Aksara Makassar Kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Sumatera
(235 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Teks Makassar}}
{{Infobox writing system
|name=Ukiri' Jangang-Jangangjangang
|altname={{scriptScript|Maka|𑻱𑻴𑻠𑻳𑻭𑻳𑻪𑻢𑻪𑻢𑻪𑻢𑻪𑻢}}
|type = [[Abugida]]
|time = abad ke-17 hingga abad ke-19
|languages = [[Bahasa Makassar]]
|fam1={{hipotesis abjad aram-brahmi}}
Baris 12:
|unicode = [https://www.unicode.org/charts/PDF/U11EE0.pdf U+11EE0–U+11EFF]
|iso15924=Maka
|sample =Kata jangangjangang.png
|sample =COLLECTIE TROPENMUSEUM Gedeelte van het dagboek van de Vorsten van Gowa in oud Makassaarschrift TMnr 668-216.jpg
|imagesize = 200px250px
}}
 
'''Aksara Makassar''', juga dikenal dengan nama({{aka}} '''''ukiriUkiri' jangangJangang-jangang''''' ({{script|Maka|𑻱𑻴𑻠𑻳𑻭𑻳𑻪𑻢𑻪𑻢}};dalam tulisan[[bahasa burungMakassar]]) adalah salah satu jenis [[aksara]] tradisionalhistoris nusantaraIndonesia yang pernah digunakan untuk menulisdi [[bahasaSulawesi MakassarSelatan]].<ref name=":0">{{citeuntuk web|url=https://www.unicode.org/L2/L2015/15233-makasar.pdf|title=L2/15-233:penulisan Proposal to encode the Makasar script in Unicode|last=Pandey|first=Anshuman|date=2015-11-02}}</ref> Aksara ini digunakan sebagai aksara resmibahasa [[KesultananBahasa Makassar|Makassar]] sejakantar abad ke-17 M hingga digantikanabad 19 M ketika fungsinya tergantikan oleh aksara [[aksara BugisLontara|aksara Lontara BaruBugis]] pada abad ke-19.{{sfn|Jukes|2019|pp=49}}<ref name=":10">{{Citecite bookjournal|url=httpshttp://bookswww.googleunicode.coorg/L2/L2015/15233-makasar.id/books?idpdf|first=qmzDDwAAQBAJAnshuman|last=Pandey|title=AProposal Grammarfor ofencoding Makasar:the AMakassar Languagescript ofin South Sulawesi, IndonesiaUnicode|lastjournal=JukesISO/IEC JTC1/SC2/WG2|firstissue=AnthonyL2/15-233|date=201902-1211-022015|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-41266-8|language=enUnicode}}</ref>
 
Aksara Makassar adalah sistem tulisan [[abugida]] yang terdiri dari 18 aksara dasar. Seperti aksara [[Brahmi]] lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu. Arah penulisan aksara Lontara adalah kiri ke kanan. Aksara ini ditulis tanpa spasi antarkata (''[[scriptio continua]]'') dengan [[tanda baca]] yang minimal. Suku kata mati, atau suku kata yang diakhiri dengan konsonan, tidak ditulis dalam aksara Makassar, sehingga teks Makassar secara inheren dapat memiliki banyak kerancuan kata yang hanya dapat dibedakan dengan konteks.
 
== Sejarah ==
Para ahli umumnya meyakini bahwa aksara Makassar telah digunakan sebelum Sulawesi Selatan mendapat pengaruh [[Islam]] yang signifikan sekitar abad 16 M, berdasarkan fakta bahwa aksara Makassar menggunakan dasar sistem [[abugida]] [[aksara Brahmi|Indik]] ketimbang [[huruf Arab]] yang menjadi lumrah di Sulawesi Selatan di kemudian harinya.{{sfn|Macknight|2016|p=55}} Aksara ini berakar pada [[aksara Brahmi]] dari India selatan, kemungkinan dibawa ke Sulawesi melalui perantara aksara Kawi atau aksara turunan Kawi lainnya.{{sfn|Macknight|2016|p=57}}{{sfn|Tol|1996|p=214}}{{sfn|Jukes|2014|p=2}} Kesamaan grafis aksara-aksara Sumatera Selatan seperti [[aksara Rejang]] dengan aksara Makassar membuat beberapa ahli mengusulkan keterkaitan antara kedua aksara tersebut.{{sfn|Noorduyn|1993|pp=567–568}} Teori serupa juga dijabarkan oleh Christopher Miller yang berpendapat bahwa aksara Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Filipina berkembang secara pararel dari purwarupa [[aksara Gujarat]], [[India]].<ref name="miller1">{{cite journal|url=http://journals.linguisticsociety.org/proceedings/index.php/BLS/article/view/3917|first=Christopher|last=Miller|title= A Gujarati origin for scripts of Sumatra, Sulawesi and the Philippines|journal=Annual Meeting of the Berkeley Linguistics Society|volume=36|issue=1|year=2010}}</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gedeelte van het dagboek van de Vorsten van Gowa in oud Makassaarschrift TMnr 668-216.jpg|250px|jmpl|Contoh buku tulisan tangan, ditulis dalam bahasa Makassar menggunakan aksara Makassar, dari buku harian Pangeran [[Gowa]]. Tanda baca [[Pallawa|palláwa]], tipikal dari aksara ini, digambar dan diberi warna merah, serta beberapa nama dan beberapa sisipan dalam bahasa Arab.]]
Aksara Makassar adalah perkembangan dari [[aksara Kawi]] yang digunakan di Nusantara sekitar tahun 800-an. Terdapat teori yang menyatakan bahwa aksara Lontara Bugis dan Makassar secara umum terinspirasi dari Surat Ulu yang lazim digunakan di Sumatra bagian selatan (contohnya [[aksara Rejang]]) karena adanya kesamaan grafis di antara dua tulisan tersebut.<ref name="Noorduyn">{{cite journal|title=Variation in the Bugis/Makasarese script|year=1993|publisher=KITLV, Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies|pages=533–570|author=J. Noorduyn|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|issue=149}}</ref> Linguis dan ahli aksara Christopher Ray Miller menganggap bahwa hanya aksara Makassar yang merupakan turunan langsung dari Surat Ulu, sementara aksara Bugis diturunkan dari varian Brahmi lainnya.<ref>{{cite conference |last=Miller |first=Christopher |year=2010 |title=A Gujarati Origin for Scripts of Sumatra, Sulawesi and the Philippines |location=University of California, Berkeley |conference=Annual Meeting of the Berkeley Linguistics Society |volume=36 |pages=276–291 |url=http://journals.linguisticsociety.org/proceedings/index.php/BLS/article/view/3917/3611 }}</ref> Pernyataan [[Kronik Gowa]] bahwa [[Daeng Pamatte']] ([[syahbandar]] [[Kesultanan Gowa]] di awal abad ke-16) merupakan orang yang "membuat ''lontara<nowiki>'</nowiki>'' Makassar" (''ampareki lontara' Mangkasaraka'') seringkali dikutip sebagai bukti bahwa ia merupakan pencipta aksara ini, tetapi pendapat ini ditolak oleh sebagian besar sejarawan dan ahli bahasa, yang menganggap bahwa yang dimaksud dengan pembuatan ''lontara<nowiki>'</nowiki>'' di sini adalah penyusunan pustaka dan pencatatan sejarah alih-alih penciptaan aksara.<ref name=":1" /><ref name="Noorduyn" /><ref>{{cite book |author=Ahmad M. Sewang |year=2005 |title=Islamisasi Kerajaan Gowa: abad XVI sampai abad XVII|url=https://books.google.com/books?id=HOcUtQAtl00C |publisher=Yayasan Obor Indonesia |isbn=9789794615300}}</ref><ref name="Cummings2">{{cite book |last=Cummings |first=William P. |year=2002 |title=Making Blood White: Historical Transformations in Early Modern Makassar |url=https://books.google.com/?id=tANZd6c-8wUC |location=2840 Kolowalu St, Honolulu, HI 96822, USA|publisher=University of Hawaii Press |isbn=978-0824825133}}</ref><ref name="Cummings">{{cite book |last=Cummings |first=William P. |year=2007 |title=A Chain of Kings: The Makassarese Chronicles of Gowa and Talloq |url=https://books.google.com/?id=0jDBXoKAq6UC&dq=empire%20of%20gowa |publisher=KITLV Press|isbn=978-9067182874 }}</ref><ref>{{cite book |author=Fachruddin Ambo Enre |year=1999 |title=Ritumpanna Wélenrénngé: Sebuah Episoda Sastra Bugis Klasik Galigo |url=https://books.google.com/books?id=u3jZXmdmv0oC |publisher=Yayasan Obor Indonesia |isbn=9789794613184}}</ref>
 
