Friedrich Silaban: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(181 revisi perantara oleh 76 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Nama Batak|[[Suku Batak Toba|Toba]]|[[Silaban]]}}
{{Infobox architect
| name = Friedrich Silaban
| image = File:Friedrich Silaban.jpg
| image_size = <!-- if image is smaller than 250px -->
| alt =
| caption = Foto Friedrich Silaban tahun 1955
| birth_name = <!-- only use if different than name -->
| birth_date = {{Birth date|1912|12|16}}
| birth_place = [[Bonan Dolok I, Sijamapolang, Humbang Hasundutan|Bonan Dolok]], [[Keresidenan Tapanuli]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{Death date and age|1984|5|14|1912|12|16}}
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| other_names =
| nationality = [[Indonesia]]
| alma_mater =
| spouse = Lefty Kievits
| partner =
| children = 10, termasuk [[Tigor Silaban]]
| parents = {{ubl|Jonas Silaban (ayah)|Noria Simamora (ibu)}}<ref>{{Cite book|last=Wiryomartono|first=Bagoes|date=4 Maret 2020|url=https://books.google.co.id/books?id=5IjUDwAAQBAJ|title=Traditions and Transformations of Habitation in Indonesia: Power, Architecture, and Urbanism|publisher=Springer Nature|isbn=978-981-15-3405-8|pages=149|language=en|url-status=live}}</ref>
| awards =
| practice = <!-- Associated architectural firm[s] -->
| significant_buildings = {{ubl|[[Stadion Utama Gelora Bung Karno]]|[[Monumen Nasional]]|[[Masjid Istiqlal, Jakarta|Masjid Istiqlal]]}}
| significant_projects =
| significant_design =
| signature =
| website = <!-- {{URL|example.com}} -->
}}
'''Friedrich Silaban''' (disingkat sebagai '''F. Silaban'''; {{lahirmati|[[Bonan Dolok, Sianjur Mulamula, Samosir]]|16|12|1912|[[Jakarta]]|14|05|1984}}) adalah seorang [[arsitek]] [[Indonesia]]. Di antara beberapa karyanya yang terkenal adalah [[Stadion Utama Gelora Bung Karno|Gelora Bung Karno]], [[Monumen Nasional]], dan [[Masjid Istiqlal, Jakarta|Masjid Istiqlal]].
== Kehidupan awal ==
Setelah menyelesaikan pendidikan formal di H.I.S. Narumonda, Tapanuli tahun 1927, Koningen Wilhelmina School (K.W.S.) di Jakarta pada tahun 1931, dan {{ill|Academie van Bouwkunst|nl}} Amsterdam, Belanda pada tahun 1950, ia kemudian bekerja menjadi pegawai Kotapraja Batavia, Opster Zeni AD Belanda, Kepala Zenie di Pontianak Kalimantan Barat (1937) dan sebagai Kepala DPU Kotapraja Bogor hingga 1965. Seiring perjalanan waktu, ia terkenal dengan berbagai karya besarnya di dunia arsitektur dan rancang bangun. Beberapa hasil karyanya menjadi simbol kebanggaan bagi daerah tersebut.
Friedrich Silaban telah menerima anugerah [http://www.setneg.ri.go.id/bint_jasa_hormat/bint_jasa.htm Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil] berupa [[Bintang Jasa|Bintang Jasa Utama]] dari pemerintah atas prestasinya dalam merancang pembangunan Masjid Istiqlal.
Friedrich Silaban juga merupakan salah satu penandatangan Konsepsi Kebudayaan yang dimuat di ''Lentera'' dan lembaran kebudayaan harian ''Bintang Timur'' mulai tanggal [[16 Maret]] [[1962]] yakni sebuah konsepsi kebudayaan untuk mendukung upaya pemerintah untuk memajukan kebudayaan nasional termasuk musik yang diprakarsai oleh Lekra (Lembaga Kebudajaan Rakjat, ''onderbouw'' [[Partai Komunis Indonesia]]) dan didukung oleh Lembaga Kebudayaan Nasional (''onderbouw'' [[Partai Nasional Indonesia]]) dan Lembaga Seni Budaya Indonesia (Lesbi) milik Pesindo.
