Aji Saka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Klaim tanpa sumber 24026147 oleh BPWJ (bicara)
Tag: Pembatalan
(46 revisi perantara oleh 32 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{untuk|kereta api milik [[PT Kereta Api Indonesia]] yang sudah takrencana beroperasi|kereta api Ajisaka}}{{untuk|pemain bola|Aji Saka (pemain sepak bola)}}
'''Aji Saka''' adalah [[legenda]] [[Suku Jawa|Jawa]] yang mengisahkan tentang kedatangan [[peradaban]] ke tanah [[Jawa]], dibawa oleh seorang raja bernama Aji Saka. Kisah ini juga menceritakan mengenai mitos asal usul [[Aksara Jawa]].<ref>{{cite web |url=http://www.joglosemar.co.id/hanacaraka/hanacaraka.html |title=Javanese Characters and Aji Saka |author= |date= |work= |publisher=Joglosemar |accessdate=29 March 2012 |archive-date=2013-07-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130728101440/http://joglosemar.co.id/hanacaraka/hanacaraka.html |dead-url=yes }}</ref>
 
== Asal mula aji saka ==
Disebutkan Aji Saka berasal dari Bumi Majeti. Bumi Majeti sendiri adalah negeri antah-berantah mitologis, akan tetapi ada yang menafsirkan bahwa Aji Saka berasal dari Jambudwipa ([[India]]) dari suku [[Saka|Soka|SyokaShaka]] (Scythia), karena itulah ia bernama Aji Saka (Raja AsyokaShaka). Legenda ini melambangkan kedatangan [[Dharma]] (ajaran dan peradaban [[Hindu]]-[[Buddha]]) ke pulau Jawa. Akan tetapi penafsiran lain beranggapan bahwa kata Saka adalah berasal dari istilah dalam [[Bahasa Jawa]] ''saka'' atau ''soko'' yang berarti penting, pangkal, atau asal-mula, maka namanya bermakna "raja asal-mula" atau "raja pertama". Mitos ini mengisahkan mengenai kedatangan seorang pahlawan yang membawa peradaban, tata tertib dan keteraturan ke Jawa dengan mengalahkan raja raksasa jahat yang menguasai pulau ini. Legenda ini juga menyebutkan bahwa Aji Saka adalah pencipta tarikh [[Tahun Saka]], atau setidak-tidaknya raja pertama yang menerapkan sistem kalender Hindu di Jawa. Kerajaan [[Medang Kamulan]] mungkin merupakan kerajaan pendahulu atau dikaitkan dengan [[Kerajaan Medang]] dalam catatan sejarah. Hinga shakalah pemenang dari catatan sejarah.
 
== Ringkasan ==
=== Membawa peradaban ke Jawa ===
Segera setelah [[Tantu Pagelaran|pulau Jawa dipakukan ke tempatnya]], pulau ini menjadi dapat dihuni. Akan tetapi bangsa pertama yang menghuni pulau ini adalah bangsa ''denawa'' (raksasa) yang biadab, penindas, dan gemar memangsa manusia. Kerajaan yang pertama berdiri di pulau ini adalah [[Medang Kamulan]], dipimpin oleh raja raksasa bernama Prabu Dewata Cengkar, raja raksasa yang lalim yang punya kebiasaan memakan manusia dan rakyatnya.
 