Setidaknya terdapat empat aksara yang terdokumentasi pernah digunakan di wilayah Sulawesi Selatan, secara kronologis aksara-aksara tersebut adalah aksara Makassar, [[aksara Lontara|Lontara]], [[huruf Arab|Arab]], dan [[huruf Latin|Latin]]. Dalam perkembangannya, keempat aksara ini kerap digunakan bersamaan tergantung dari konteks penulisan sehingga lazim ditemukan suatu naskah yang menggunakan lebih dari satu aksara, termasuk naskah beraksara Makassar yang sering ditemukan bercampur dengan [[huruf jawi|Arab Melayu]].{{sfn|Tol|1996|pp=213–214}} Aksara Makassar pada awalnya diduga sebagai nenek moyang aksara aksara Lontara, namun keduanya kini dianggap sebagai cabang terpisah dari suatu purwarupa kuno yang tidak lagi tersisa.{{sfn|Jukes|2019|pp=46}}
Aksara ini pernah dipakai untuk menulis berbagai macam dokumen, dari peta, hukum perdagangan, surat perjanjian, hingga buku harian. Dokumen-dokumen ini biasa ditulis dalam sebuah buku, tetapi terdapat juga medium tulis tradisional bernama ''[[lontar]]'', di mana selembar daun lontar yang panjang dan tipis digulungkan pada dua buah poros kayu sebagaimana halnya pita rekaman pada ''tape recorder''. Teks kemudian dibaca dengan menggulung lembar tipis tersebut dari kiri ke kanan.
 
Beberapa penulis kadang menyebut [[Daeng Pamatte']], [[syahbandar]] [[Kerajaan Gowa]] di awal abad 16 M, sebagai pencipta aksara Makassar berdasarkan kutipan dalam [[Kronik Gowa]] yang berbunyi ''Daeng Pamatte' ampareki lontara' Mangkasaraka'', diterjemahkan sebagai "Daeng Pamatte' inilah yang menciptakan lontara Makassar" dalam terjemahan G.J. Wolhoff dan Abdurrahim yang terbit pada tahun 1959. Namun pendapat ini ditolak oleh sebagian besar sejarawan dan ahli bahasa kini, yang mengemukakan bahwa istilah ''ampareki'' dalam konteks tersebut lebih tepat diterjemahkan sebagai "menyusun" dalam artian penyusunan perpustakaan atau penyempurnaan pencatatan sejarah dan sistem menulis alih-alih penciptaan aksara dari nihil.{{sfn|Jukes|2019|pp=47}}<ref>{{cite book |author=Ahmad M. Sewang |year=2005 |title=Islamisasi Kerajaan Gowa: abad XVI sampai abad XVII|url=https://books.google.com/books?id=HOcUtQAtl00C|publisher=Yayasan Obor Indonesia |isbn=9789794615300|page=37-38}}</ref><ref name="Cummings2">{{cite book |last=Cummings |first=William P. |year=2002 |title=Making Blood White: Historical Transformations in Early Modern Makassar |url=https://books.google.com/?id=tANZd6c-8wUC |location=2840 Kolowalu St, Honolulu, HI 96822, USA|publisher=University of Hawaii Press |isbn=978-0824825133}}</ref><ref name="Cummings">{{cite book |last=Cummings |first=William P. |year=2007 |title=A Chain of Kings: The Makassarese Chronicles of Gowa and Talloq |url=https://books.google.com/?id=0jDBXoKAq6UC&dq=empire%20of%20gowa |publisher=KITLV Press |isbn=978-9067182874 }}{{Pranala mati|date=Maret 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><!--<ref>{{cite book |author=Fachruddin Ambo Enre |year=1999 |title=Ritumpanna Wélenrénngé: Sebuah Episoda Sastra Bugis Klasik Galigo |url=https://books.google.com/books?id=u3jZXmdmv0oC |publisher=Yayasan Obor Indonesia |isbn=9789794613184}}</ref>-->
Tulisan beraksara Makassar tertua yang masih bertahan hingga saat ini adalah tanda tangan para delegasi Kesultanan Gowa yang dibubuhkan pada naskah [[Perjanjian Bungaya]] dari tahun 1667. Naskah perjanjian ini sendiri ditulis dalam dua bahasa, Belanda (dengan aksara Latin) dan Melayu (dengan [[abjad Jawi]]).<ref name=":1" /> Naskah beraksara Makassar dengan panjang lumayan yang paling baru adalah salinan catatan harian salah seorang ''Tumailalang'' (menteri dalam negeri) Kesultanan Gowa yang dibuat pada sekitar tahun 1930-an (naskah aslinya sendiri kemungkinan dibuat pada abad ke-19).<ref name=":1" />
 
Tulisan beraksara Makassar tertua yang masih bertahan hingga saat ini adalah tanda tangan para delegasi Kerajaan Gowa dalam [[Perjanjian Bungaya]] dari tahun 1667 yang kini disimpan di [[Arsip Nasional Republik Indonesia]]. Sementara itu, salah satu naskah beraksara Makassar paling awal dengan panjang signifikan yang masih bertahan adalah kronik Gowa-Tallo dari pertengahan abad 18 M yang disimpan di Koninklijk Instituut voor de Tropen (KIT), [[Amsterdam]] (no. koleksi KIT 668/216).{{sfn|Jukes|2014|pp=3-4}}
Menjelang abad ke-19, aksara ini digantikan secara perlahan-lahan oleh aksara Bugis (juga dikenal sebagai aksara Lontara Baru oleh orang Makassar). Tidak diketahui bagaimana perkembangan selanjutnya setelah abad ke-19 hingga akhirnya Anshuman Pandey mendaftarkan aksara ini untuk mendapatkan kode Unicode kepada [[Unicode Consortium|Konsorsium Unicode]] pada 2 November 2015.<ref name=":0" /> Perlu penelitian dan riset lebih lanjut mengenai aksara ini.
 
Dalam perkembangannya, penggunaan aksara Makassar berangsur-angsur tergantikan dengan aksara [[aksara Lontara|Lontara Bugis]] yang bagi penulis Makassar kadang dirujuk sebagai "lontara baru". Pergantian ini kemungkinan dipengaruhi oleh surutnya prestise [[Kerajaan Gowa]] bersamaan dengan meningkatnya kekuatan [[suku Bugis|Bugis]]. Seiring menurunnya pengaruh Gowa, para juru tulis Makassar tidak lagi menggunakan aksara Makassar dalam pencatatan sejarah resmi atau dokumen sehari-hari, meski kadang masih digunakan untuk konteks-konteks tertentu sebagai upaya untuk membedakan identitas budaya Makassar dari pengaruh Bugis. Naskah beraksara Makassar paling baru yang sejauh ini diketahui adalah catatan harian seorang ''tumailalang'' (perdana menteri) Gowa dari abad 19 M yang bentuk aksaranya telah menerima pengaruh signifikan dari aksara Lontara Bugis.{{sfn|Jukes|2019|pp=47-49}} Hingga penghujung abad 19 M, penggunaan aksara Makassar telah tergantikan sepenuhnya dengan Lontara Bugis dan kini tidak ada lagi pembaca asli aksara Makassar.{{sfn|Jukes|2019|pp=49}}
=== Nama ===
Dinamakan ''ukiri' jangang-jangang'' (tulisan burung) karena bentuk glif dari aksara ini menyerupai bentuk aktivitas burung.<ref name=":0" />
 