Selain itu, Friedrich Silaban juga berperan besar dalam pembentukan [[Ikatan Arsitek Indonesia]] (IAI). Pada April [[1959]], Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili biro arsitektur PT Budaya dan Ars. F. Silaban merasa tidak puas atas hasil yang dicapai pada Konferensi Nasional di Jakarta, yakni pembentukan Gabungan Perusahaan Perencanaan dan Pelaksanaan Nasional (GAPERNAS) di mana keduanya berpendapat bahwa kedudukan "perencana dan perancangan" tidaklah sama dan tidak juga setara dengan "pelaksana". Mereka berpendapat pekerjaan perancangan berada di dalam lingkup kegiatan profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung jawab moral dan kehormatan perorangan yang terlibat, karena itu tidak semata-mata berorientasi sebagai usaha yang mengejar laba (''profit oriented''). Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan (kontraktor) cenderung bersifat [[bisnis]] komersial, yang keberhasilannya diukur dengan besarnya laba dan tanggung jawabnya secara [[yuridis]]/formal bersifat kelembagaan atau badan hukum, bukan perorangan serta terbatas pada sisi finansial.
Akhir kerja keras dua pelopor ini bermuara pada pertemuan besar pertama para arsitek dua generasi di [[Bandung]] pada tanggal 16 dan [[17 September]] [[1959]]. Pertemuan ini dihadiri 21 orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. Friedrich Silaban, Ars. Mohammad Soesilo, Ars. [[Liem Bwan Tjie]] dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan [[Arsitektur]] [[Institut Teknologi Bandung]] tahun [[1958]] dan [[1959]]. Dalam pertemuan tersebut dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan arsitek murni, sebagai yang tertuang dalam dokumen pendiriannya, “Menuju dunia Arsitektur Indonesia yang sehat”. Pada malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam dunia arsitektur profesional Indonesia dengan nama [[Ikatan Arsitek Indonesia]] disingkat ''IAI''.
Setelah jatuhnya Sukarno, Silaban kurang sukses sebagai arsitek, karena ia sangat dekat dengan mantan presiden tersebut. Situasi kariernya diperburuk oleh kondisi ekonomi yang buruk, yang memaksanya untuk mengandalkan uang pensiunnya untuk menghidupi sepuluh anaknya. Ia memang mendapat beberapa pekerjaan pada akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an, merancang sejumlah rumah pribadi dan gedung universitas di Medan.
Kesehatan Silaban memburuk pada tahun 1983, ia meninggal di [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto]], [[Kota Administrasi Jakarta Pusat|Jakarta Pusat]] pada tanggal [[14 Mei]] [[1984]].<ref>{{Cite web|title=Kisah Ironis Friedrich Silaban, Hidup Susah Usai Rancang Masjid Istiqlal yang Monumental|url=https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/24/15145491/kisah-ironis-friedrich-silaban-hidup-susah-usai-rancang-masjid-istiqlal?page=all|website=Kompas.com|access-date=19 Juli 2024}}</ref> dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Cipaku, [[Kota Bogor]], [[Jawa Barat]].<ref>{{Cite web|title=Menelusuri karya arsitek Silaban di Kota Bogor|url=https://megapolitan.antaranews.com/amp/berita/7318/menelusuri-karya-arsitek-silaban-di-kota-bogor|website=antaranews.com|access-date=19 Juli 2024}}</ref>
== Masjid Istiqlal ==
Menurut anak Silaban, ia pernah mengikuti lomba desain Masjid Istiqlal meskipun ia seorang penganut Protestan, Dia harus menggunakan nama samaran agar pengajuannya dapat diterima.<ref>{{Cite web|title=Putra Friedrich Silaban: Ayah Pakai Nama Samaran demi Terpilih Jadi Arsitek Masjid Istiqlal|url=https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/22/15260861/putra-friedrich-silaban-ayah-pakai-nama-samaran-demi-terpilih-jadi?page=all|website=Kompas.com|access-date=19 Juli 2024}}</ref> Masjid lain yang dirancang oleh Silaban termasuk Masjid Raya Al-Azhar (yang merupakan masjid terbesar di negara ini sebelum Istiqlal dibangun) dan masjid lain di Biak yang dibangun setelah Indonesia mengambil alih Irian Barat.
