Suku Melayu Loloan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Eiskrahablo (bicara | kontrib)
k Eiskrahablo memindahkan halaman Suku Melayu Bali ke Suku Loloan: Memindahkan berdasarkan kesesuaian isi konten artikel.
Fazily (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Bukan Kaos Kaki (2) (bicara) ke revisi terakhir oleh Fazily
Tag: Pengembalian
 
(24 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Ethnic group
|group = Melayu Loloan
|langs = [[Bahasa Melayu Bali|Bahasa Melayu Loloan]]{{br}}[[Bahasa dan Bali|Bali]]{{br}}[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|related = [[Suku BugisMelayu|BugisMelayu]], [[Suku Bali|Bali]], [[Suku Sasak|Lombok]]
|rels = Mayoritas [[Islam]],[[Hindu]]
|poptime = 45.000-60.000
|popplace= [[Kabupaten Jembrana]]
,[[Kabupaten Buleleng]],[[Kabupaten Tabanan]]}}
}}
'''Suku Melayu Loloan''' ataujuga Melayudikenal Loloansebagai di'''Orang BaliLoloan''' adalah [[masyarakat adat]] yang bermukim di daerah Loloan ([[BaliLoloan Barat, Negara, Jembrana|Loloan Barat]], terutamadan di[[Loloan Timur, Jembrana, Jembrana|Loloan Timur]]), [[Kabupaten Jembrana|Jembrana]], [[Bali]]. Masyarakat suku Loloan diperkirakan telah ada setidaknya sejak [[Abad ke-11 hingga 20|abad ke-17ke–17]]. Jumlah masyarakatpenduduk rumpunLoloan Melayu Baliini berkisar antara 45 ribu hingga 60 ribu di Bali.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.utusan.com.my/rencana/utama/melayu-bali-kekal-tradisi-1.343843|title=Melayu-Bali kekal tradisi|last=ISMAILIsmail|first=LUKMANLukman|website=Utusan Online|access-date=2019-03-04|archive-date=2019-03-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20190306045059/http://www.utusan.com.my/rencana/utama/melayu-bali-kekal-tradisi-1.343843|dead-url=yes}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|url=https://joshuaproject.net/people_groups/19397/ID|title=Loloan-Malay Bali in Indonesia|last=Project|first=Joshua|website=joshuaproject.net|language=en|access-date=2019-03-04}}</ref>
 
'''Suku Loloan atau Melayu Loloan di Bali''' adalah masyarakat yang bermukim di [[Bali]], terutama di Loloan, [[Kabupaten Jembrana|Jembrana]], sejak [[Abad ke-11 hingga 20|abad ke-17]]. Jumlah masyarakat rumpun Melayu Bali berkisar antara 45 ribu hingga 60 ribu.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.utusan.com.my/rencana/utama/melayu-bali-kekal-tradisi-1.343843|title=Melayu-Bali kekal tradisi|last=ISMAIL|first=LUKMAN|website=Utusan Online|access-date=2019-03-04|archive-date=2019-03-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20190306045059/http://www.utusan.com.my/rencana/utama/melayu-bali-kekal-tradisi-1.343843|dead-url=yes}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|url=https://joshuaproject.net/people_groups/19397/ID|title=Loloan-Malay Bali in Indonesia|last=Project|first=Joshua|website=joshuaproject.net|language=en|access-date=2019-03-04}}</ref>
 
== Sejarah ==
Kedatangan [[orang Melayu]] di [[Pulau Bali]] tercatat pada tahun [[1669]] ketika empat [[ulama]] dan pengikutnya tiba di Jembrana untuk menyebarkan ajaran [[Islam]] di Bali. Misi tersebut diizinkan oleh [[Kerajaan Jembrana|Raja Jembrana]] yakni I Gusti Arya Pancoran. Keempat ulama tersebut ialah Dawan Sirajuddin dari [[Sarawak]], [[Kekaisaran Brunei]]; Syeikh Basir dari [[Yaman]], [[Kesultanan Utsmaniyah]]; Mohammad Yasin dari [[Kota Makassar|Makassar]]; dan Syihabbudin juga dari Makassar.<ref name=":0" /><ref name=":1" />
 
Pada tahun 1799, empat kapal dari [[Kota Pontianak]], [[Kesultanan Pontianak]] tiba di Jembrana dan disambut oleh Raja Jembrana yakni Putu Seloka. Rombongan tersebut dipimpin oleh Syarif Abdullah Yahya al-Qadri dan membawa ulama dari [[Terengganu]] yakni Muhammad Ya'qub. Oleh Raja Jembrana, rombongan tersebut diizinkan tinggal di tanah seluas 80ha80 hektar di [[Loloan Barat, Negara, Jembrana|Loloan Barat]] dan [[Loloan Timur, Jembrana, Jembrana|Loloan Timur]].<ref name=":0" /><ref name=":1" />
 