Pada suatu hari datanglah seorang pemuda bijaksana bernama Aji Saka yang berniat melawan kelaliman Prabu Dewata Cengkar. Aji Saka berasal dari Bumi Majeti. Suatu hari menjelang keberangkatannya ia memberi amanat kepada kedua abdinya yang bernama Dora dan Sembodo, bahwa ia akan berangkat ke Jawa. Ia berpesan bahwa saat ia pergi mereka berdua harus menjaga pusaka milik Aji Saka. Tidak ada seorangpun yang boleh mengambil pusaka itu selain Aji Saka sendiri. Setelah tiba di Jawa, Aji Saka menuju ke pedalaman tempat ibu kota Kerajaan Medang Kamulan. Ia kemudian menantang Dewata Cengkar bertarung. Setelah pertarungan yang sengit, Aji Saka akhirnya berhasil mendorong Prabu Dewata Cengkar ke laut Selatan ([[Samudra Hindia]]). Akan tetapi Dewata Cengkar belum mati, ia berubah wujud menjadi Bajul Putih (Buaya Putih). Maka Aji Saka naik takhta sebagai raja Medang Kamulan.
Baris 13:
=== Kisah ular raksasa ===
{{main|Jaka Linglung}}
Sementara itu seorang perempuan tua di desa Dadapan, menemukan sebutir telur. Ia meletakkan telur itu di lumbung padi. Setelah beberapa waktu telur itu hilang dan sebagai gantinya terdapat seekor ular besar di dalam lumbung itu. Orang-orang desa berusaha membunuh ular itu, akan tetapi secara ajaib ular itu dapat berbicara: "Aku anak dari Aji Saka, bawalah aku kepadanya!" Maka diantarkanlah ia ke istana. Aji Saka mau mengakui ular itu sebagai putranya dengan syarat bahwa ular itu dapat mengalahkan dan membunuh Bajul Putih di Laut Selatan. Ular itu menyanggupi, setelah berkelahi dengan sangat sengit dengan kedua pihak memperlihatkan kekuatan yang luar biasa, ular itu akhirnya dapat membunuh Bajul Putih.
 
Sesuai janjinya ular itu diangkat anak oleh Aji Saka dan diberi nama Jaka Linglung (anak lelaki yang bodoh). Di istana Jaka Linglung dengan rakus memangsa semua hewan peliharaan istana. Sebagai hukumannya sang raja mengusir dia ke hutan Pesanga. Ia diikat erat hingga tak dapat bergerak, lalu Aji Saka bersabda bahwa ia hanya boleh memakan benda apa saja yang masuk ke mulutnya.
 
Suatu hari ada sepuluhsembilan orang bocah lelaki bermain di hutan. Tiba-tiba turun hujan, mereka pun berlarian mencari tempat berteduh. Untungnya mereka menemukan sebuah gua. Hanya sembilandelapan anak yang masuk berteduh ke gua itu. Seorang anak yang menderita penyakit kulit dilarang ikut masuk ke dalam gua. Tiba-tiba gua runtuh dan menutup pintu keluarnya. Delapan orang bocah itu hilang terkurung di gua. Sesungguhnya gua itu adalah mulut Jaka Linglung. Dan sampai sekarang peninggalan gua mulut joko linglung disebut kesongo yg artinya kesembilan tepatnya di dusun sucen desa gabusan kecamatan jati kabupaten blora.
 
=== Asal mula aksara Jawa ===
Baris 39:
 
<gallery>
File:Hanacaraka legend 1.png|''Hana caraka'' (Ada dua utusan)
File:Hanacaraka legend 2.png|''Data sawala'' (Mereka punya perselisihan)
File:Hanacaraka legend 3.png|''Padha jayanya'' (Keduanya sama jayanya dalam pertempuran)
File:Hanacaraka legend 4.png|''Maga bathanga'' (Maka inilah mayatnya)
</gallery>
 
