Bagaspati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wie146 (bicara | kontrib)
k typo
M. Adiputra (bicara | kontrib)
 
(4 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{bukan|Banaspati}}
Dalam kisah [[wayang|pewayangan]] [[Mahabharata]], '''Bagawan Bagaspati''' (alias '''Bambang Anggana Putra''' pada masa muda), adalah putra Resi Jaladara dari Pertapaan Dewasana, dengan Dewi Anggini, keturunan Prabu Citragada, raja di [[kerajaan Magadha]]. Pada mulanya Bambang Anggana Putra berwujud ksatria tampan, tetapi kerena terkena kutukan Sanghyang Manikmaya tatkala akan memperistri Dewi Darmastuti wujudnya berubah menjadi [[rakshasa]].
'''Bagawan Bagaspati''' (alias '''Bambang Anggana Putra''' pada masa muda), adalah nama tokoh [[pewayangan]] [[Jawa]] yang disisipkan ke dalam kisah [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'' karya [[Byasa|Krishna Dwaipayana Wyasa]] dari [[India]]. Tokoh ini hanya muncul dalam kisah pewayangan, dan tidak ditemukan dalam naskah ''Mahabharata'' asli yang ber[[bahasa Sanskerta]] (terutama terjemahan [[Kisari Mohan Ganguli]] dan [[C. Rajagopalachari]]).<ref>{{citation| url=http://ancientvoice.wikidot.com/mbh-unique-noun-list-b |title=''Mahabharata'' Unique Noun List - B |publisher=Ancient Voice| author= Jijith N.R.}}</ref>
 
Dalam kisah [[wayang|pewayangan]] [[Mahabharata]],dikisahkan bahwa '''Bagawan Bagaspati''' (alias '''Bambang Anggana Putra''' pada masa muda), adalah putra Resi Jaladara dari Pertapaan Dewasana, dengan Dewi Anggini, keturunan Prabu Citragada, raja di [[kerajaan Magadha]]. Pada mulanya Bambang Anggana Putra berwujud ksatria tampan, tetapi kerena terkena kutukan Sanghyang Manikmaya tatkala akan memperistri Dewi Darmastuti wujudnya berubah menjadi [[rakshasa]].
Menurut lakon "Lahirnya Gandamana", pada mulanya Bagaspati adalah seorang raja di Kerajaan Nusabelah. Ketika menyerang negeri [[Pancala]], Prabu Bagaspati dikalahkan oleh Prabu Mandrapati, raja negeri [[Mandaraka]], yang saat itu tengah bertamu ke Pancala. Setelah ditaklukkan, Bagaspati diminta untuk menjadi pertapa, dan kemudian ia menjadi [[brahmana]] di pertapaan Argabelah dengan gelar Begawan Bagaspati. Ia belakangan bersahabat karib dengan Prabu Mandrapati, yang kelak menjadi besannya.<ref>{{aut|Soegiyanto}}. (2000). ''Kisah dinasti Bharata: leluhur dan masa muda Pandawa-Kurawa.'' Jilid '''3''': 84-98. Surakarta: CV Widya Duta.</ref>
 
Menurut lakon "Lahirnya Gandamana", pada mulanya Bagaspati adalah seorang raja di Kerajaan Nusabelah. Ketika menyerang negeri [[Pancala]], Prabu Bagaspati dikalahkan oleh Prabu Mandrapati, raja negeri [[Mandaraka]], yang saat itu tengah bertamu ke Pancala. Setelah ditaklukkan, Bagaspati diminta untuk menjadi pertapa, dan kemudian ia menjadi [[brahmana]] di pertapaan Argabelah dengan gelar Begawan Bagaspati. Ia belakangan bersahabat karib dengan Prabu Mandrapati, yang kelak menjadi besannya.<ref>{{aut|Soegiyanto}}. (2000). ''Kisah dinasti Bharata: leluhur dan masa muda Pandawa-Kurawa.'' Jilid '''3''': 84-98. Surakarta: CV Widya Duta.</ref>
Bagaspati sangat sakti. Ia memiliki Ajian Candabirawa, sehingga tidak bisa mati kecuali atas kemauannya sendiri. Ia menikah dengan Dewi Dharmastuti, seorang hapsari atau [[bidadari]], dan memiliki puteri bernama [[Pujawati]]. Bagaspati mempunyai watak sabar, ikhlas, percaya akan kekuasaan [[Tuhan]], rela berkorban dan sangat sayang pada puterinya.
 
Bagaspati sangat sakti. Ia memiliki Ajian Candabirawa, sehingga tidak bisa mati kecuali atas kemauannya sendiri. Ia menikah dengan Dewi Dharmastuti, seorang hapsari atau [[bidadari]], dan memiliki puteriputri bernama [[Pujawati]]. Bagaspati mempunyai watak sabar, ikhlas, percaya akan kekuasaan [[Tuhan]], rela berkorban dan sangat sayang pada puterinya.
Akhir riwayatnya diceritakan, karena rasa cintanya dan demi kebahagiaan putrinya, Dewi Pujawati, Bagaspati rela mati dibunuh [[Salya|Narasoma]] ([[Salya]]), menantunya sendiri. Sebelum tewas, ia menyerahkan [[Aji Candabirawa]] kepada Narasoma.<ref>{{aut|Hardjowirogo}}. (1968). ''Sedjarah wajang purwa.'' Cet. ke-V, hlm. 180. Jakarta: Balai Pustaka.</ref>
 
Akhir riwayatnya diceritakan, karena rasa cintanya dan demi kebahagiaan putrinya, Dewi Pujawati, Bagaspati rela mati dibunuh [[Salya|Narasoma]] ([[Salya]]), menantunya sendiri. Sebelum tewas, ia menyerahkan [[Aji Candabirawa]] kepada Narasoma.<ref>{{aut|Hardjowirogo}}. (1968). ''Sedjarah wajang purwa.'' Cet. ke-V, hlm. 180. Jakarta: Balai Pustaka.</ref>
 
== Lihat pula ==
Baris 17 ⟶ 20:
{{tokoh wayang}}
 
[[Kategori:Tokoh Mahabharatawayang]]