Namun menurut sesepuh Loloan, Haji Achmad Damannuri, perkembangan masyarakat Melayu Bali merupakan akibat pertemuan antara suku[[orang Bugis]] yang melarikan diri awalnya ke Perancak, Jembrana dari pengejaran [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] di Makassar pada 1653 dengan ulama asal Sarawak, Buyut Lebai, pada 1675 yang mengajarkan [[agama Islam]] menggunakan [[bahasa Melayu]] sebagai bahasa pengantar. Orang-orang Bugis tersebut kemudian mendapat persetujuan dari Jembrana untuk menempati daerah Loloan.<ref name=":2">{{Cite webnews|url=https://travel.kompas.com/read/2015/07/11/115045527/Menyambangi.Kampung.Islam.di.Loloan.Bali|title=Menyambangi Kampung Islam di Loloan Bali Halaman 1|last=Media|firstwork=[[Kompas Cyber|website=KOMPAS.com]]|language=id|access-date=2019-03-28|editor-last=Asdhiana|editor-first=I Made}}</ref>
 
Kajian lain yang dilakukan akademisi [[Universitas Udayana]] sepaham dengan penuturan Haji Achmad Damannuri mengemukakan bahwa suku Melayu Bali merupakan akibat perkawinan campur antara suku Bugis yang diizinkan menetap di Loloan dengan suku Bali yang tinggal di sekitarnya. Gelombang kedua pembentukan identitas Melayu Bali di Loloan diterangkan pada kedatangan pendatang dari Pontianak yang juga berujung pada perkawinan campur.<ref name=":3">{{Cite web|url=http://www.linguistik-indonesia.org/images/files/GuyupMinoritasMelayuLoloandiBali.pdf|title=Guyup Minoritas Melayu Loloan di Bali dan Bahasanya|last=|first=Sumarsono|date=|website=|publisher=|access-date=}}</ref> NamunMenurut sumber lain menuliskan bahwa perbedaan antara mayoritas suku Bali yang [[Hindu]] dengan pendatang Muslim justru berdampak pada pengucilan kaum pendatang tersebut.<ref name=":1" />
 
== BudayaKebudayaan ==
Menurut koran [[Utusan Malaysia]], sekitar 75 persen dari sekitar 60 ribu penduduk Melayu Bali di Loloan masih menggunakan [[Bahasa Melayu Bali|bahasa Melayu]].<ref name=":0" /> Namun varian bahasa Melayu yang digunakan tersebut telah diadaptasi dan dipengaruhi bahasa Bali sehingga juga disebut sebagai ''base Loloan'' atau ''omong kampung''.<ref name=":2" /><ref name=":3" /> Hidangan khas masyarakat Melayu Bali adalah pecel ayam kampung dan [[Kelapa kopyor|kopyor]] yang terutama dihidangkan pada bulan [[Ramadan]].<ref name=":2" /> Mayoritas suku Melayu Bali menganut agama Islam dengan minoritas beragama Kristen. Kepercayaan beberapa masyarakat suku Melayu Bali turut dipengaruhi oleh [[animisme]] dan [[takhayul]].<ref name=":1" />
 
[[Rumah panggung|Rumah-rumah panggung]] Melayu masih digunakan masyarakat Melayu Bali di Loloan tetapi jumlahnya hanya tinggal beberapa puluh unit saja. Menurut budayawan dan sesepuh Loloan, Haji Musadat, keturunan Melayu Bali saat ini lebih memilih membangun rumah dengan arsitektur modern dan menjual rumah panggung yang dibagikan sebagai warisan.<ref name=":0" /><ref>{{Cite webnews|url=https://bali.antaranews.com/berita/132002/masyarakat-melayu-jembrana-sikapi-globalisasi-dengan-ikhtiar-budaya|title=Masyarakat Melayu Jembrana sikapi globalisasi dengan ikhtiar budaya - ANTARA News Bali|last=AgencyYakub|first=ANTARAEdy NewsM|websitework=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=2019-03-28}}</ref> Pintu depan rumah panggung Loloan menghadap ke timur untuk mencegah penghuninya terganggu saat salat yang berkiblat ke barat.<ref name=":1" />
 
== Referensi ==