== Gelora Bung Karno ==
Ketika Sukarno memulai proyek pembangunan [[Gelanggang Olahraga Bung Karno]] di Jakarta, awalnya ia ingin kompleks tersebut berada di Dukuh Atas, yang saat itu dekat dengan pusat kota Jakarta. Silaban yang bergabung dengan proyek tersebut di tengah tahap perencanaan, tidak setuju dengan Sukarno dan justru merekomendasikan kawasan Senayan dengan alasan kemudahan akses dan kemacetan lalu lintas di Dukuh Atas. Rekomendasi Silaban dipilih, dan kompleks olahraga tersebut akhirnya dibangun di Senayan.<ref>{{Cite web|title=Sukarno Dibuat Kesal oleh Silaban soal Lokasi GBK|url=https://kabar24.bisnis.com/read/20170615/387/663070/sukarno-dibuat-kesal-oleh-silaban-soal-lokasi-gbk|website=Bisnis.com|access-date=19 Juli 2024}}</ref>
== Karya arsitektur ==
* Gedung Universitas HKBP Nommensen - Medan ([[1982]])
* [[Stadion Utama Gelora Bung Karno]] - Jakarta ([[1962]])
* [[Istora Gelora Bung Karno]] - Jakarta (1961)
* Rumah A Lie Hong - Bogor ([[1968]])
* Monumen Pembebasan Irian Barat - Jakarta ([[1963]])
* Markas TNI Angkatan Udara - Jakarta ([[1962]])
* Gedung Pola - Jakarta ([[1962]])
* Gedung BNI 1946 - Medan ([[1962]])
* [[Menara Bung Karno]] - Jakarta [[1960]]-1965 (tidak terbangun)
* [[Monumen Nasional]] / Tugu Monas - [[Jakarta]] ([[1960]])
* Gedung BNI 1946 - [[Jakarta]] ([[1960]])
* Gedung BLLD, Bank Indonesia, Jalan Kebon Sirih - Jakarta ([[1960]])
* Kantor Pusat [[Bank Indonesia]], Jalan Thamrin - Jakarta ([[1958]])
* Rumah Pribadi Friderich Silaban - [[Bogor]] ([[1958]])
* [[Masjid Istiqlal]] - Jakarta ([[1954]])
: Frederich Silaban memenangkan sayembara pembuatan gambar maket Masjid dengan motto (sandi) "''Ketuhanan''" yang kemudian bertugas membuat desain Istiqlal secara keseluruhan. Istiqlal ini juga merupakan [[masjid]] terbesar di [[Asia Tenggara]] pada tahun [[1970-an]]
* Gedung Bentol - [[Jawa Barat]] ([[1954]])
: Gedung ini merupakan bagian dari [http://istana.ri.go.id/sejarahistana.htm#Istana%20Kepresidenan%20Cipanas Istana Kepresidenan Cipanas] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050731095412/http://istana.ri.go.id/sejarahistana.htm#Istana%20Kepresidenan%20Cipanas |date=2005-07-31 }} yang terletak di jalur jalan raya puncak, Jawa Barat dan berlokasi tepat di belakang gedung induk dan berdiri di dataran yang lebih dari bangunan-bangunan lain. Gedung yang sering disebut sebagai tempat [[Soekarno]] [http://partai-golkar.or.id/index.php?op=article_view&id_news=753 mencari inspirasi] dinamakan Gedung Bentol karena seluruh dindingnya ditempel batu alam yang membuat kesan bentol-bentol.
* Gerbang [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]] - Jakarta ([[1953]])
* Kampus Cibalagung, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)/Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) - Bogor ([[1953]])
:Sekolah pertanian ini telah melahirkan sejumlah tokoh kawakan di berbagai bidang. Beberapa di antaranya bahkan pernah menjabat sebagai menteri. Padahal sekolah yang [http://www.intisari-online.com/majalah.asp?tahun=2003&edisi=481&file=warna1401 kini berumur seabad] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20040601152406/http://www.intisari-online.com/majalah.asp?tahun=2003&edisi=481&file=warna1401 |date=2004-06-01 }} ini sejatinya "kawah candradimuka" bagi penyuluh dan teknisi di bidang pertanian.