== Penggunaan ==
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
[[Berkas:Hikayat Amir Hamzah in Makassarese.jpg|250px|jmpl|[[Hikayat Amir Hamzah]] dalam bahasa Makassar dengan aksara Lontara. Nama-nama Arab ditulis menggunakan abjad Arab dalam tinta hitam bersama simbol aksara lainnya. Tinta merah digunakan untuk menandai awal bab serta "kata-kata paragraf" yang ditulis dalam bahasa Melayu menggunakan aksara Serang.]]
|-
|state = {{{1<includeonly>|collapsed</includeonly>}}} align=center colspan=2 style="background:#D3D3D3; font-size: 100%;"| '''Penggunaan Aksara Makassar'''
|-
|align=center; colspan=2|
<gallery mode="packed" heights="200px">
Berkas:Detil perjanjian bungaya.jpg|Detil tanda tangan beraksara Makassar dari [[Perjanjian Bungaya]] koleksi Arsip Nasional Indonesia
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gedeelte van het dagboek van de Vorsten van Gowa in oud Makassaarschrift TMnr 668-216.jpg| Buku harian Pangeran [[Gowa]] koleksi Tropenmuseum
Berkas:Makassar historical record.jpg|Kumpulan dokumen berbahasa dan beraksara Makassar antar abad 18 hingga 19 M koleksi British Library
Berkas:Fragment of daily register in old Makassar script.jpg|Fragmen catatan harian koleksi British Library
</gallery>
|}
Sebagaimana [[aksara Lontara]] yang juga digunakan di lingkup budaya Sulawesi Selatan yang sama, aksara Makassar digunakan dalam sejumlah tradisi teks berkaitan yang sebagian besarnya ditulis dalam manuskrip atau naskah kertas. Istilah '''''lontara''''' (kadang dieja '''''lontaraq''''' atau '''''lontara'''''' untuk menandakan bunyi [[Konsonan letup celah-suara|hentian glotal]] di akhir) juga mengacu pada suatu genre sastra yang membahas sejarah dan silsilah, topik tulisan yang paling banyak dibuat dan dianggap penting oleh masyarakat [[Suku Bugis|Bugis]] dan [[Suku Makassar|Makassar]]. Genre ini bisa dibagi ke dalam beberapa sub-jenis: silsilah (''lontara' pangngoriseng''), catatan harian (''lontara' bilang''), dan catatan sejarah atau [[Kronik (sejarah)|kronik]] (''patturioloang''). Tiap kerajaan Sulawesi Selatan umumnya memiliki catatan sejarah masing-masing yang disusun dari ketiga jenis genre di atas dalam konvensi gubahan tertentu.{{sfn|Tol|1996|pp=223–226}} Dibandingkan dengan catatan-catatan "sejarah" dari bagian Nusantara lainnya, catatan sejarah dalam tradisi sastra Sulawesi Selatan dianggap sebagai salah satu yang paling "realistis"; berbagai kejadian historis dijelaskan secara lugas dan masuk akal, sementara elemen legendaris relatif sedikit muncul atau disertai dengan penanda seperti kata "konon" sehingga keseluruhan catatan terkesan faktual dan realistis.{{sfn|Cummings|2007|p=8}}<ref>{{cite book |editor-last1=Macknight |editor-first1=Charles Campbell |editor-last2=Paeni |editor-first2=Mukhlis |editor-last3=Hadrawi |editor-first3=Muhlis |year=2020 |title=The Bugis Chronicle of Bone |url=https://press.anu.edu.au/publications/bugis-chronicle-bone |translator1=Campbell Macknight |translator2=Mukhlis Paeni |translator3=Muhlis Hadrawi |location=Canberra |publisher=Australian National University Press |isbn=9781760463588 |ref=harv|language=EN|page=xi-xii}}</ref> Meskipun begitu, catatan sejarah seperti ''patturiolong'' Makassar tidak terlepas dari fungsi politisnya sebagai salah satu alat pengesahan kekuasaan, keturunan, maupun klaim teritorial penguasa tertentu.{{sfn|Cummings|2007|p=11}} Salah satu ''patturiolong'' beraksara Makassar yang telah diteliti oleh para ahli ialah [[Kronik Gowa]] yang menguraikan riwayat raja-raja Gowa sejak berdirinya [[Kerajaan Gowa]] hingga masa pemerintahan [[Sultan Hasanuddin]] pada abad 17 M.
 
Penggunaan catatan harian merupakan salah satu fenomena unik sastra Sulawesi Selatan yang tidak memiliki analogi serupa dalam tradisi tulis Indonesia lainnya.{{sfn|Tol|1996|pp=226–228}} Pengguna catatan harian umumnya orang dengan strata tinggi, seperti sultan, penguasa (''arung''), atau perdana menteri (''tumailalang''). Buku harian semacam ini umumnya memiliki tabel yang telah dibagi-bagi menjadi baris dan tanggal, dan pada baris tanggal yang telah disediakan penulis akan membubuhkan catatan kejadian yang ia anggap penting pada tanggal tersebut. Seringkali banyak baris dibiarkan kosong, namun apabila satu hari memiliki banyak catatan maka seringkali baris aksara berbelok dan berputar-putar untuk menempati segala ruang kosong yang masih tersisa dalam halaman karena satu tanggal hanya diperbolehkan untuk memuat satu baris tak terputus.{{sfn|Tol|1996|pp=226–228}}
 
== Kerancuan ==
Aksara Makassar tidak memiliki diakritik untuk mematikan aksara atau cara lain untuk menuliskan suku kata mati meskipun bahasa [[bahasa Makassar|Makassar]] memiliki banyak kata dengan suku kata mati.<!-- Semisal, bunyi nasal akhir /-ŋ/ dan glotal /ʔ/ yang lumrah dalam bahasa Makassar sama sekali tidak ditulis dalam ejaan aksara Makassar, sehingga kata seperti ''ama'' (kutu ayam), ''ama''' (suka), dan ''amang'' (aman)<ref>{{Cite book|title=KAMUS MAKASSAR - INDONESIA|last=Arief|first=Drs. Abueraerah|date=1995|publisher=Yayasan Perguruan Islam Kapita DDI|isbn=|location=Makassar|pages=9|url-status=live}}</ref> semuanya akan ditulis sebagai ''ama'' {{Script|Maka|𑻱𑻥}} dalam aksara Makassar.--> Tulisan ''baba'' {{Script|Maka|𑻤𑻤}} dalam aksara Makassar dapat merujuk pada enam kemungkinan kata: ''baba, baba', ba'ba, ba'ba', bamba,'' dan ''bambang''.{{sfn|Jukes|2014|p=6}} Mengingat bahwa penulisan aksara Makassar juga tidak mengenal spasi antar kata atau pemenggalan teks yang konsisten, naskah beraksara Makassar kerap memiliki banyak kerancuan kata yang seringkali hanya dapat dibedakan melalui konteks. Pembaca teks Makassar memerlukan pemahaman awal yang memadai mengenai bahasa dan isi naskah yang bersangkutan untuk dapat membaca teksnya dengan lancar.{{sfn|Tol|1996|pp=216–217}}{{sfn|Jukes|2014|p=8}} Kerancuan ini dapat dianalogikan dengan penggunaan huruf Arab gundul; pembaca yang bahasa ibunya memakai huruf Arab secara intuitif paham akan vokal mana yang pantas digunakan dalam konteks kalimat yang bersangkutan, sehingga [[harakat|penanda vokal]] tidak diperlukan dalam teks standar sehari-hari.
 
Namun begitu, kadang konteks sekalipun tidak memadai untuk mengungkap cara baca kalimat yang rujukannya tidak diketahui oleh pembaca. Sebagai ilustrasi, Cummings dan Jukes memberikan contoh berikut untuk mengilustrasikan bagaimana penulisan aksara Makassar dapat menghasilkan arti yang berbeda tergantung dari cara pembaca memenggal dan mengisi bagian yang rancu:
 
{| class="wikitable"
|-
! rowspan=2 style="text-align: center"| Aksara Makassar
! colspan=2 style="text-align: center"| Kemungkinan Cara Baca
|-
! style="text-align: center"| Latin
! style="text-align: center"| Arti
|-
| rowspan=2 style="text-align: center"| {{Script|Maka|𑻱𑻤𑻵𑻦𑻱𑻳}}{{sfn|Jukes|2014|p=9}}
| a'bétai
| ia menang ([[intransitif]])
|-
| ambétai
| ia mengalahkan ... ([[transitif]])
|-
| rowspan=2 style="text-align: center"| {{Script|Maka|𑻨𑻠𑻭𑻵𑻱𑻳𑻣𑻵𑻣𑻵𑻤𑻮𑻧𑻦𑻶𑻠}}<ref name="cummings">{{cite book|first=William|last=Cummings|year=2002|url=https://books.google.co.id/books?id=tANZd6c-8wUC&redir_esc=y&hl=id|title=Making Blood White: historical transformations in early modern Makassar|publisher=University of Hawai'i Press|place=Honolulu|isbn=9780824825133}}</ref>
| nakanréi pépé' balla' datoka
| api melahap sebuah klenteng
|-
| nakanréi pépé' balanda tokka'
| api melahap sang Belanda botak
|}
 
