Panakawan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 18983841 oleh Eiskrahablo (bicara)
Dheirawa (bicara | kontrib)
merapikan teks
 
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Punakawan wooden decoration.jpg|jmpl|364x364px|Hiasan kayu Punawakan, dari kiri: Petruk, Bagong, Semar, dan Gareng.]]
'''Punakawan''' ({{lang-jv|ꦥꦤꦏꦮꦤ꧀|panakawan|berasal dari kata '''pana''' yang berarti cerdik, jelas, terang, dan cermat dalam pengamatan, serta '''kawan''' yang berarti teman atau sahabat}}) adalah tokoh pewayangan Jawa yang diciptakan oleh seorang pujangga Jawa, dan merupakan mitologi asli masyarakat Jawa. Tokoh punakawan pertama kali muncul dalam karya Sastra Ghatotkacasraya, karangan [[Empu Panuluh]] pada zaman [[Kerajaan Kediri]].<ref>Ardian Kresna. 2012. Punakawan : Simbol kerendahan hati orang Jawa. Yogyakarta: Narasi.</ref>
'''Panakawan''' atau '''punakawan''' (diambil dari {{lang-jv|ꦥꦤꦏꦮꦤ꧀|panakawan|kesatria}}) adalah sebutan umum untuk para pengikut [[kesatria]] dalam khasanah kesusastraan [[Indonesia]], terutama di [[Jawa]]. Pada umumnya para panakawan ditampilkan dalam pementasan [[wayang]], baik itu [[wayang kulit]], [[wayang golek]], ataupun [[wayang orang]] sebagai kelompok penebar humor untuk mencairkan suasana. Namun di samping itu, para panakawan juga berperan penting sebagai penasihat nonformal kesatria yang menjadi asuhan mereka.
 
Punakawan secara harfiah berarti teman atau sahabat (pamong) yang sangat cerdik, dapat dipercaya serta mempunyai pandangan yang luas, memiliki pengamatan yang tajam dan cermat.
 
Dalam [[bahasa Jawa]] dikenal dengan istilah T''anggap ing sasmita lan impad pasanging grahita'' yang berarti peka dan peduli terhadap berbagai permasalahan.
 
== Peran Panakawan ==
[[Berkas:Pentas Seni budaya.jpg|jmpl|259x259px|Panakawan dalam pementasan [[wayang wong]]]]
Istilah panakawan berasal dari kata ''pana'' yang bermakna "paham", dan ''kawan'' yang bermakna "teman". Maksudnya ialah, para panakawan tidak hanya sekadar abdi atau pengikut biasa, tetapi mereka juga memahami apa yang sedang menimpa majikan mereka. Bahkan sering kali mereka bertindak sebagai penasihat majikan mereka tersebut.
 
'''Panakawan''' atau '''punakawan''' (diambil dari {{lang-jv|ꦥꦤꦏꦮꦤ꧀|panakawan|kesatria}}) adalah sebutan umum untuk para pengikut [[kesatria]] dalam khasanah kesusastraan [[Indonesia]], terutama di [[Jawa]]. Pada umumnya para panakawan ditampilkan dalam pementasan [[wayang]], baik itu [[wayang kulit]], [[wayang golek]], ataupun [[wayang orang]] sebagai kelompok penebar humor untuk mencairkan suasana. Namun di samping itu, para panakawan juga berperan penting sebagai penasihat nonformal kesatria yang menjadi asuhan mereka. Para panakawan tidak hanya sekadar abdi atau pengikut biasa, tetapi mereka juga memahami apa yang sedang menimpa majikan mereka. Bahkan sering kali mereka bertindak sebagai penasihat majikan mereka tersebut.
 
Hal yang paling khas dari keberadaan panakawan adalah sebagai kelompok penebar humor di tengah-tengah jalinan cerita. Tingkah laku dan ucapan mereka hampir selalu mengundang tawa penonton. Selain sebagai penghibur dan penasihat, adakalanya mereka juga bertindak sebagai penolong majikan mereka di kala menderita kesulitan. Misalnya, sewaktu [[Bimasena]] kewalahan menghadapi [[Sangkuni]] dalam perang [[Baratayuda]], [[Semar]] muncul memberi tahu titik kelemahan Sangkuni.
Baris 12 ⟶ 18:
Pementasan [[wayang]] hampir selalu dibumbui dengan tingkah laku lucu para panakawan. Pada umumnya kisah yang dipentaskan bersumber dari naskah ''[[Mahabharata]]'' dan ''[[Ramayana]]'' yang berasal dari [[India]]. Meskipun demikian, dalam kedua naskah tersebut sama sekali tidak dijumpai adanya tokoh panakawan. Hal ini dikarenakan panakawan merupakan unsur lokal ciptaan pujangga Jawa sendiri.
 
Menurut sejarawan [[Slamet Muljana]], tokoh panakawan muncul pertama kali dalam karya sastra berjudul ''[[Ghatotkacasraya]]'' karangan Empu Panuluh pada zaman [[Kerajaan Kadiri]]. Naskah ini menceritakan tentang bantuan [[Gatotkaca]] terhadap sepupunya, yaitu [[Abimanyu]] yang berusaha menikahi Ksitisundari, putri [[Sri Kresna]].
 
Dikisahkan Abimanyu memiliki tiga orang panakawan bernama:
:* [[Jurudyah]]
:* [[Punta]]
:* [[Prasanta]]
Ketiganya dianggap sebagai panakawan pertama dalam sejarah kesusastraan Jawa. Dalam kisah tersebut peran ketiganya masih belum seberapa, seolah hanya sebagai pengikut biasa.
 
Baris 41 ⟶ 47:
Dalam pewayangan [[Bali]], tokoh panakawan untuk golongan kesatria bernama [[Tualen]] dan [[Merdah]], sedangkan pengikut golongan jahat bernama [[Delem]] dan [[Sangut]].
 
Dalam pementasan [[ketoprak]] juga dikenal adanya panakawan, tetapi nama-nama mereka tidak pasti, tergantung penulis naskah masing-masing. Meskipun demikian terdapat dua pasang panakawan yang namanya sudah ditentukan untuk dua golongan tertentu pula. Mereka adalah [[Bancak]] dan [[Doyok (Panakawan)|Doyok]] untuk kisah-kisah Panji, serta [[Sabdapalon]] dan [[Nayagenggong]] untuk kisah-kisah [[Damarwulan]] dan [[Brawijaya]].
[[Bawor]] adalah wayang kulit Banyumasan atau panakawan Banyumas: kisah kisah [[bawor dadi ratu]].
 
== Pranala luar ==