Tehua, Telutih, Maluku Tengah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Elijah Mahoebessy (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{Negeri |peta = |nama =Tehua<br>''Lounusa Amalatu'' |provinsi =Maluku |dati2 =Kabupaten |nama dati2 =Maluku Tengah |kecamatan =Telutih |kode pos = |nama pemimpin =- |luas =... km² |penduduk =... jiwa |kepadatan =... jiwa/km² }} '''Tehua''' adalah sebuah negeri di Kecamatan Telutih, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. == Sejarah == =...'
Tag: tanpa kategori [ * ] tidak menyebut judul [ * ] Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Elijah Mahoebessy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(4 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Negeri
|peta =
|nama =Tehua<br>''Lounusa AmalatuYamano''
|provinsi =Maluku
|dati2 =Kabupaten
Baris 13:
}}
'''Tehua''' adalah sebuah [[negeri (Maluku Tengah)|negeri]] di Kecamatan [[Telutih, Maluku Tengah|Telutih]], [[Kabupaten Maluku Tengah]], Provinsi [[Maluku]].
 
== Sejarah ==
Pada zaman dahulu, semua manusia yang mendiami ''Nusa Ina''
([[Pulau Seram]]) tinggal di bawah kaki Gunung Murkele, tepatnya di Supa Maraina. Mereka hidup dalam keadaan primitif dari waktu ke waktu, berbulan-bulan, bahkan sampai ratusan abad mereka hanya hidup di sekitar rimba belantara kaki Gunung Murkele tersebut. Namun pada suatu saat, manakala 'petunjuk Tuhan', mulailah tergugah hati mereka untuk segera
mencari jalan keluar dari rimba belantara tersebut untuk mencari penghidupan yang lebih baik di tempat lain. Maka dari sinilah awal perjalanan sejarah tersebarnya manusia ke seluruh Kepulauan Maluku. Tersebarnya 99
''Kapitang'', sehingga kita kenal dan mengetahui sebutan Patasiwa, dan kemudian menyusul juga 55 ''Kapitang'' dari arah bagian barat Pulau Seram sampai ke utaranya, sehingga dikenal juga sebutan Patalima.<ref name=UKSW">{{cite journal|title=Sejarah Awal Negeri dan Teong Negeri di Maluku Tengah|publisher=Universitas Kristen Satya Wacana}}</ref>
 
Dapat dilihat sebagaimana ''kapata'' (pepatah) para leluhur yang berbunyi, "''susuni hate latu Murkelee laha ia repe-repe Saparua Apono''" yang berarti "awal mula manusia Nusa Ina berasal dari Murkele, mereka keluar dan tersebar sampai ke [[Ambon]] dan [[Saparua]]". Dengan tersebarnya manusia penghuni Nusa Ina ini, maka mulailah terhubung beberapa jalur dari Supa Mara Ina menuju ke arah pesisir selatan Nusa Ina, tepatnya ke daerah ''Tulluti'' (Telutih), jalur tersebut yakni, Pura-Pura Ase, Papihi, Usi Hahan, dan Kokania.<ref name=UKSW"/>
 
Kemudian pada awal tahun 1517, datang seorang penyebar agama
[[Islam]] yang datang dari [[Semenanjung Arab]], yakni [[Syekh]] Abdul Mutalib Assyarif menuju ke ''Lounusa Yamano'' (Tehua), untuk menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk yang masih
primitif itu. Setibanya di Lounusa Yamano, ia menemui orang pertama yaitu moyang-moyang dari ''soa'' Ulayo. Dengan usahanya, moyang dari ''soa'' Ulayo tersebut kemudian menerima kehadirannya, sehingga saat itu juga moyang tersebut mengucapkan kalimat [[syahadat]] dihadapan ulama tersebut sebagai pertanda telah menerima ajaran Islam. Kemudian moyang dari ''soa'' Ulayo mulai mengajak moyang dari ''soa-soa'' lain untuk mengikuti jejaknya. Akhirnya ada sebagian dari mereka yang masuk agama Islam dan ada beberapa ''soa-soa'' yang lain tidak mau menerimanya, yakni ''soa'' Kumkelo, Lamasano, dan Hayoto (Tumio). Karena mereka tidak mau mengikuti ajakan tersebut, maka timbul amarah
dari moyang ''soa'' Ulayo, akhirnya Ulayo mulai berperang melawan mereka, karena tidak kuat membendung serangan dari ''soa'' Ulayo akhirnya Kumkelo, Lamasano, Hayoto (Tumio), Selano, dan Latan melarikan diri meninggalkan
perkampungan mereka ke arah timur desa tetangga, dan bergabung dengan ''soa-soa'' yang lain akhirnya terbentuk satu negeri yang saat ini dikenal sebagai [[Laimu, Telutih, Maluku Tengah|Laimu]]. <ref name=UKSW"/>
 
Dengan masuknya agama Islam di Lounusa Yamano, sekaligus juga membawa perubahan nama negeri yang tadinya bernama Lounusa (Pelelaw), saat ini dikenal dengan nama Tehua. Penduduk asli negeri Tehua saat ini hidup berdampingan dengan masyarakat pendatang dari [[Sulawesi]], [[Maluku Tenggara]], dan [[Nusa Tenggara Timur]].<ref name=UKSW"/>
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
== Pranala luar ==