== Aji Saka menurut Kitab Pewayangan ==
==Lihat juga==
=== Aji Saka keturunan Dewa ===
*[[Medang Kamulan]]
Dalam cerita pewayangan, berdasarkan [[Serat Pustakaraja Purwa]] versi [[Ronggowarsito]] maupun versi daerah [[Ngasinan]], Aji Saka juga dikenal dengan [[Batara]] Aji Saka, [[Jaka Sengkala]], [[Empu Sengkala]], dan [[Prabu Wisaka]]. Ia merupakan anak dari [[Batara Anggajali]] dan cucu dari [[Batara Ramayadi]]. Ayah dan kakeknya adalah [[Dewa]] Pembuat Pusaka Kadewatan untuk Para Dewa yang dipimpin oleh [[Batara Guru]]. Batara Anggajali menikah dengan seorang Putri bernama Dewi Saka dari kerajaan Najran di Tanah Hindustan. Kerajaan Najran dipimpin oleh [[Prabu Sakil]] yang pernah diselamatkan oleh Batara Anggajali saat kapalnya tenggelam di samudra. Sebelum kelahiran Aji Saka, Ayahnya dipanggil oleh Batara Guru untuk kembali membuat pusaka kahyangan. Sampai usia dewasa Aji Saka tidak pernah bertemu dengan Ayahnya.
*[[Tantu Pagelaran]]
Setelah meminta ijin kakek dan ibunya, Aji Saka pergi mencari ayahnya. Sesuai petunjuk kakeknya Ia menemukan Ayahnya sedang mengambang di atas samudra sambil membuat senjata menggunakan tangannya. Setelah memperkenalkan diri, Batara Anggajali pun langsung mengakui putranya tersebut. Aji Saka yang kagum dengan kesaktian Ayahnya, memohon agar menjadi muridnya. Namun Sang Ayah menolak dan memberitahu kalau Batara Ramayadi yang juga kakek Aji Saka jauh lebih sakti.
*[[Wawacan Sulanjana]]
Setelah mendapat petunjuk ke arah mana Aji Saka dapat menemui kakeknya. Aji Saka dapat menemukan Batara Ramayadi sedang duduk mengambang di udara sedang membuat pusaka kahyangan hanya dengan melihat saja. Aji Saka memperkenalkan diri dan memohon kepada Sang Kakek agar dijadikan murid. Batara Ramayadi menolaknya dan mengatakan kalau Batara Guru jauh lebih sakti dari dirinya, namun Sang Kakek mengatakan kalau Batara Guru adalah Raja Para Dewa di [[Kahyangan]] tentu tidak akan menerima Aji Saka sebagai muridnya. Sang Kakek lalu menasihati agar ia berguru kepada putra Batara Guru yang paling sakti yaitu [[Batara Wisnu]]. Namun, saat itu Batara Wisnu sedang tidak berada di Kahyangan melainkan sedang berada di Tanah Israil.
Setelah berpamitan dan mendapat petunjuk kakeknya, pergilah Aji Saka menemui Batara Wisnu. Disana Batara Wisnu sedang bertukar ilmu dengan Pendeta Usmanaji, yang merupakan Pendeta Keagamaan Bangsa Israil. Setelah Aji Saka memperkenalkan diri dan menyatakan ingin berguru kepada Batara Wisnu. Batara Wisnu lalu mengajari berbagai macam ilmu kesaktian dan kebijaksanaan. Sementara dari Pendeta Usmanaji, Aji Saka belajar tentang ilmu kebatinan dan kerohanian. Setelah Batara Wisnu kembali ke Kahyangan, Aji Saka menjadi pengembara di Tanah Israil.
=== Aji Saka mengisi Tanah Jawa dengan manusia ===
Dalam pengembaraannya Aji Saka berhasil mendapatkan [[Tirtamarta Kamandalu]] yaitu air keabadian yang juga dimiliki oleh Para Dewa di Kahyangan. Yang mampu membuatnya menjadi makhluk yang tak pernah menua. Ia mengembara selama beratus-ratus tahun memperdalam ilmu kesaktian dan kebatinannya. Dikabarkan jika Aji Saka dapat terbang dan berjalan di atas samudra.
Aji Saka sampai ke [[Tanah Jawa]] dan menjadi seorang pertapa dengan nama Empu Sengkala. Karna Tanah Jawa waktu itu hanya dihuni oleh makhluk halus, Empu Sengkala mengajari ilmu penanggalan kepada bangsa [[jin]] di tanah jawa. Dan menciptakan lima hari sebagai penghitung penanggalan di jawa, yang sekarang terkenal dengan nama [[Pasaran]].
Dalam pertapaannya, Empu Sengkala mendapat sasmita untuk mengisi Tanah Jawa dengan manusia. Sebelum kedatangan Empu Sengkala ke Tanah Jawa, [[Bangsa Israil]] yang waktu itu sedang dijajah oleh Bangsa [[Romawi]] pernah mengirim sekitar 20.000 Bangsa Romawi untuk mengisi Tanah Jawa dengan manusia. Namun, karna perbedaan iklim dan kondisi alam serta gangguan makhluk halus membuat Bangsa Romawi yang berada di Tanah Jawa banyak yang sakit lalu kemudian mati. Hanya dalam beberapa tahun saja, penghuni manusia di Tanah Jawa tidak sampai 200 orang, kemudian sisanya kembali lagi ke Romawi dan mengosongkan Tanah Jawa kembali.
Belajar dari pengalaman Bangsa Romawi itu, Empu Sengkala memasangi [[tumbal]] lima penjuru di Tanah Jawa guna mengurangi keangkerannya agar bisa dihuni dengan nyaman oleh Bangsa Manusia. Setelah tumbal terpasang, Empu Sengkala pergi ke Tanah [[Hindustan]] dengan tujuan mengirim Orang Hindustan untuk mengisi [[Pulau Jawa]].
Sesampainya di Tanah Hindustan, Empu Sengkala sampai di Kerajaan Surati lalu menghadap ke Raja disana guna menyampaikan maksudnya. Ternyata Kerajaan Surati dipimpin oleh Prabu Iwasaka yang merupakan penjelmaan dari Batara Anggajali, Ayah Empu Sengkala. Kemudian Empu Sengkala diangkat menjadi Putra Mahkota dengan nama [[Raden Aji Saka]].
Lalu dengan bantuan Prabu Iwasaka, Raden Aji Saka berhasil mengumpulkan orang-orang hindustan yang tidak memiliki rumah, para pendeta, dan masyarakat miskin untuk dikirimkan agar bisa mengisi Tanah Jawa dengan penduduk manusia. Tak sedikit juga rakyat dari golongan mampu yang mendaftarkan diri ikut dalam rombongan itu.
Aji Saka memilih 10 pemuda terbaik untuk dijadikan pemimpin rombongan di Tanah Jawa kelak. Aji Saka mengajari ilmu kehidupan, ilmu kebatinan, ilmu pengobatan, dan juga tata cara pemerintahan.
Tidak kurang dari 10.000 orang berhasil mendarat dengan aman di Tanah Jawa. Setelah membagi menjadi 10 kelompok dan menyebarkannya ke penjuru Tanah Jawa. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang pemimpin yang sudah diberi ilmu pengetahuan oleh Aji Saka. Hingga akhirnya, dalam beberapa tahun saja mereka sudah beranak-pinak dan berkembang mengisi Tanah Jawa dengan penduduk dari Bangsa Manusia.
=== Aji Saka menjadi Prabu Wisaka dan menciptakan Kalender Saka ===
Setelah berhasil mengisi Tanah Jawa, Aji Saka pergi ke tanah sebelah timur dari Tanah Israil, yaitu Tanah milik Bangsa Ngarbi (Sekarang Tanah Arab). Disana Ia menjadi seorang penasihat pemimpin dari Bangsa Ngarbi.
Setelah puluhan tahun berada di Tanah Ngarbi, Aji Saka kembali ke tanah jawa untuk melihat perkembangan penduduk manusia disana. Sesampainya di Tanah Jawa, Aji Saka merasa senang karna penduduk Tanah Jawa telah berkembang begitu pesat, namun mereka kembali menjadi tidak beradab dan bertingkah seperti hewan. Tanpa aturan dan norma. Hal itu karna tidak adanya pemimpin yang bisa memimpin dan menunjukan adab dan ilmu kehidupan. Akhirnya Aji Saka mendirikan Kerajaan Medang Kamulan disana dan menjadi Raja dengan nama [[Prabu Wisaka]].
Prabu Wisaka mengajari ilmu tata kehidupan dan adab dalam bermasyarakat kepada rakyatnya. Prabu Wisaka juga kembali memperbaiki penanggalannya,. Ia menambahkan 7 hari lain disamping 5 hari pasaran yang ia ciptakan sebelumnya. Sehingga dalam sehari terdapat dua hitungan penanggalan, dan selalu berulang selama 35 hari dan dikenal dengan nama [[selapan]]. Ia juga menghitung peredaran bulan terhadap bumi dan menamai penanggalannya dengan [[Candra Sengkala]]. Lalu Prabu Wisaka juga menghitung penanggalan berdasarkan pergerakan matahari dilihat dari bumi, dan menamai penanggalannya ini dengan [[Surya Sengkala]]. Lalu ia menggabungan perhitungan penanggalan candra sengkala, surya sengkala, dan juga perhitungan pekan, pasaran, dan selapanan. Penanggalan yang diciptakan oleh Prabu Wisaka selanjutnya dikenal dengan nama [[Kalender Saka]].
Prabu Wisaka menikah dan memiliki beberapa anak. Lalu memberikan tahta kerajaan ke anaknya. Ia kembali memakai nama Aji Saka dan kembali mengembara. Hingga akhirnya Ia diangkat menjadi keluarga Dewa yang dipimpin oleh Batara Guru dan bergelar [[Batara Aji Saka]].
=== Aji Saka dalam Serat Dharmagandhul ===
Dalam serat [[Dharmagandhul]] yang diciptakan oleh [[Ki Kalam Wadi]], Aji Saka diceritakan sebagai tokoh yang berasal dari Tanah Ngarbi yang pernah menghilangkan beberapa sumber air di Tanah Jawa.
 
