Peksi Moi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
(7 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Peksi Moi''' adalah tarian yang berkembang di wilayah Sleman. Peksi Moi merupakan singkatan dari "Persatuan Kesenian Islam Main Olahraga Bela Diri". Tarian ini dipopulerkan oleh K.H. Nahrowi, yang merupakan seorang ulama dari Ploso Kuning, [[Minomartani,
Dalam peksi moi, terdapat beberapa peran yang dimainkan, antara lain penari, pemusik, dan penyanyi.
▲'''Peksi Moi''' adalah tarian yang berkembang di wilayah Sleman. Peksi Moi merupakan singkatan dari "Persatuan Kesenian Islam Main Olahraga Bela Diri". Tarian ini dipopulerkan oleh K.H. Nahrowi, yang merupakan seorang ulama dari Ploso Kuning, Minomartani, Ngangglik, [[Sleman]], pada tahun 1964. Peksi Moi menunjukkan bahwa tarian merupakan kumpulan gerakan bela diri yang diiringi dengan [[Instrumen keuangan|instrumen]]. Setiap instrumen dan lagu yang dimainkan memiliki gerkaan yang berbeda-beda. Berupa tari latar, sehingga dapat dimainkan di mana saja berdurasi pendek, kurang lebih 2-3 menit, atau bahkan ada yang sampai satu jam. Syair atau lagu yang mengiringi meupkana syair tentang ajakan beribadah kepada Allah SWT dan menunjukkan persatuan [[NKRI]] (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Peksimoi menjadi bagian penting dari masyarakat Dusun Soka Wetan, sebagai suatu seni tradisi bernuansa Islam yang dipegang oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Peksimoi menjadi identitas masyarakat dalam menyalurkan ekspresi keberagaman, juga menjadi ajang silaturahmi warga masyarakat, bahkan mampu menghasilkan pendapatan ekonomi bagi para pemainnya. {{snf|Paluseri, Iien|2018|p=182–183}}
▲Dalam peksi moi, terdapat beberapa peran yang dimainkan, antara lain penari, pemusik, dan penyanyi. Penari terdiri dari 12-16 orang, empat orang pemusik yang memainkan alat musik berupa tiga terbang (rebana) dan satu gendang, serta dua orang penyanyi. Pementasan tari terdiri dari laki-laki dan perempuan dnengan 35 lagu yang mengiringi, lagu hanya berupa syair-syairu ajakan, dan tidak memiliki alur cerita. Terdapat tiga jenis bahasa dan satu rangkaian nada yang digunakan dalam syair Peksimoi, yaitu Bahasa Arab (8bait). Jenis-jenis syair yang dilagukan antara lain : ''Ya Rasululloh, Lekas Main, Baru datang, Negara, Manusia, Ya Mauhaimin ya salam, Sunguh kami sekalian, Thalat naba, lasol, Tidak jadi apa, Minta berhenti, marhaban, Rupa jalma, Selamat sempurna, Atur sembah aken, Do mi sol, Hormat kami, Minala, Shalatulloh, Ini mana, Kalau ada, Kinclong, Memberitahu, Naik sepeda, Salendang, Mintalah ampun, Tabik encik, Kami anak pengajian, Ayam kate, Jangan sampaii lama, Assalamu’alaikum, dan Sumu''r dalam (Rubito, 1997). Kostum yang digunakan baju berwarna putih dibalut rompi berwarna biru, jingga dan ungu. Di bagian perut memakai stagen; ikat kepala dengan variasi bulu, celana berwarna hitam dibalut dengan jarik motif parang. seragamnya dimodifikasi secara berkala serta mengalami perubahan dari dulu sampai sekarang, kostum didesain menarik dan menyesuaikan perkembangan zaman.
▲== Referensi ==
{{reflist}}
== Daftar pustaka ==
*{{cite book
|title = Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2018
|last1 = Paluseri
|first1 = Dais Dharmawan
|last2 = Putra
|first2 = Shakti Adhima
|display-authors = 1
|publisher = Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
|year = 2018
|location = Jakarta
|url = https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf
|ref = harv
}}
{{Tarian di wilayah pulau Jawa|state=autocollapse}}
[[kategori:kabupaten Sleman]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]
|