August Theis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wsaragih (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(50 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Christian Leader|birth_date={{birth date|1874|2|16}}|birth_place=[[Lahn-Dill-Kreis|Haiger]], [[Hessen]], [[Jerman]]|death_date=1968|death_place=|children=|spouse=|type=priest|image=AugustTheis.gif|image_size=250px|caption=}}
=Sekilas Tentang August Theis=
'''August Theis''' adalah seorang [[misionaris]] [[Jerman]] yang diutus oleh [[Rheinische Missionsgesellschaft|RMG]] ke [[Daftar misionaris Kristen di Tanah Batak|Tanah Batak]]. August Theis adalah penginjil Eropa pertama yang diutus ke [[Kabupaten Simalungun|Simalungun]].
Pendeta August Theis memiliki sedikit sekali dokumen yang menceritakan tentang kehidupannya sejak lahir sampai ia beragabung dengan Rheinische Missions-Gesselschaft (RMG), sebuah misi pengabaran Injil yang berpusat di Barmen.<br>
== August Theis dan RMG ==
Dengan RMG juga ia akhirnya tiba di Sumatera Utara dan menyampaikan kabar baik keselamatan dalam Alkitab kepada penduduk di sana.
Sejak kecil Theis berminat akan pekerjaan pemberitaan [[Injil]]. Karena itu selepas sekolah menengah ia mendaftarkan diri untuk mengikuti pendidikan di Seminari Zending di [[Barmen]]. Pada usia 21 tahun ia dipanggil oleh direktur [[Rheinische Missionsgesselschaft]] (RMG), dan setelah belajar selama tujuh tahun, ia [[penahbisan|ditahbiskan]] menjadi seorang [[pendeta]] pada tanggal [[6 Agustus]] [[1902]].<ref name="Reformata">{{id}} Slamet Wiyono, 13 Mei 2009, [http://www.reformata.com/02049-august-theis-sebarkan-injil-di-simalungun.html August Theis Sebarkan Injil di Simalungun], diakses 25 September 2009.</ref>
 
AugustPada Theistanggal pertama[[23 kaliOktober]] menginjakkan[[1902]]<ref kakinyaname=Reformata/> di usia 28 tahun, Theis diutus oleh RMG dari [[Belanda]] ke Indonesia dengan menumpang kapal laut yang memakan waktu berbulan-bulan. Ia tiba pertama kali di kota [[Padang]] (kini ibukotaibu propinsikota provinsi [[Sumatera Barat]]). Dari sana ia menggunakan transportasi darat ke [[Sigumpar, Toba|Sigumpar]] untuk kemudian menunggu surat pengutusan dari atasannya, Pdt. [[I.L. (Nommensen)|Nommensen]].
=August Theis dan RMG=
August Theis diberangkatkan RMG dari Belanda ke Indonesia tanggal 23 Oktober 1902 menggunakan kapal laut yang memakan waktu berbulan-bulan.
August Theis pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia di kota Padang (kini ibukota propinsi Sumatera Barat). Dari sana ia menggunakan transportasi darat ke Sigumpar untuk kemudian menunggu surat pengutusan dari atasannya (Nommensen).
 
