu mengenai kesultanan urusan.
{| class="wikitable"
! width="140" |Sultan
| align="center" |1
| align="center" |Mohammed Punjungan Kiram<br /><br />1980-1983
|Adik laki-laki Sultan Esmail E. Kiram I. Pada 11 Oktober 1939, Pengadilan Sesi Borneo Utara memberinya hak administrasi atas properti dan kredit dari almarhum ayahnyaayahandanya, Raja Muda Muwallil Wasit II. Punjungan Kiram dijadikan Mahkota Pangeran di bawah Sultan Esmail E. Kiram I, dengan syarat bahwa ia mengalihkan haknya menjadi putra Sultan ketika putranya berusia dewasa. (Kondisi ini jarang digunakan, karena hukum suksesi akan dipersulit oleh ketentuan-ketentuan yang tidak normal tersebut. Undang-undang hak anak sulung dari suksesi hanya memungkinkan untuk pewaris lelaki pemegang gelar, dan penerus Punjungan Kiram harus menjadi putra tertuanya [[Jamalul Kiram III]].) Ketika kondisi itu dipenuhi, bukannya mengundurkan diri dari posisinya sebagai Raja Muda, Punjungan Kiram mengasingkan dirinya ke Malaysia dan kemudian kembali ke kontes pemerintahan keponakannya Mahakuttah A. Kiram, yang telah secara sah menggantikannya sebagai Putra Mahkota, dan yang kemudian diakui oleh Presiden Ferdinand Marcos sebagai Sultan, berdasarkan Mahakuttah A Kiram menjadi Putra Mahkota dan atas rekomendasi Abraham Rasul. Punjungan Kiram adalah ayahanda dari [[Jamalul Kiram III]] dan [[Ismael Kiram II|Esmail Kiram II]].
|-
| align="center" |2
| align="center" |3
| align="center" |[[Jamalul Kiram III|Jamal ul-Kiram III]]<br /><br />1983-1990 <br /><br /> 2012-2013
|Putra sulung Punjungan Kiram dan kakak laki-laki dari Esmail Kiram II.<ref>[http://www.royalsulu.com/] {{webarchive |url=https://web.archive.org/web/20130513130126/http://www.royalsulu.com/ |date=13 May 2013 }}</ref> Dia adalah apa yang disebut "Sultan Interim Sulu" dari 1974-1981 selama tidak adanya ayahnya di Sabah (tetapi tidak diakui oleh pemerintah Filipina). Pada 1986, ia memproklamasikan dirinya sebagai Sultan Sulu; ia kemudian pensiun, digantikan oleh Mohammad Akijal Atti, pada tahun 1990.<ref>{{cite web|url=http://www.thestar.com.my/story/?file=%2f2008%2f7%2f13%2fnation%2f21813677&sec=nation|title=So, who’s the real sultan?|publisher=[[The Star (Malaysia)|The Star]]|date=13 July 2008|accessdate=31 October 2015|archive-date=2018-11-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20181118081828/https://www.thestar.com.my/story/?file=%2F2008%2F7%2F13%2Fnation%2F21813677&sec=nation|dead-url=yes}}</ref> Dia melanggar hukum suksesi kesultanan dengan meninggalkan Sulu ke Manila untuk memasuki politik. Sebuah perselisihan selama satu dasawarsa atas hak suksesi dalam keluarga berakhir pada 11 November 2012, ketika pengadu bertemu dan Jamalul Kiram III diproklamasikan sebagai sultan bersama dengan saudaranya [[Ismael Kiram II|Esmail Kiram II]]. Dia kemudian memproklamasikan Agbimuddin Kiram sebagai Raja Muda (pewaris). Pada Februari 2013, ia mengorganisasikan [[Konflik Sabah 2013|intrusi ke bagian timur Sabah]], yang berubah menjadi kebuntuan kekerasan; dan dia dicap sebagai "teroris" oleh pemerintah negara bagian Malaysia dan Sabah, ketika para pengikutnya membunuh personil keamanan Malaysia dan memutilasi tubuh mereka, dan berniat mengambil warga Sabahan sebagai [[sandera]].