Aji Saka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Pembatalan |
|||
(11 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{untuk|kereta api milik [[PT Kereta Api Indonesia]] yang
'''Aji Saka''' adalah [[legenda]] [[Suku Jawa|Jawa]] yang mengisahkan tentang kedatangan [[peradaban]] ke tanah [[Jawa]], dibawa oleh seorang raja bernama Aji Saka. Kisah ini juga menceritakan mengenai mitos asal usul [[Aksara Jawa]].<ref>{{cite web |url=http://www.joglosemar.co.id/hanacaraka/hanacaraka.html |title=Javanese Characters and Aji Saka |author= |date= |work= |publisher=Joglosemar |accessdate=29 March 2012 |archive-date=2013-07-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130728101440/http://joglosemar.co.id/hanacaraka/hanacaraka.html |dead-url=yes }}</ref>
Baris 17:
Sesuai janjinya ular itu diangkat anak oleh Aji Saka dan diberi nama Jaka Linglung (anak lelaki yang bodoh). Di istana Jaka Linglung dengan rakus memangsa semua hewan peliharaan istana. Sebagai hukumannya sang raja mengusir dia ke hutan Pesanga. Ia diikat erat hingga tak dapat bergerak, lalu Aji Saka bersabda bahwa ia hanya boleh memakan benda apa saja yang masuk ke mulutnya.
Suatu hari ada
=== Asal mula aksara Jawa ===
Baris 47:
== Aji Saka menurut Kitab Pewayangan ==
=== Aji Saka keturunan Dewa ===
Dalam cerita pewayangan, berdasarkan [[Serat Pustakaraja Purwa]] versi [[Ronggowarsito]] maupun versi daerah [[Ngasinan]], Aji Saka juga dikenal dengan [[Batara]]
Setelah meminta ijin kakek dan ibunya, Aji Saka pergi mencari ayahnya. Sesuai petunjuk kakeknya Ia menemukan Ayahnya sedang mengambang di atas samudra sambil membuat senjata menggunakan tangannya. Setelah memperkenalkan diri, Batara Anggajali pun langsung mengakui putranya tersebut. Aji Saka yang kagum dengan kesaktian Ayahnya, memohon agar menjadi muridnya. Namun Sang Ayah menolak dan memberitahu kalau Batara Ramayadi yang juga kakek Aji Saka jauh lebih sakti.
Setelah mendapat petunjuk ke arah mana Aji Saka dapat menemui kakeknya. Aji Saka dapat menemukan Batara Ramayadi sedang duduk mengambang di udara sedang membuat pusaka kahyangan hanya dengan melihat saja. Aji Saka memperkenalkan diri dan memohon kepada Sang Kakek agar dijadikan murid. Batara Ramayadi menolaknya dan mengatakan kalau Batara Guru jauh lebih sakti dari dirinya, namun Sang Kakek mengatakan kalau Batara Guru adalah Raja Para Dewa di [[Kahyangan]] tentu tidak akan menerima Aji Saka sebagai muridnya. Sang Kakek lalu menasihati agar ia berguru kepada putra Batara Guru yang paling sakti yaitu [[Batara Wisnu]]. Namun, saat itu Batara Wisnu sedang tidak berada di Kahyangan melainkan sedang berada di Tanah Israil.
Baris 69:
== Analisis ==
{{multiple image
| align = right
| total_width = 220
| direction = horizontal
| image1 = MET DP158751.jpg
| image2 = MET 2001 433 526 O2.jpg
| footer = Patung-patung pendekar perunggu, Jawa, sekitar tahun 500 SM–300 M.
}}
Meskipun Aji Saka dikatakan sebagai pembawa peradaban di Jawa, kisah Aji saka (78 masehi) mendapatkan beberapa sanggahan dan bantahan dari sumber-sumber sejarah lainnya. [[Ramayana]] karya Valmiki , yang dibuat sekitar 500 SM, mencatat Jawa sudah memiliki organisasi pemerintahan kerajaan jauh sebelum kisah itu:<blockquote>"Yawadwipa dihiasi tujuh kerajaan, pulau emas dan perak, kaya akan tambang emas, dan disitu terdapat Gunung Cicira (dingin) yang menyentuh langit dengan puncaknya."<ref>{{Cite book|title=Rekonstruksi Sedjarah Indonesia. Zaman Hindu, Yavadvipa, Srivijaya, Sailendra|last=Sastropajitno|first=Warsito|date=1958|publisher=PT Pertjetakan Republik Indonesia|isbn=|location=Yogyakarta|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|page=6}}</blockquote>Menurut catatan China, kerajaan Jawa didirikan pada 65 SM, atau 143 tahun sebelum kisah Aji Saka dimulai.<ref name="sources">W.P Groeneveldt (1880). ''Notes on the Malay Archipelago and Malacca Compiled from Chinese Sources''. Batavia.</ref>{{Rp|page=55-56}}
Kisah Saka atau Aji Saka merupakan kisah Jawa Baru. Kisah ini belum ditemukan relevansinya dalam teks Jawa Kuno. Kisah ini menceritakan peristiwa di kerajaan Medang Kamulan di Jawa pada masa lalu. Pada saat itu, Raja Medang Kamulan Prabu Dewata Cengkar digantikan oleh Aji Saka. Kisah ini dianggap sebagai kiasan masuknya bangsa India ke Jawa. Merujuk pada informasi dinasti Liang, kerajaan Jawa terbelah menjadi dua: Kerajaan prapenerapan Hinduisme dan kerajaan setelah menerapkan tradisi Hindu yang dimulai tahun 78 masehi.<ref name=":2">{{Cite book|title=Majapahit Peradaban Maritim|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|year=2011|isbn=
== Lihat juga ==
|