=August= Theis diMasyarakat Simalungun 1903 ==
SimalungunSeperti saatbanyak ituwilayah sepertilainnya daerahdi pelosokIndonesia, laindaerah di Indonesia[[Simalungun]] masih beradabanyak dalamditutupi masahutan-hutan kegelapanlebat. Karena itu Pdt. August Theis pun harus membelah hutan dalam perjalanannya dari daerah Toba menuju ke Pematang Raya. Menurut wawancara beliaudia dengan A. Munthe seperti dituliskan dalam buku '''Pandita August Theis, Missionar Voller Hffnung''' (oleh A. Munthe, Kolportase GKPS, 1987) Hutanhutan tersebut masih dipenuhi oleh hewan-hewan buas seperti Harimau[[harimau]] dan sejenisnya sehingga beliaudia harus mempertaruhkan nyawanya untuk memenuhi misinya ke Pematang Raya.<ref>A. Munthe, ''Pandita August Theis, Missionar Voller Hoffnung'', Kolportase GKPS, [[1987]].</ref>
''Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai'' (Yohanes 4:35), dalam bahasa Simalungun yaitu: ''Mangkawah ma hanima, tonggor hanima ma juma in, domma gorsing, boi ma sabion.''<br>
Ayat inilah yang diucapkan oleh Pendeta August Theis saat beliau tiba di Simalungun.<br>
===Simalungun 1903===
Simalungun saat itu seperti daerah pelosok lain di Indonesia masih berada dalam masa kegelapan. Pdt. August Theis pun harus membelah hutan dalam perjalanannya dari daerah Toba menuju ke Pematang Raya. Menurut wawancara beliau dengan A. Munthe seperti dituliskan dalam buku '''Pandita August Theis, Missionar Voller Hffnung''' (oleh A. Munthe, Kolportase GKPS, 1987) Hutan tersebut masih dipenuhi oleh hewan-hewan buas seperti Harimau sehingga beliau harus mempertaruhkan nyawanya untuk memenuhi misinya ke Pematang Raya.
Adapun masyarakat Simalungun masih bercocok tanam menggunakan ladang kering, yang memaksa mereka untuk melakukan ladang berpindah di mana mereka harus mencari lahan lain sampai 4 tahun sebelum mereka dapat kembali menggunakan ladang yang sama secara optimal.<br>
Dalam kesusahan tersebut sebagian besar masyarakat Simalungun berjudi untuk mencari penghiburan, mereka menjual segala harta miliknya bahkan diri sendiri (sebagai budak) demi memenuhi nafsu mereka untuk berjudi.
 
Adapun[[Suku masyarakatSimalungun|Masyarakat Simalungun]] masih bercocok tanam menggunakan ladang kering, yang memaksa mereka untuk melakukan ladang berpindah-pindah. diSetelah manapanen, mereka harus mencari lahan lain sampaidan baru 4empat tahun sebelumkemudian mereka dapat kembali menggunakan ladang yang sama secara optimal.<br>
===Penyebaran Injil August Theis===
 
Pada tanggal 3-8 Februari 1903 diadakan sebuah pertemuan di Laguboti yang diikuti oleh para pendeta RMG yang memutuskan agar diadakan misi zending ke Simalungun. Nomensen yang saat itu menjabat sebagai Ephorus dan berkantor di Sigumpar, Tapanuli Utara, mengirimkan surat ke direktur RMG di Barmen, Jerman mengenai rekomendasi ini dan merekomendasikan pengabaran injil ke 3 daerah yaitu: Samosir, Simalungun dan Dairi.<br>
Dalam kesusahan tersebut sebagian besar masyarakat Simalungun berjudi untuk mencari penghiburan, mereka menjual segala harta miliknya bahkan diri sendiri (sebagai budak) demi memenuhi nafsu mereka untuk berjudi.
Pada tanggal 3 Maret 1903, diutuslah rombongan pertama RMG ke tanah Simalungun yang beranggotakan Pdt Guillaume, Pdt Simon dan Pdt Meisel dengan tujuan utama untuk menemui raja-raja Simalungun.<br>
 
Rombongan kedua yang diberangkatkan RMG ke Simalungun terdiri dari Pendeta August, Theis Gr Ambrocius dan Theopilus Pasaribu.<br>
=== Penyebaran Injil August Theis= ==
Kedua rombongan tersebut bertemu di Haranggaol dimana Nommensen berkesempatan untuk berkhotbah.
=== Pengiriman August Theis ===
Dari Haranggaol, rombongan Pendeta August Theis menuju ke Pematang Purba dan kemudian tiba di Pamatang Raya pada hari Rabu, 2 September 1903, tanggal yang sampai saat ini terus diperingati oleh anggota GKPS ([[Gereja Kristen Protestan Simalungun]]) di seluruh dunia sebagai hari ''olob-olob'' (sukacita dalam bahasa [[Simalungun]]) sebagai tanda syukur atas masuknya Alkitab ke Simalungun.<br>
Pada tanggal [[3 Februari]]-[[8 Februari]] [[1903]] diadakan sebuah pertemuan di [[Laguboti]] yang diikuti oleh para pendeta RMG yang memutuskan agar diadakan misi zending ke Simalungun. NomensenNommensen yang saat itu menjabat sebagai [[Ephorus]] dan berkantor di Sigumpar, Tapanuli Utara, mengirimkan surat ke direktur RMG di Barmen, Jerman mengenai rekomendasikeputusan ini dan merekomendasikan pengabaran injil ke 3ketiga daerah yaitu: [[Samosir]], [[Simalungun]] dan [[Dairi]].<br>
Saat tiba itulah Pendeta August Theis langsung membacakan ayat kutipan dari Yohanes 4:35 di atas
 