==Referensi Analisis ==
{{multiple image
| align = right
| total_width = 220
| direction = horizontal
| image1 = MET DP158751.jpg
| image2 = MET 2001 433 526 O2.jpg
| footer = Patung-patung pendekar perunggu, Jawa, sekitar tahun 500 SM–300 M.
}}
Meskipun Aji Saka dikatakan sebagai pembawa peradaban di Jawa, kisah Aji saka (78 masehi) mendapatkan beberapa sanggahan dan bantahan dari sumber-sumber sejarah lainnya. [[Ramayana]] karya Valmiki , yang dibuat sekitar 500 SM, mencatat Jawa sudah memiliki organisasi pemerintahan kerajaan jauh sebelum kisah itu:<blockquote>"Yawadwipa dihiasi tujuh kerajaan, pulau emas dan perak, kaya akan tambang emas, dan disitu terdapat Gunung Cicira (dingin) yang menyentuh langit dengan puncaknya."<ref>{{Cite book|title=Rekonstruksi Sedjarah Indonesia. Zaman Hindu, Yavadvipa, Srivijaya, Sailendra|last=Sastropajitno|first=Warsito|date=1958|publisher=PT Pertjetakan Republik Indonesia|isbn=|location=Yogyakarta|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|page=6}}</blockquote>Menurut catatan China, kerajaan Jawa didirikan pada 65 SM, atau 143 tahun sebelum kisah Aji Saka dimulai.<ref name="sources">W.P Groeneveldt (1880). ''Notes on the Malay Archipelago and Malacca Compiled from Chinese Sources''. Batavia.</ref>{{Rp|page=55-56}}
 