* Rumah Dinas Wali kota - [[Bogor]] (1935) Friedrich Silaban memenangkan sayembara perencanaan rumah Wali kota Bogor (1935) dan beberapa hotel. Dalam sayembara-sayembara tersebut, hanya dialah satu-satunya arsitek pribumi.
* Kantor Dinas Perikanan - [[Bogor]] ([[1951]])
* [[Tugu Khatulistiwa]] - [[Pontianak]] ([[1938]])
:Tugu ini dibangun pertama kali pada 1928 oleh seorang ahli geografi berkebangsaan [[Belanda]]. Pada 1938 dibangun kembali dan disempurnakan oleh Frederich Silaban. Pada 1990 dibangun duplikatnya dengan ukuran 5 kali lebih besar untuk melindungi tugu khatulistiwa yang asli. Pembangunan yang terakhir diresmikan pada 21 September 1991
== Referensi ==
{{Reflist}}
== Bibliografi ==
* {{cite book |last1=de Vletter |first1=Martien |title=Masa lalu dalam masa kini: arsitektur di Indonesia |date=2009 |publisher=Gramedia Pustaka Utama |isbn=978-979-22-4382-6 |url=https://www.google.com/books/edition/Masa_lalu_dalam_masa_kini/4NFv3xNw6rwC |language=id |access-date=2022-04-21 |archive-date=2023-07-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230726035110/https://www.google.com/books/edition/Masa_lalu_dalam_masa_kini/4NFv3xNw6rwC |dead-url=no }}
* {{cite book |last1=Nas |first1=Peter J. M. |title=Urban Symbolism |date=1993 |publisher=BRILL |isbn=978-90-04-09855-8 |url=https://www.google.com/books/edition/Urban_Symbolism/R7-xvYmg3HcC |language=en |access-date=2022-04-21 |archive-date=2023-07-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230726035050/https://www.google.com/books/edition/Urban_Symbolism/R7-xvYmg3HcC |dead-url=no }}
* {{cite book |last1=Sopandi |first1=Setiadi |title=Dynamics of the Cold War in Asia |date=2009 |url=https://link.springer.com/chapter/10.1057%2F9780230101999_4 |chapter=Indonesian Architectural Culture during Guided Democracy (1959–1965): Sukarno and the Works of Friedrich Silaban |pages=53–72 |publisher=Palgrave Macmillan |doi=10.1057/9780230101999_4 |isbn=9780230101999 |access-date=2022-04-21 |archive-date=2023-04-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230405070112/https://link.springer.com/chapter/10.1057/9780230101999_4 |dead-url=no }}
* {{cite book |last1=Wiryomartono |first1=Bagoes |title=Traditions and Transformations of Habitation in Indonesia: Power, Architecture, and Urbanism |date=4 March 2020 |publisher=Springer Nature |isbn=9789811534058 |url=https://www.google.com/books/edition/Traditions_and_Transformations_of_Habita/5IjUDwAAQBAJ |language=en |access-date=2022-04-21 |archive-date=2023-07-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230726035050/https://www.google.com/books/edition/Traditions_and_Transformations_of_Habita/5IjUDwAAQBAJ |dead-url=no }}
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.silaban.net/2005/10/08/friedrich-silaban-1912-1984-arsitek-pengukir-sejarah-toleransi/ Frederich Silaban: Arsitek Pengukir Sejarah Toleransi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170625191948/http://www.silaban.net/2005/10/08/friedrich-silaban-1912-1984-arsitek-pengukir-sejarah-toleransi |date=2017-06-25 }} (Silaban.net)
* {{id}} [http://www.iai.or.id/01_sekilas.php Sejarah Pembentukan Ikatan Arsitektur Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050818003417/http://iai.or.id/01_sekilas.php |date=2005-08-18 }}
{{lifetime|1912|1984|Silaban, Frederich}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Tokoh Batak]]
[[Kategori:Tokoh Batak Toba]]
[[Kategori:Marga Silaban|Frederich]]
[[Kategori:Tokoh dari Tapanuli Utara]]
[[Kategori:Tokoh dari Humbang Hasundutan]]
[[Kategori:Arsitek Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]
[[Kategori:Penerima Bintang Jasa Pratama]]
|