Tanpa mengetahui maksud atau kejadian nyata yang mungkin dirujuk oleh penulis, maka pembacaan yang "benar" dari kalimat di atas tidak mungkin ditentukan sendiri oleh pembaca umum. Pembaca paling mahir sekalipun kerap perlu berhenti sejenak untuk mengintepretasikan apa yang ia baca.{{sfn|Jukes|2014|p=6}}
Lontara adalah sistem tulisan [[abugida]] yang terdiri dari 18 konsonan. Seperti aksara [[Brahmi]] lainnya, setiap konsonan mempunyai vokal inheren /a/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu menjadi vokal /i/, /u/, /e/, atau /o/. Lontara tidak memiliki sebuah tanda [[virama]] (tanda pemati vokal) atau tanda konsonan akhir. Bunyi nasal /ŋ/, glotal /ʔ/, dan [[gemitasi]] konsonan dalam bahasa Makassar tidak ditulis. Karena itu, teks Lontara dapat menjadi sangat rancu bagi yang tidak terbiasa. Semisal {{script|Maka|𑻱𑻥}} dapat dibaca ''ama'' 'kutu ayam', ''amak'' 'kiamat/suka', atau ''amang'' 'aman'.<ref>{{Cite book|title=KAMUS MAKASSAR - INDONESIA|last=Arief|first=Drs. Abueraerah|date=1995|publisher=Yayasan Perguruan Islam Kapita DDI|isbn=|location=Makassar|pages=9|url-status=live}}</ref>
 
== Bentuk aksara ==
=== Aksara dasar ===
Aksara dasar ({{Script|MakasarMaka|𑻱𑻭𑻶𑻮𑻶𑻦𑻭}}''' ''anrong lontara’''''' ) dalam aksara Makassar merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/. Terdapat 18 aksara dasar dalam aksara Makassar, sebagaimana berikut:<ref name=":0" />
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" |'''''Anrong Lontara’'''''
Baris 53 ⟶ 95:
|-
| [[Berkas:mak_ka.png|90px]]
| [[Berkas:mak_gamak_ga2.png|90px]]
| [[Berkas:mak_nga.png|90px]]
| [[Berkas:mak_pa.png|90px]]
Baris 62 ⟶ 104:
|[[Berkas:mak_na.png|90px]]
|-
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻠}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻡}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻢}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻣}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻤}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻥}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻦}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻧}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻨}}
|-
! ca
Baris 92 ⟶ 134:
| [[Berkas:mak_a.png|90px]]
|-
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻩}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻪}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻫}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻬}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻭}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻮}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻯}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻰}}
| style="text-align: center" |{{Script/Makasar|Maka|𑻱}}
|}
Perlu diperhatikan bahwa aksara Makassar tidak pernah mengalami proses standardisasi sebagaimana aksara Lontara Bugis di kemudian harinya, sehingga terdapat banyak variasi penulisan yang dapat ditemukan dalam naskah-naskah Makassar.{{sfn|Jukes|2014|pp=1}} Bentuk pada tabel di atas disadur dari aksara yang digunakan dalam [[:Commons:File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Gedeelte_van_het_dagboek_van_de_Vorsten_van_Gowa_in_oud_Makassaarschrift_TMnr_668-216.jpg|buku harian Pangeran Gowa koleksi Tropenmuseum]], no koleksi KIT 668-216.
 
=== DiaktritikDiakritik ===
Diakritik ({{Script/Makasar|Maka|𑻱𑻨𑻮𑻶𑻦𑻭}} '''''ana’ lontara’''''') adalah tanda yang melekat pada aksara utama untuk mengubah vokal inheren aksara utama yang bersangkutan. Terdapat 4 diakritik dalam aksara Makassar, sebagaimana berikut:<ref name=":0" />
 
{| class="wikitable"
Baris 122 ⟶ 165:
! style="text-align: center" |Nama
| style="text-align: center" |ana' i rate
<!--{{Script/Makasar|Maka|𑻱𑻨𑻱𑻳𑻭𑻦𑻵}}-->
| style="text-align: center" |ana' i rawa
<!--{{Script/Makasar|Maka|𑻱𑻨𑻱𑻳𑻭𑻯}}-->
| style="text-align: center" |ana' ri olo
<!--{{Script/Makasar|Maka|𑻱𑻨𑻭𑻳𑻱𑻶𑻮𑻶}}-->
| style="text-align: center" |ana' ri boko
<!--{{Script/Makasar|Maka|𑻱𑻨𑻭𑻳𑻤𑻶𑻠𑻶}}-->
|-
! style="text-align: center"|na
Baris 136 ⟶ 179:
! no
|-
| style="text-align: center"|[[Berkas:lon_nalon_ta.png|90px]]
|[[Berkas:mak_ni.png|90x90px]]
|[[Berkas:mak_nu.png|90x90px]]
Baris 142 ⟶ 185:
|[[Berkas:mak_no.png|90x90px]]
|-
| style="text-align: center" |{{scriptScript|Maka|𑻨}}
| style="text-align: center" |{{scriptScript|Maka|𑻨𑻳}}
| style="text-align: center" |{{scriptScript|Maka|𑻨𑻴}}
| style="text-align: center" |{{scriptScript|Maka|𑻨𑻵}}
| style="text-align: center" |{{scriptScript|Maka|𑻨𑻶}}
|-
| colspan="6" style="background:#F8F8F8;font-size:small;text-align:left" | '''Catatan'''
<small>
:1. {{note|/e/ sebagaimana e dalam kata "enak"}}/e/ sebagaimana e dalam kata "enak"
</small>
|}
 
=== Tanda baca ===
Teks historis Makassar ditulis tanpa spasi antarkata (''[[scriptio continua]]'') dan tidak banyak menggunakan tanda baca. Aksara Makassar diketahui hanya memiliki dua tanda baca asli: '''''passimbang''''' dan tanda pengakhir bagian. ''Passimbang'' berfungsi seperti titik atau koma dalam huruf Latin dengan membagi teks ke dalam penggalan yang mirip (namun tidak sama) dengan bait atau kalimat, sementara tanda pengakhir bagian digunakan untuk membelah teks ke dalam satuan yang menyerupai bab.<ref name=":0" />
 
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | Tanda Baca
|-
! pallawapassimbang
! akhir bagian
|-
Baris 164 ⟶ 209:
| [[Berkas:mak_endtext.png|90px]]
|-
| style="text-align: center" | {{scriptScript|lontMaka|𑻷}}
| style="text-align: center" | {{scriptScript|lontMaka|𑻸}}
|}
 
Pada naskah tertentu, tanda pengakhir bagian digantikan dengan tanda baca yang menyerupai pohon palem (🌴), dan untuk akhir bagian yang lebih besar umum digunakan stilisasi kata ''tammat'' yang menggunakan [[huruf Arab]] ({{Script|Arab|تمت}}).<ref name=":0" />
 
=== Pengulangan suku kata ===
Suku kata berunut dengan konsonan awal yang sama seringkali ditulis dalam bentuk singkatan menggunakan diakritik ganda atau tanda pengulang '''''angka''''' yang kemudian dapat dilekatkan lagi dengan diakritik. Penggunaannya dapat dilihat sebagaimana berikut:<ref name=":0" />
{| summary="syllable reduplication"
|-
| valign="top" |
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | Diakritik ganda
|-
!
! dudu
|-
! rowspan=2|tanpa diakritik ganda
| [[Berkas:Mak_dudu.png|90px]]
|- style="text-align: center;"mood
| {{Script|Maka|𑻧𑻴𑻧𑻴}}
|-
! rowspan=2|dengan diakritik ganda
| [[Berkas:Mak_dudu1.png|90px]]
|- style="text-align: center;"
| {{Script|Maka|𑻧𑻴𑻴}}
|}
| valign="top"|
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | Tanda ''Angka''
|-
!
! dada
! dadu
! duda
|-
! rowspan=2|tanpa tanda ''angka''
| [[Berkas:Mak_dada.png|90px]]
| [[Berkas:Mak_dadu.png|90px]]
| [[Berkas:Mak_duda.png|90px]]
|- style="text-align: center;"
| {{Script|Maka|𑻧𑻧}}
| {{Script|Maka|𑻧𑻧𑻴}}
| {{Script|Maka|𑻧𑻴𑻧}}
|-
! rowspan=2|dengan tanda ''angka''
| [[Berkas:Mak_dada1.png|90px]]
| [[Berkas:Mak_dadu1.png|90px]]
| [[Berkas:Mak_duda1.png|90px]]
|- style="text-align: center;"
| {{Script|Maka|𑻧𑻲}}
| {{Script|Maka|𑻧𑻲𑻴}}
| {{Script|Maka|𑻧𑻴𑻲}}
|}
 