dengan keyakinan bahwa orang [[Simalungun]] harus mendapat Terang dan masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Pada tanggal [[3 Maret]] [[1903]], diutuslah rombongan pertama RMG ke tanah Simalungun yang beranggotakan Pdt. Guillaume, Pdt. Simon dan Pdt. Meisel dengan tujuan utama untuk menemui raja-raja Simalungun.<br> Rombongan kedua yang diberangkatkan RMG ke Simalungun terdiri dari Pendeta August Theis, Guru Ambrocius dan Theopilus Pasaribu. Kedua rombongan tersebut bertemu di [[Haranggaol Horison, Simalungun|Haranggaol]] dan di sana Nommensen berkesempatan untuk berkhotbah.
 
Dari Haranggaol, rombongan Pendeta August Theis menuju ke Pematang Purba dan kemudian tiba di Pamatang Raya pada hari Rabu, 2 September 1903,. tanggalAugust yangTheis tiba dengan didampingi oleh Guru Ambrocius Simatupang dan Evangelis Theophilus Pasaribu.<ref>{{Cite book|last=Saragih|first=Hisarma|date=31 Juli 2019|url=https://books.google.com/books?id=zCwdzAEACAAJ|title=Zending di Tanah Batak: Studi Tentang Konversi di Kalangan Masyarakat Simalungun 1903–1942|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Ombak|isbn=978-602-258-538-1|pages=76|url-status=live}}</ref> Tanggal ini sampai saat ini terus diperingati oleh anggota GKPS ([[Gereja Kristen Protestan Simalungun]]) di seluruh dunia sebagai hari ''olob-olob'' (=sukacita dalam bahasa [[bahasa Simalungun]]) sebagai tanda syukur atas masuknya [[Alkitab]] ke Simalungun.<br>
 
''Saat tiba itulah Pendeta August Theis langsung membacakan ayat kutipan dari Yohanes 4:35, "Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai''." (Yohanes 4:35), dalamDalam [[bahasa Simalungun]] ayat ini yaituberbunyi: ''Mangkawah ma hanima, tonggor hanima ma juma in, domma gorsing, boi ma sabion.''<br>
 
Beberapa sumber tradisional menyebutkan bahwa dalam perjalanannya dari Tigaras, rombongan Pendeta August Theis sempat melewati daerah Urung Panei. Saat itu terdapat jalan setapak dari Tigaras menuju Sipaga-paga hingga ke Urung Panei.
Di sana August Theis bertemu dengan Tuan Urung Panei (Tuan Marhali Purba) dan meminta petunjuk jalan menuju ke Dolok Saribu. Tuan Marhali Purba kemudian mengantarkan rombongan tersebut melalui Nagori Silou dan Aek Silopak (Sidamar) sebelum tiba di Dolok Saribu. Tidak tersedia sumber tertulis mengenai informasi ini karena kemungkinan besar ikut terbakar pada kebakaran yang terjadi pada tahun [[1916]].
Di kemudian hari, putera dari Tuan Marhali Purba, Aristarkus Purba, menerima Baptisan Kudus dari Pendeta August Theis.<ref>Limantina Sihaloho, ''Pendeta Agustheis dan Masuknya Injil di Urung Panei (Sejarah yang Hampir Terlupakan)'', [http://www.gkps.or.id/?go=detail_berita&id=551 Situs Resmi GKPS], [[2005]].</ref>
 
=Sekilas== TentangPelayanan August Theis ===
Satu tahun setelah tiba di Pematang Raya, ia mendirikan sekolah walaupun belum jelas siapa yang akan dididik saat itu. Setelah Pematang Raya, ia mendirikan sekolah di Raya Usang, Buluraya, Sipoldas dan juga Raya Tongah.
 