<ref>{{cite web|url=http://globalnation.inquirer.net/64577/heirs-of-sultan-of-sulu-pursue-sabah-claim-on-their-own|title=Heirs of Sultan of Sulu pursue Sabah claim on their own|publisher=Philippine Daily Inquirer|date=16 February 2013|accessdate=20 February 2013}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.kln.gov.my/web/guest/home?p_p_id=101_INSTANCE_Yt06&p_p_lifecycle=0&p_p_state=normal&p_p_mode=view&p_p_col_id=column-3&p_p_col_pos=1&p_p_col_count=5&_101_INSTANCE_Yt06_struts_action=%2Fasset_publisher%2Fview_content&_101_INSTANCE_Yt06_urlTitle=press-statement%3A-meeting-with-the-secretary-of-foreign-affairs-of-the-philippines-h-e-albert-f-del-rosario-on-4-march-2013-kenyataan-akhbar%3A-pertemuan-dengan-setiausaha-luar-filipina-t-y-t-albert-fl-del-rosario-pada-4-mac-2013&_101_INSTANCE_Yt06_type=content&redirect=%2Fweb%2Fguest%2Fhome |title=Press Statement: Meeting with the Secretary of Foreign Affairs of the Philippines, H.E. Albert F. del Rosario on 4 March 2013 |publisher=[[Ministry of Foreign Affairs, Malaysia]] |date=5 March 2013 |accessdate=7 March 2013 |archiveurl=https://web.archive.org/web/20130308101100/http://www.kln.gov.my/web/guest/home?p_p_id=101_INSTANCE_Yt06&p_p_lifecycle=0&p_p_state=normal&p_p_mode=view&p_p_col_id=column-3&p_p_col_pos=1&p_p_col_count=5&_101_INSTANCE_Yt06_struts_action=%2Fasset_publisher%2Fview_content&_101_INSTANCE_Yt06_urlTitle=press-statement%3A-meeting-with-the-secretary-of-foreign-affairs-of-the-philippines-h-e-albert-f-del-rosario-on-4-march-2013-kenyataan-akhbar%3A-pertemuan-dengan-setiausaha-luar-filipina-t-y-t-albert-fl-del-rosario-pada-4-mac-2013&_101_INSTANCE_Yt06_type=content&redirect=%2Fweb%2Fguest%2Fhome |archivedate=8 March 2013 |deadurl=yes |df= }}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.thestar.com.my/News/Nation/2013/03/03/Semporna-villagers-beat-to-death-exMoro-commander/|title=Semporna villagers beat to death ex-Moro commander|publisher=The Star|date=3 March 2013|accessdate=11 October 2013}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.theborneopost.com/2013/06/30/sabahans-will-not-forget-lahad-datu-incident-musa/|title=Sabahans will not forget Lahad Datu incident — Musa|work=[[Bernama]]|publisher=[[The Borneo Post]]|date=30 June 2013|accessdate=11 October 2013}}</ref> Jamalul Kiram III meninggal pada tanggal 20 Oktober 2013.
|-
| align="center" |4
| align="center" |5
| align="center" |[[Ismael Kiram II|Esmail Kiram II]]<br /><br />1999-2015
|Putra kedua Punjungan Kiram dan adik laki-laki [[Jamalul Kiram III]]. Karena ejaan regional yang berbeda, seperti yang dapat ditemukan di situs pemerintah dan surat kabar, namanya muncul sebagai Esmail, Esmael, Ismail, atau Ismael. Dia memproklamasikan dirinya sebagai "Sultan yang Bertakhta". dikonfirmasi oleh para tetua Sulu, pada tahun 2001, ketika kakandanya [[Jamalul Kiram III]] meninggalkan Sulu, ke Manila untuk memasuki dunia bisnis dan politik. Perjanjian November 2012 memungkinkan Jamalul Kiram III untuk sekali lagi memproklamirkan Sultan bersama Esmail Kiram II, dan saudara mereka Agbimuddin Kiram dikonfirmasi sebagai Raja Muda (pewaris) kepada keduanya. Sultan Esmail Kiram II diakui [[Jamalul Kiram III]], sebagai saudara tertua, sebagai pemimpin dan penyelenggara sah dari Februari 2013 "Sabah menyambut Raja Muda Agbimuddin Kiram", Seperti yang disetujui oleh keluarga, dan karena penyakit Jamalul Kiram, yang menata dirinya sebagai "Sultan yang Tepat" (telah turun takhta). Kepulangan ini menyebabkan kebuntuan, karena tidak populernya Jamalul Kiram, yang keduanya menerima kritik.<ref>{{cite web|url=http://globalnation.inquirer.net/68429/sabah-pullout-talks-begin|title=Sabah pullout talks begin|author=Marlon Calleja Ramos|publisher=Philippine Daily Inquirer|accessdate=12 May 2013}}</ref> Abdulah Kiram adalah putranya dan mungkin pewaris, tetapi saudaranya Agbimuddin Kiram dikonfirmasi sebagai Raja Muda (pewaris) pada tahun 2012, memimpin kebuntuan Sabah pada tahun 2013 dan meninggal pada tanggal 13 Januari 2015 saat masih bersembunyi. Sultan Esmail Kiram II meninggal pada 19 September 2015.