|}
 
== Contoh teks ==
Berikut ini adalah kutipan dari [[Kronik Gowa]] yang mengisahkan jalannya sebuah pertempuran antara Gowa dan [[Kerajaan Tallo|Tallo]] yang berujung pada persekutuan keduanya semasa pemerintahan Karaeng Gowa [[Tumaparisi Kallonna|Tumapa'risi' Kallonna]] dan Karaeng Tallo [[Tunipasuru|Tunipasuru']].{{efn|Ejaan aksara Makassar dari sumber dipertahankan di sini, walaupun warna tulisan telah disamakan menjadi hitam semua. Alih aksara dan terjemahan bebas diadaptasi dari Jukes (2019), dengan beberapa tambahan keterangan dari terjemahan versi sejarawan William Cummings (2007).}}<ref name=":1" /><ref name="Cummings" />
:{|
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻱𑻳𑻬𑻦𑻶𑻥𑻳𑻱𑻨𑻵𑻷𑻥𑻡𑻱𑻴𑻷𑻨𑻨𑻳𑻮𑻳𑻣𑻴𑻢𑻳𑻷𑻨𑻳𑻤𑻴𑻧𑻴𑻷𑻭𑻳𑻦𑻴𑻦𑻮𑻶𑻠𑻷𑻭𑻳𑻦𑻴𑻥𑻭𑻴𑻰𑻴𑻠𑻷𑻭𑻳𑻦𑻴𑻣𑻶𑻮𑻶𑻤𑻠𑻵𑻢𑻷|size=21px}}
|-
|''ia–tommi anne. ma'gau'. na nilipungi. nibundu'. ri tu Talloka. ri tu Marusuka. ri tu Polombangkenga.''
Baris 179 ⟶ 275:
|Pada masa pemerintahannya [Tumapa'risi' Kallonna] ia juga dikepung dan diserang oleh orang-orang Tallo, oleh orang-orang [[Maros]], [dan] oleh orang-orang Polombangkeng.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻠𑻭𑻱𑻵𑻢𑻷𑻭𑻳𑻦𑻮𑻶𑻷𑻨𑻱𑻡𑻱𑻢𑻷𑻰𑻳𑻯𑻵𑻷𑻦𑻴𑻨𑻳𑻣𑻱𑻰𑻴𑻭𑻴𑻷|size=21px}}
|-
|''Karaenga. ri Tallo'. naagaanga. siewa. Tunipasuru'.''
Baris 185 ⟶ 281:
|Karaeng Tallo yang berlawanan dengannya ialah Tunipasuru'.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻱𑻭𑻵𑻠𑻮𑻵𑻨𑻷𑻱𑻳𑻬𑻠𑻴𑻥𑻤𑻰𑻴𑻷𑻨𑻳𑻠𑻨𑻷𑻱𑻳𑻥𑻢𑻬𑻶𑻯𑻤𑻵𑻭𑻷|size=21px}}
|-
|''areng kalenna. iang kumabassung. nikana. I Mangayoaberang.''
Baris 191 ⟶ 287:
|Nama pribadinya, semoga saya tidak kualat [karena lancang menyebutkannya], adalah I Mangayoaberang.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻥𑻡𑻯𑻴𑻠𑻷𑻭𑻳𑻥𑻭𑻴𑻰𑻴𑻷𑻨𑻳𑻠𑻨𑻷𑻣𑻦𑻨𑻮𑻠𑻨|size=21px}}
|-
|''ma'gauka. ri Marusu'. nikana. Patanna Langkana.''
Baris 197 ⟶ 293:
|[Sementara, penguasa] yang memerintah di Maros [kala itu] disebut Patanna Langkana.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻱𑻭𑻵𑻥𑻦𑻵𑻨𑻷𑻨𑻳𑻠𑻨𑻷𑻦𑻴𑻥𑻥𑻵𑻨𑻭𑻳𑻤𑻴𑻮𑻴𑻧𑻴𑻯𑻬𑻷|size=21px}}
|-
|''areng matena. nikana. Tumamenang ri Bulu'duaya.''
Baris 203 ⟶ 299:
|[[Nama anumerta|Gelar anumertanya]] adalah Tumamenang ri Bulu'duaya.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻱𑻭𑻵𑻠𑻮𑻵𑻨𑻱𑻳𑻬𑻠𑻴𑻥𑻤𑻰𑻴𑻷𑻱𑻳𑻥𑻣𑻰𑻶𑻤𑻷|size=21px}}
|-
|''areng kalenna iang kumabassung. I Mappasomba.''
Baris 209 ⟶ 305:
|Nama pribadinya, semoga saya tidak kualat, adalah I Mappasomba.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻱𑻭𑻵𑻣𑻥𑻨𑻨𑻷𑻨𑻳𑻠𑻨𑻷𑻱𑻳𑻧𑻱𑻵𑻢𑻴𑻭𑻡𑻷|size=21px}}
|-
|''areng pamana'na. nikana. I Daeng Nguraga.''
|-
|Nama ''pamana''' [=''pa'daengang'' atau nama halus]-nyahalusnya, adalah I Daeng Nguraga.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻦𑻴𑻥𑻡𑻱𑻴𑻠𑻷𑻭𑻳𑻤𑻪𑻵𑻷𑻱𑻨𑻨𑻷𑻠𑻭𑻱𑻵𑻮𑻶𑻯𑻵𑻷𑻨𑻳𑻠𑻨𑻬𑻧𑻱𑻵𑻨𑻱𑻳𑻣𑻰𑻱𑻳𑻭𑻳𑻷𑻠𑻠𑻨𑻱𑻳𑻧𑻱𑻵𑻥𑻰𑻭𑻶𑻷|size=21px}}
|-
|''Tuma'gauka. ri Bajeng. ana'na. Karaeng Loe. nikanaya Daenna I Pasairi. kakanna I Daeng Masarro.''
Baris 221 ⟶ 317:
|Ia yang memerintah di Bajeng [Polombangkeng] merupakan anaknya Karaeng Loe yang disebut Daenna I Pasairi, kakaknya I Daeng Masarro.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻱𑻳𑻬𑻥𑻳𑻨𑻵𑻷𑻰𑻭𑻳𑻤𑻱𑻦𑻷𑻦𑻴𑻥𑻡𑻱𑻴𑻠𑻷𑻭𑻳𑻰𑻭𑻤𑻶𑻨𑻵𑻷𑻭𑻳𑻮𑻵𑻠𑻵𑻰𑻵𑻷𑻭𑻳𑻠𑻦𑻳𑻢𑻷𑻭𑻳𑻪𑻥𑻭𑻷𑻭𑻳𑻪𑻳𑻣𑻷𑻭𑻳𑻥𑻧𑻮𑻵𑻷|size=21px}}
|-
|''iaminne. sari'battang. Tuma'gauka. ri Sanrabone. ri Lengkese'. ri Katingang. ri Jamarang. ri Jipang. ri Mandalle'.''
Baris 227 ⟶ 323:
|[I Pasairi] ini bersaudara dengan mereka yang berkuasa di Sanrabone, di Lengkese', di Katingang, di Jamarang, di Jipang, [dan] di Mandalle'.{{efn|Negeri-negeri yang disebut di baris ini, beserta Bajeng yang disebutkan sebelumnya, merupakan ketujuh negeri yang membentuk konfederasi Polombangkeng.<ref name="Cummings2" />}}
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻦𑻴𑻪𑻴𑻱𑻳𑻰𑻳𑻰𑻭𑻳𑻤𑻦𑻷𑻥𑻮𑻮𑻰𑻳𑻣𑻴𑻯𑻵𑻢𑻱𑻰𑻵𑻷𑻷|size=21px}}
|-
|''tujui sisari'battang. ma'la'lang sipue–ngaseng.''
Baris 233 ⟶ 329:
|Bertujuh mereka kakak-beradik, seluruhnya berpayung setengah [=memerintah].{{efn|''La'lang sipue'' atau "payung setengah" merupakan semacam payung berbahan dedaunan lontar yang digunakan saat pelantikan penguasa.<ref name="Cummings" />}}
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻱𑻳𑻬𑻥𑻳𑻨𑻵𑻠𑻭𑻱𑻵𑻷𑻨𑻳𑻮𑻳𑻣𑻴𑻢𑻳𑻷𑻭𑻳𑻡𑻱𑻴𑻠𑻦𑻮𑻴𑻯𑻷|size=21px}}
|-
|''iaminne Karaeng. nilipungi. ri Gaukang Tallua.''
Baris 239 ⟶ 335:
|Karaeng ini [Tumapa'risi' Kallonna] disokong oleh Tiga Gaukang.{{efn|"Tiga Gaukang" merujuk pada panji-panji kebesaran Gowa yang disebut Gurudaya, Sulengkaya, dan Cakkuridia.<ref name="Cummings" />}}
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻠𑻭𑻱𑻵𑻢𑻭𑻳𑻮𑻠𑻳𑻬𑻴𑻷𑻱𑻢𑻡𑻢𑻳𑻷𑻡𑻴𑻭𑻴𑻧𑻬𑻷𑻦𑻴𑻥𑻢𑻰𑻬𑻷𑻦𑻴𑻦𑻶𑻤𑻶𑻮𑻶𑻠𑻷𑻦𑻴𑻰𑻱𑻶𑻥𑻦𑻬𑻷|size=21px}}
|-