Kisah Saka atau Aji Saka merupakan kisah Jawa Baru. Kisah ini belum ditemukan relevansinya dalam teks Jawa Kuno. Kisah ini menceritakan peristiwa di kerajaan Medang Kamulan di Jawa pada masa lalu. Pada saat itu, Raja Medang Kamulan Prabu Dewata Cengkar digantikan oleh Aji Saka. Kisah ini dianggap sebagai kiasan masuknya bangsa India ke Jawa. Merujuk pada informasi dinasti Liang, kerajaan Jawa terbelah menjadi dua: Kerajaan prapenerapan Hinduisme dan kerajaan setelah menerapkan tradisi Hindu yang dimulai tahun 78 masehi.<ref name=":2">{{Cite book|title=Majapahit Peradaban Maritim|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|year=2011|isbn=978-602-9346-00-8}}</ref>{{Rp|page=5 dan 7}}
 
== Lihat juga ==
* [[Medang Kamulan]]
* [[Tantu Pagelaran]]
* [[Wawacan Sulanjana]]
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
== Pranala luar ==
* [https://archive.org/details/serat-aji-saka-jawa-walanda ''Serat Aji Saka''] edisi aksara Jawa dan bahasa Belanda (koleksi Perpustakaan Negeri Berlin) di [[Internet Archive]]
 
[[Kategori:Budaya Indonesia]]