|}
|Sultan Muedzul Lail Tan Kiram — putra tertua, pewaris sah, dan pengganti Sultan Mohammed Mahakuttah A. Kiram (sultan 1974–1986) —adalah kepala Wangsa Kerajaan Sulu, dari tanggal 16 Februari 1986 hingga saat ini. Sebagai anak delapan tahun, pada 24 Mei 1974, ia dinobatkan sebagai Raja Muda (Putra Mahkota, pewaris takhta) dari Kesultanan Sulu, pada hari yang sama ayahandanya dinobatkan sebagai Sultan Sulu.
- Penobatan ini - dari Sultan dan Raja Muda - didukung oleh Ferdinand Marcos dalam kapasitasnya sebagai Presiden Filipina. Memorandum Order No. 427, yang dikeluarkan pada saat itu, menegaskan: "Pemerintah selalu mengakui Kesultanan Sulu sebagai penuntut sah untuk wilayah historis Republik Filipina". Dalam dokumen ini, Sultan Moh. Mahakuttah A. Kiram dan (saat itu) Putra Mahkota Muedzul Lail Tan Kiram secara resmi diakui oleh Republik Filipina sebagai pemegang sah dan penerus sah Kesultanan Sulu yang bersejarah.
Pada tanggal 16 Februari 1986, setelah Sultan Mohammed Mahakuttah A. Kiram dari Sulu dan Borneo Utara meninggal, Muedzul Lail Tan Kiram menjadi Kepala Wangsa Kerajaan Sulu dan Kalimantan Utara (Dinasti Kiram).
Pada tahun 2011, Muedzul Lail Tan Kiram menjalankan hak-hak dinasnya sebagai honour kehormatan (font of honour) untuk melembagakan dan mendirikan Royal dan Hashemite Order of the Pearl of Sulu, menjadi Grand Sayyid (Grand Master) pertama dari urutan ini.
Muedzul Lail Tan Kiram dimahkotai sebagai Sultan Sulu dan Borneo Utara ke-35 pada tanggal 16 September 2012. Acara penobatan berlangsung di Mainbung (Sulu), di hadapan para pejabat agung, pejabat setempat, tamu asing, pejabat lainnya, dan sejumlah besar orang-orang Sulu. Setelah penobatan, Yang Mulia menegaskan kembali, sebagai sultan de jure, institusi dinasti sebelumnya dari Royal Order of the Pearl, juga menegaskan kembali posisinya dalam Ordo sebagai Grand Sayyid.<ref>{{Cite web |url=http://www.royalhouseofsulu.org/the-sultan.html |title=Salinan arsip |access-date=2018-11-17 |archive-date=2018-01-31 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180131153502/http://www.royalhouseofsulu.org/the-sultan.html |dead-url=yes }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.gov.ph/2013/02/26/line-of-succession-of-the-sultans-of-sulu-of-the-modern-era/ |title=Salinan arsip |access-date=2018-11-17 |archive-date=2013-03-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130302155243/http://www.gov.ph/2013/02/26/line-of-succession-of-the-sultans-of-sulu-of-the-modern-era/ |dead-url=yes }}</ref>
|}
== Pranala luar ==
* [http://www.gov.ph/2013/02/26/line-of-succession-of-the-sultans-of-sulu-of-the-modern-era/ Line of succession of the Sultans of Sulu of the Modern Era] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130302155243/http://www.gov.ph/2013/02/26/line-of-succession-of-the-sultans-of-sulu-of-the-modern-era/ |date=2013-03-02 }}
* [http://www.bunyoro-kitara.org/106.html Treaty of Friendship between the Kingdom of Bunyoro-Kitara (Uganda) and the Sultanate of Sulu and North Borneo]
|