|''Karaenga ri Lakiung. angngagangi. Gurudaya. tu Mangngasaya. tu Tomboloka. tu Saomataya.''
Baris 245 ⟶ 341:
|Kareng Lakiung menyertai Gurudaya, [bersama dengan] orang-orang Mangngasa, Tombolo' dan Saomata,
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻱𑻪𑻶𑻭𑻵𑻢𑻳𑻷𑻠𑻮𑻵𑻨𑻷𑻱𑻳𑻥𑻥𑻠𑻰𑻳𑻷𑻤𑻭𑻶𑻤𑻶𑻰𑻶𑻷𑻨𑻣𑻥𑻵𑻦𑻵𑻢𑻳𑻷|size=21px}}
|-
|''anjorengi. kalenna. imamakasi. Baro'boso'. napammenténgi.''
Baris 251 ⟶ 347:
|di sana mereka berkubu, di Baro'boso', bersiap siaga,
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻱𑻳𑻬𑻥𑻳𑻨𑻱𑻡𑻱𑻷𑻰𑻳𑻦𑻴𑻪𑻴𑻷𑻦𑻶𑻣𑻶𑻮𑻶𑻤𑻱𑻠𑻵𑻢𑻷|size=21px}}
|-
|''iami naagaang. situju. tu Polombangkenga.''
|-
|mereka telah bersatu [untuk] menghadapi orang-orang Polombangkeng.
<!--|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻠𑻮𑻵𑻨𑻠𑻭𑻱𑻵𑻢𑻷𑻰𑻳𑻬𑻡𑻢𑻳𑻷𑻰𑻴𑻮𑻵𑻠𑻬𑻷|size=21px}}
|-
|''kalenna Karaenga. siagángi. Sulengkaya.''
Baris 263 ⟶ 359:
|Sang Karaeng [Tumapa'risi' Kallonna] sendiri menyertai Sulengkaya,
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻭𑻣𑻶𑻩𑻳𑻨𑻳𑻷𑻨𑻣𑻥𑻵𑻦𑻵𑻢𑻳𑻷𑻰𑻳𑻬𑻡𑻢𑻳𑻷𑻦𑻴𑻰𑻴𑻧𑻳𑻬𑻢𑻷𑻦𑻴𑻥𑻨𑻴𑻪𑻴𑻯𑻷𑻦𑻴𑻤𑻶𑻭𑻳𑻰𑻮𑻶𑻯𑻷|size=21px}}
|-
|''Rappocini. napammenténgi. siagángi. tu Sudianga. tu Manujua. tu Borisalloa.''
Baris 269 ⟶ 365:
|bersedia di Rappocini bersama orang-orang Sudiang, Manuju, dan Borisallo.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻦𑻴𑻦𑻮𑻶𑻠𑻷𑻰𑻳𑻬𑻡𑻱𑻷𑻠𑻮𑻵𑻨𑻷𑻱𑻳𑻧𑻱𑻵𑻥𑻰𑻭𑻶𑻷𑻱𑻳𑻬𑻥𑻳𑻨𑻱𑻡𑻱𑻷𑻰𑻳𑻦𑻴𑻪𑻴𑻷𑻠𑻮𑻵𑻨𑻠𑻭𑻱𑻵𑻢𑻷|size=21px}}
|-
|''tu Talloka. siagaang. kalenna. I Daeng Masarro. iami naagaang. situju. kalenna Karaenga.''
Baris 275 ⟶ 371:
|Orang-orang Tallo dan I Daeng Masarro sendiri bersama-sama menghadapi sang Karaeng.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻠𑻭𑻱𑻵𑻢𑻭𑻳𑻧𑻦𑻷𑻰𑻳𑻬𑻡𑻢𑻳𑻷𑻩𑻠𑻴𑻭𑻳𑻧𑻳𑻬𑻷𑻦𑻥𑻥𑻢𑻴𑻷𑻨𑻣𑻥𑻵𑻦𑻵𑻢𑻳𑻷𑻰𑻳𑻬𑻡𑻢𑻳𑻷𑻣𑻩𑻵𑻮𑻵𑻠𑻷𑻣𑻦𑻮𑻰𑻷𑻤𑻶𑻦𑻶𑻥𑻨𑻱𑻳𑻷|size=21px}}
|-
|''Karaenga ri Data'. siagángi. Cakkuridia. Tamamangung. napammenténgi. siagángi. Paccellekang. Pattallassang. Bontomanai'.''
Baris 281 ⟶ 377:
|Karaeng Data' menyertai Cakkuridia, di Tamamangung ia bersiaga bersama [orang-orang] Paccellekang, Pattallasang, dan Bontomanai',
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻦𑻴𑻥𑻭𑻴𑻰𑻴𑻠𑻷𑻨𑻱𑻡𑻱𑻷𑻰𑻳𑻦𑻴𑻪𑻴𑻷|size=21px}}
|-
|''tu Marusuka. naagaang. situju.''
Baris 287 ⟶ 383:
|orang-orang Maros mereka hadapi.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻮𑻵𑻤𑻠𑻳𑻷𑻥𑻤𑻴𑻧𑻴𑻠𑻳𑻷𑻨𑻳𑻣𑻮𑻭𑻳𑻥𑻳𑻷𑻦𑻴𑻦𑻮𑻶𑻠𑻦𑻴𑻥𑻭𑻴𑻰𑻴𑻠𑻷𑻦𑻴𑻣𑻶𑻮𑻶𑻤𑻠𑻵𑻢𑻷|size=21px}}
|-
|''le'baki. ma'bunduki. nipalarimi. tu Talloka tu Marusuka. tu Polombangkenga.''
Baris 293 ⟶ 389:
|Begitu perang mulai berkecamuk, berlarianlah sudah orang-orang Tallo', Maros, dan Polombangkeng.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻦𑻴𑻥𑻭𑻴𑻰𑻴𑻠𑻷𑻮𑻭𑻳𑻨𑻷𑻭𑻳𑻦𑻥𑻥𑻢𑻴𑻷𑻦𑻴𑻮𑻴𑻰𑻴𑻠𑻳𑻷𑻥𑻨𑻱𑻴𑻭𑻳𑻥𑻭𑻴𑻰𑻴𑻷|size=21px}}
|-
|''tu Marusuka. larina. ri Tamamangung. tulusuki. manaung ri Marusu'.''
Baris 299 ⟶ 395:
|Orang-orang Maros melarikan diri dari Tamamangung, langsung turun ke Maros.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻦𑻴𑻣𑻶𑻮𑻶𑻤𑻠𑻵𑻢𑻷𑻥𑻢𑻴𑻮𑻶𑻭𑻶𑻥𑻥𑻳𑻷𑻤𑻳𑻰𑻵𑻬𑻷𑻨𑻥𑻤𑻳𑻰𑻵𑻬𑻥𑻨𑻱𑻳𑻷|size=21px}}
|-
|''tu Polombangkenga. mangnguloro'–mami. biseang. na ma'biseang manai'.''
Baris 305 ⟶ 401:
|Orang-orang Polombangkeng mengulur dayung dan mengayuh naik [kembali ke Polombangkeng].
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻦𑻴𑻦𑻮𑻶𑻠𑻷𑻥𑻮𑻭𑻳𑻥𑻦𑻥𑻭𑻳𑻦𑻮𑻶𑻷|size=21px}}
|-
|''tu Talloka. malari mantama ri Tallo'''
Baris 311 ⟶ 407:
|Orang-orang Tallo berlari hingga memasuki [wilayah] Tallo'
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻨𑻰𑻴𑻮𑻴𑻥𑻱𑻵𑻷𑻨𑻰𑻴𑻭𑻶𑻠𑻳𑻬𑻶𑻷𑻠𑻭𑻱𑻵𑻢𑻷𑻦𑻴𑻥𑻣𑻭𑻳𑻰𑻳𑻠𑻮𑻶𑻨𑻷𑻱𑻦𑻥𑻭𑻳𑻦𑻮𑻶𑻷|size=21px}}
|-
|''nassulu' mae. nasuro kio'. Karaenga. Tumapa'risi Kallonna. antama ri Tallo'.''
Baris 317 ⟶ 413:
|[Kemudian] mereka mengirim keluar permintaan untuk bertemu sang Karaeng, Tumapa'risi' Kallonna. Masuklah ia ke Tallo'.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻦𑻪𑻤𑻢𑻳𑻱𑻳𑻷𑻮𑻮𑻷𑻨𑻳𑻦𑻶𑻯𑻨𑻷𑻨𑻳𑻭𑻣𑻶𑻱𑻳𑻷|size=21px}}
|-
|''tuju bangngi i. lalang. nitoana. nirappói.''
Baris 323 ⟶ 419:
|Tujuh malam ia di sana, dijamu dan diberi sirih pinang.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻱𑻳𑻬𑻥𑻳𑻪𑻶𑻷𑻨𑻰𑻳𑻦𑻮𑻳𑻥𑻶𑻷𑻠𑻭𑻱𑻵𑻢𑻷𑻭𑻳𑻡𑻶𑻯𑻷𑻠𑻭𑻱𑻵𑻢𑻷𑻭𑻳𑻦𑻮𑻶𑻷𑻡𑻮𑻭𑻢𑻷𑻱𑻳𑻬𑻢𑻰𑻵𑻷𑻭𑻳𑻤𑻭𑻴𑻡𑻨𑻳𑻠𑻵𑻮𑻴𑻯𑻷|size=21px}}
|-
|''iaminjo. nasitalli'mo. Karaenga. ri Gowa. Karaenga. ri Tallo'. gallaranga. ia– ngaseng. ri baruga nikelua.''
Baris 329 ⟶ 425:
|Mereka [yang disebut berikut] ini bersumpahlah sudah: sang Karaeng Gowa, sang Karaeng Tallo', [serta] seluruh ''gallarrang'' di balairung.
|-
|{{script/MakasarScript|Maka|𑻱𑻳𑻬𑻱𑻳𑻬𑻨𑻥𑻶𑻷𑻦𑻱𑻴𑻷𑻱𑻣𑻰𑻳𑻱𑻵𑻯𑻱𑻳𑻷𑻡𑻶𑻯𑻷𑻦𑻮𑻶𑻷𑻱𑻳𑻬𑻥𑻶𑻨𑻩𑻮𑻭𑻵𑻯𑻦𑻷|size=21px}}
|-
|''ia–iannamo. tau. ampasiewai. Gowa. Tallo'. iamo nacalla. rewata.''
|-
|[Bahwasanya] setiap orang yang membuat Gowa and Tallo' saling bermusuhan, pastilah ia akan dikutuk oleh para dewata.-->
|}
 