Walaupun pendidikan ini akhirnya diterima oleh masyarakat Simalungun, masyarakat pada umumnya masih memeluk agama tradisional. Setelah empat tahun, sudah berdiri 7 sekolah yang menampung 183 murid, namun hanya 19 orang saja yang memeluk agama Kristen, karena memang tidak ada paksaan bagi murid untuk memeluk agama Kristen. Kebaktian Minggu yang diadakan pun hanya diikuti oleh anggota keluarga Guru Ambrosius dan 19 murid itu saja.
 
Pada [[26 Desember]] [[1909]] dilakukan baptisan pertama oleh Pdt. Theis atas sejumlah orang Simalungun. Mereka yang dibaptiskan itu adalah Musa Damanik bersama istrinya Marianna [[Saragih]], Sanna [[Damanik]], Marinus Damanik, Hulda Damanik, Nonna Damanik, Petrus Damanik, Salomo [[Sinaga]], Abina Saragih, Hormainim Sinaga, Marthe Sinaga, Lamina Sinaga, Andreas Sinaga, dll.
 
=== Simalungun 19031920-an ===
Pada tahun 1920-an krisis ekonomi melanda dunia hingga Simalungun, namun dibanding keadaan tahun 1903, telah ada beberapa perkembangan yaitu peningkatan kualitas jalan Pematang Siantar-Pematang Raya dan peningkatan sarana ibadah dengan dukungan RMG.
 
== Meninggalkan Simalungun ==
Pada tahun [[1919]], mertua dari August Theis meninggal dunia. Pada saat itu sudah banyak orang Simalungun yang dapat membantu August Theis dalam pelayanannya seperti [[Djaulung Wismar Saragih Sumbayak|J. Wismar Saragih]] yang melayani di [[Raya Usang, Dolog Masagal, Simalungun|Raya Usang]] dan Tuan Anggi (saudara dari raja Raya). Pada tahun ini juga August Theis mengirimkan 2 puterinya kembali ke [[Belanda]] untuk bersekolah.
 
Pada tahun [[1921]], permohonan cutinya untuk kembali ke Belanda dikabulkan dan diadakanlah perpisahan di Pematang Raya pada [[4 April]] [[1921]] yang acaranya dipimpin oleh salah seorang murid August Theis, yaitu J. Wismar Saragih.
 
Sekembalinya August Theis dari Belanda, ia ditempatkan di [[Dolok Sanggul]], dan posisinya di Pematang Raya dilanjutkan oleh Pendeta Guillaume (sebelumnya di Saribudolok). Setelah melayani di Dolok Sanggul, ia berkedudukan di Medan sampai habis masa pelayanannya dan kembali ke Eropa dan meninggal dunia pada [[1968]].
 
Sebagai salah satu cara mengenang jasa August Theis, [[Gereja Kristen Protestan Simalungun]] (GKPS) pada bulan September [[2003]] membentuk Dana August Theis yang merupakan dana yang awalnya dikumpulkan oleh GKPS dan mitra-mitranya di Jerman untuk menyediakan beasiswa bagi anak-anak GKPS yang masih bersekolah di bangku SLTA.<ref>{{id}} GKPS.or.id, 9 Juli 2004, [http://www.gkps.or.id/component/content/article/327-DAT - Dana August Theis GKPS.html Dana August Theis GKPS]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 25 September 2009.</ref> Waktu inisiasi ini dipilih bertepatan dengan peringatan Jubileum 100 tahun sejak tibanya rombongan August Theis di Pematang Raya (yang dianggap sebagai pusatnya Simalungun) untuk menyebarkan ajaran Kristen. Selanjutnya dana ini juga bersumber dari anggota GKPS yang berada di Indonesia atau tempat lain.
 
== Keluarga ==
August Theis menikah dengan Henriette Bannier, yang meninggal dunia pada [[12 Juni]] [[1909]], sembilan hari setelah melahirkan anaknya yang keempat. Ia dimakamkan di [[Raya, Simalungun|Pematang Raya]]. Empat orang anaknya adalah Ernst, Paul, Johanna, dan Maria.
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{GKPS}}
{{lifetime|1874|1968|}}
 
{{DEFAULTSORT:Theis, August}}
[[Kategori:Sejarah Gereja Indonesia]]
[[Kategori:Misionaris di Indonesia]]