== Perbandingan dengan aksara Lontara ==
Dalam perkembangannya, penggunaan aksara Makassar berangsur-angsur tergantikan dengan aksara [[aksara Lontara|Lontara Bugis]] yang bagi penulis Makassar kadang dirujuk sebagai "lontara baru". Kedua aksara yang berkerabat dekat ini memiliki aturan tulis yang hampir identik, meski secara rupa terlihat cukup berbeda. Perbandingan kedua aksara tersebut dapat dilihat sebagaimana berikut:{{sfn|Jukes|2014|pp=2|loc=Tabel 1}}
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | Aksara Dasar
|-
!
! ka
! ga
! nga
! ngka
! pa
! ba
! ma
! mpa
! ta
! da
! na
! nra
|-
! ca
! rowspan=2 style="text-align: center;" | Makassar
! ja
| [[Berkas:mak_ka.png|40px]]
! nya
| [[Berkas:mak_ga2.png|40px]]
! nca
| [[Berkas:mak_nga.png|40px]]
! ya
! rowspan=2 |
! ra
| [[Berkas:mak_pa.png|40px]]
! la
| [[Berkas:mak_ba.png|40px]]
! wa
| [[Berkas:mak_ma.png|40px]]
! sa
! rowspan=2 a|
| [[Berkas:mak_ta.png|40px]]
! ha
| [[Berkas:mak_da.png|40px]]
| [[Berkas:mak_na.png|40px]]
! rowspan=2 |
|-
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻠}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻡}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻢}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻣}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻤}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻥}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻦}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻧}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻨}}
|-
! rowspan=2 style="text-align: center;" | Bugis
| [[Berkas:lon_ka.png|40px]]
| [[Berkas:lon_ga.png|40px]]
Baris 378 ⟶ 488:
| [[Berkas:lon_na.png|40px]]
| [[Berkas:lon_nra.png|40px]]
|-
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨀ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨁ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨂ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨃ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨄ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨅ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨆ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨇ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨈ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨉ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨊ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨋ}}
|-
!
! ca
! ja
! nya
! nca
! ya
! ra
! la
! wa
! sa
! a
! ha
! rowspan=5 |
|-
! rowspan=2 style="text-align: center;" | Makassar
| [[Berkas:mak_ca.png|40px]]
| [[Berkas:mak_ja.png|40px]]
| [[Berkas:mak_nya.png|40px]]
! rowspan=2 |
| [[Berkas:mak_ya.png|40px]]
| [[Berkas:mak_ra.png|40px]]
| [[Berkas:mak_la.png|40px]]
| [[Berkas:mak_wa.png|40px]]
| [[Berkas:mak_sa.png|40px]]
| [[Berkas:mak_a.png|40px]]
! rowspan=2 |
|-
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻩}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻪}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻫}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻬}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻭}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻮}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻯}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻰}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|𑻱}}
|-
! rowspan=2 style="text-align: center;" | Bugis
| [[Berkas:lon_ca.png|40px]]
| [[Berkas:lon_ja.png|40px]]
Baris 389 ⟶ 551:
| [[Berkas:lon_a.png|40px]]
| [[Berkas:lon_ha.png|40px]]
|-
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨀ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨁ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨂ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨃ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨄ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨅ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨆ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨇ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨈ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨉ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨊ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨋ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨌ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨍ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨎ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨏ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨐ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨑ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨒ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨓ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨔ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨕ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨖ}}
|-
! rowspan=2| style="text-align: center;" | Makassar{{Script|Maka|ᨌ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨍ}}
| [[Berkas:mak_ka.png|40px]]
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨎ}}
| [[Berkas:mak_ga2.png|40px]]
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨏ}}
| [[Berkas:mak_nga.png|40px]]
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨐ}}
! rowspan=2|
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨑ}}
| [[Berkas:mak_pa.png|40px]]
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨒ}}
| [[Berkas:mak_ba.png|40px]]
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨓ}}
| [[Berkas:mak_ma.png|40px]]
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨔ}}
! rowspan=2|
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨕ}}
| [[Berkas:mak_ta.png|40px]]
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨖ}}
| [[Berkas:mak_da.png|40px]]
| [[Berkas:mak_na.png|40px]]
! rowspan=2|
| [[Berkas:mak_ca.png|40px]]
| [[Berkas:mak_ja.png|40px]]
| [[Berkas:mak_nya.png|40px]]
! rowspan=2|
| [[Berkas:mak_ya.png|40px]]
| [[Berkas:mak_ra.png|40px]]
| [[Berkas:mak_la.png|40px]]
| [[Berkas:mak_wa.png|40px]]
| [[Berkas:mak_sa.png|40px]]
| [[Berkas:mak_a.png|40px]]
! rowspan=2|
|-
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻠}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻡}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻢}}
 
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻣}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻤}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻥}}
 
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻦}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻧}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻨}}
 
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻩}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻪}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻫}}
 
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻬}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻭}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻮}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻯}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻰}}
| style="text-align: center" |{{script|Maka|𑻱}}
|}
 
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | Diakritik
|-
! rowspan=3 style="text-align: center;"| |
! -a
! -i
! -u
! -é{{ref label|/e/ sebagaimana e dalam kata "enak"|1}}
! -o
! -e{{ref label|/ə/ sebagaimana e dalam kata "empat"|2}}
|-
|
| [[Berkas:lon_i.png|40px]]
| [[Berkas:lon_u.png|40px]]
Baris 480 ⟶ 581:
| [[Berkas:lon_o.png|40px]]
| [[Berkas:lon_ee.png|40px]]
|-
! na
! ni
! nu
!
! no
! ne
|-
! rowspan=2 style="text-align: center;" | BugisMakassar
| [[Berkas:lon_na.png|40px]]
| [[Berkas:lon_ni.png|40px]]
| [[Berkas:lon_nu.png|40px]]
| [[Berkas:lon_ne.png|40px]]
| [[Berkas:lon_no.png|40px]]
| [[Berkas:lon_nee.png|40px]]
|-
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨊ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨊᨗ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨊᨘ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨊᨙ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨊᨚ}}
| style="text-align: center" |{{script|lont|ᨊᨛ}}
|-
! rowspan=2 style="text-align: center"| Makassar
| [[Berkas:mak_na.png|40px]]
| [[Berkas:mak_ni.png|40px]]
Baris 510 ⟶ 596:
| [[Berkas:mak_no.png|40px]]
! rowspan=2|
|-
| style="text-align: center;" | {{scriptScript|Maka|𑻨}}
| style="text-align: center;" | {{scriptScript|Maka|𑻨𑻳}}
| style="text-align: center;" | {{scriptScript|Maka|𑻨𑻴}}
| style="text-align: center;" | {{scriptScript|Maka|𑻨𑻵}}
| style="text-align: center;" | {{scriptScript|Maka|𑻨𑻶}}
|-
 
! rowspan=2 style="text-align: center;" | Bugis
| [[Berkas:lon_na.png|40px]]
| [[Berkas:lon_ni.png|40px]]
| [[Berkas:lon_nu.png|40px]]
| [[Berkas:lon_ne.png|40px]]
| [[Berkas:lon_no.png|40px]]
| [[Berkas:lon_nee.png|40px]]
|-
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨊ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨊᨗ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨊᨘ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨊᨙ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨊᨚ}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|ᨊᨛ}}
|-
| colspan="7" style="background:#F8F8F8;font-size:small;text-align:left" | '''Catatan'''
<small>
:1. {{note|/e/ sebagaimana e dalam kata "enak"}}/e/ sebagaimana e dalam kata "enak"
:2. {{note|/ə/ sebagaimana e dalam kata "empat"}}/ə/ sebagaimana e dalam kata "empat"
</small>
|}
 
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | Tanda bacaBaca
|-
! rowspan=3 style="text-align: center;" | BugisMakassar
! passimbang
! pallawa
! akhir bagian
|-
| style="text-align: center;" | [[Berkas:lon_pallawa.png|40px]]
| style="text-align: center;" | [[Berkas:lon_endtext.png|40px]]
|-
| style="text-align: center" | {{script|lont|᨞}}
| style="text-align: center" | {{script|lont|᨟}}
|-
! rowspan=3 style="text-align: center"| Makassar
! passimbang
! akhir bagian
|-
| style="text-align: center;" | [[Berkas:mak_pass.png|40px]]
| style="text-align: center;" | [[Berkas:mak_endtext.png|40px]]
|-
| style="text-align: center;" | {{scriptScript|Maka|𑻷}}
| style="text-align: center;" | {{scriptScript|Maka|𑻸}}
|-
! rowspan=3 style="text-align: center;" | Bugis
! pallawa
! akhir bagian
|-
| style="text-align: center;" | [[Berkas:lon_pallawa.png|40px]]
| style="text-align: center;" | [[Berkas:lon_endtext.png|40px]]
|-
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|᨞}}
| style="text-align: center;" | {{Script|Maka|᨟}}
|}
 
Baris 555 ⟶ 656:
{{Tabel Unicode Makasar}}
 
== FonCatatan ==
Fon untuk aksara Makassar berdasarkan blok unicode pertama kali dibuat oleh [[Pengguna:N219|Febri Muhammad Nasrullah]] dengan nama ''Jangang-jangang'' pada awal 2020.<ref>{{Cite web|url=https://aksaradinusantara.com/|title=Aksara di Nusantara|website=Aksara di Nusantara|language=en|access-date=2020-04-07}}</ref> Fon ini telah mendukung teknologi graphite SIL dan fitur pengulangan kata, baik menggunakan ''angka'' (''contoh:'' {{Script/Makasar|𑻥𑻲𑻳
}} mami) maupun pengulangan vokal (''contoh:'' {{Script/Makasar|𑻥𑻳𑻳}} mimi dan {{Script/Makasar|𑻥𑻴𑻴}} mumu).
 
== Rujukan ==
=== Keterangan ===
{{notelist}}
=== CatatanRujukan kaki ===
{{reflist}}
=== Daftar Pustaka ===
* {{Cite journal|url=https://oxis.org/downloads/cense_1966.pdf|title=Old Buginese and Macassarese diaries|first=A|last=Cense|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|volume=122|issue=4|page=416-428|place=Leiden|year=1966}}
* {{cite book |last=Cummings |first=William P. |date=January 1, 2007 |title=A Chain of Kings: The Makassarese Chronicles of Gowa and Talloq |url=https://books.google.com/?id=0jDBXoKAq6UC&dq=empire%20of%20gowa |publisher=KITLV Press |isbn=978-9067182874 |ref={{harvid|Cummings|2007}} }}{{Pranala mati|date=Maret 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=qmzDDwAAQBAJ|title=A Grammar of Makasar: A Language of South Sulawesi, Indonesia|last=Jukes|first=Anthony|date=2019-12-02|publisher=Brill|isbn=978-90-04-41266-8|language=en}}
* {{cite journal|url=https://lingdy.aa-ken.jp/en/activities/research-events/140227-intl-symp-and-ws|first=Anthony|last=Jukes|title=Writing and Reading Makassarese|year=2014|publisher=LingDy2 Project, Institute for Languages and Cultures of Asia and Africa, Tokyo University of Foreign Studies|journal=International Workshop of Endangered Scripts of Island Southeast Asia: Proceedings|language=EN |ref=harv}}
* {{cite journal|url=https://www.researchgate.net/publication/41017547_Variation_in_the_BugisMakasarese_script|title=Variation in the Bugis/Makasarese script|year=1993|publisher=KITLV, Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies|pages=533–570|first=Jacobus|last=Noorduyn|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|volume=149|issue=3|ref=harv}}
* {{cite journal|url=http://www.unicode.org/L2/L2015/15233-makasar.pdf|first=Anshuman|last=Pandey|title=Proposal for encoding the Makassar script in Unicode|journal=ISO/IEC JTC1/SC2/WG2|issue=L2/15-233|date=02-11-2015|publisher=Unicode}}
* {{cite book |last=Tol |first=Roger |chapter=A Separate Empire: Writings of South Sulawesi |url=https://archive.org/details/illuminationswri0000kuma |title=Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia|editor=Ann Kumar|editor2=John H. McGlynn|publisher=Lontar Foundation|year=1996|isbn=0834803496|location=Jakarta|language=EN|ref=harv}}
 
== Lihat pula ==
* [[AksaraBahasa BugisMakassar]]
* [[Aksara Lontara]]
{{commons category|Makasar script}}
 
== Pranala luar ==
{{commons category|Makasar script}}
* Unduh fon aksara Makassar berdasarkan blok unicode [https://aksaradinusantara.com/fonta/font/Jangang-jangang?key=db78249b43e1232d82bba35ec500a0b0 di sini]
=== Naskah digital ===
* Unduh fon aksara Makassar berdasarkan ANSI [https://aksaradinusantara.com/fonta/font/Jangang%20Jangang?key=dde91a830351c940d9748b94d1a73696 di sini] atau [https://drive.google.com/open?id=1Z0WHEZYDZu2URqT-42Kt98uGu1Vbz6_l di sini]
* [http://www.bl.uk/manuscripts/FullDisplay.aspx?index=0&ref=Add_MS_12351 Kumpulan dokumen berbahasa dan beraksara Makassar antar abad 18 hingga 19 M], koleksi British Library no. Add MS 12351
<!--ini lontara bugis isinya, petugas perpus kasih saran sesat*[https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Manuskrip/VT%20225_001.pdf Terjemahan Al-Quran(?)], koleksi Perpustakaan Nasional Indonesia, no. VT 81-->
 
=== Lainnya ===
* [http://www.unicode.org/L2/L2015/15233-makasar.pdf Proposal Unicode untuk aksara Makassar]
* [http://www.unicode.org/L2/L2015/15100-makassarese-bird-script.pdf Proposal Awal Unicode untuk aksara Makassar]
* Unduh font aksara Makassar di [https://aksaradinusantara.com/fonta/font/Jangang-jangang?key=db78249b43e1232d82bba35ec500a0b0 Aksara di Nusantara] atau [https://drive.google.com/open?id=1Z0WHEZYDZu2URqT-42Kt98uGu1Vbz6_l di sini]
 
{{jenis aksara|state=show|state2=show}}