Penyiksaan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
 
(20 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Thuong_Duc,_VietnamVietconginterrogation1967....A_Viet_Cong_prisoner_awaits_interrogation_at_the_A-109_Special_Forces_Detachment_in_Thuong..._-_NARA_-_531447.tifjpg|jmpl|Tentara [[Barisan Nasional untuk Pembebasan Vietnam Selatan|Viet Cong]] yang ditangkap, ditutup matanya dan diikat dalam posisi tertekan oleh pasukan Amerika Serikat selama [[Perang Vietnam]], 1967]]
'''Penyiksaan''' (bahasa Inggris: ''torture'') adalah tindakanperbuatan yang secara sengaja dilakukan untuk menimbulkan [[Nyeri|rasa sakit]] atau [[penderitaan]] yang parah kepada seseorang. Alasan-alasan dilakukannya penyiksaan antara lain sebagai hukuman, untuk mendapatkan [[pengakuan]], sebagai metode [[Penyiksaan interogasi|interogasi untuk mendapatkan informasi]], atau untuk mengintimidasi pihak ketiga. [[Definisi penyiksaan|Beberapa definisi penyiksaan]] terbatas pada tindakan penyiksaan yang dilakukan oleh negara, tetapi terdapat pula definisi penyiksaan termasuk yang dilakukan oleh organisasi non-negara.
 
Penyiksaan telah dilakukan oleh banyak negara sepanjang sejarah, dari zaman kuno hingga zaman modern. Pada abad kedelapan belas dan kesembilan belas, negara-negara Barat menghapus penggunaan penyiksaan secara formal dalam sistem peradilan, tetapi penyiksaan terus digunakan. Berbagai [[metode penyiksaan]] yang digunakan seringkali dilakukan dalam kombinasi; bentuk penyiksaan fisik yang paling umum adalah pemukulan. Sejak abad kedua puluh, banyak penyiksa yang lebih memilih metode penyiksaan tanpa bekas luka atau [[Penyiksaan psikologis|psikologis]] untuk memberikan penyangkalan atas penyiksaan yang telah dilakukan. Banyak penyiksa yang beroperasi dalam lingkungan organisasi yang permisif yang memfasilitasi dan mendorong perilaku mereka. Korban utama penyiksaan biasanya adalah orang-orang yang miskin dan terpinggirkan yang diduga melakukan kejahatan biasa. Namun, penyiksaan juga terkadang dilakukan kepada [[tahanan politik]], yang kurang mendapatkan perhatian. [[Hukuman badan]] dan [[hukuman mati]] terkadang dianggap sebagai bentuk penyiksaan, meskipun hal ini adalah kontroversial secara internasional.
[[Berkas:Thuong_Duc,_Vietnam....A_Viet_Cong_prisoner_awaits_interrogation_at_the_A-109_Special_Forces_Detachment_in_Thuong..._-_NARA_-_531447.tif|jmpl|Tentara [[Barisan Nasional untuk Pembebasan Vietnam Selatan|Viet Cong]] yang ditangkap, ditutup matanya dan diikat dalam posisi tertekan oleh pasukan Amerika Serikat selama [[Perang Vietnam]], 1967]]
'''Penyiksaan''' (bahasa Inggris: ''torture'') adalah tindakan yang secara sengaja dilakukan untuk menimbulkan [[Nyeri|rasa sakit]] atau [[penderitaan]] yang parah kepada seseorang. Alasan-alasan dilakukannya penyiksaan antara lain sebagai hukuman, untuk mendapatkan [[pengakuan]], sebagai metode [[Penyiksaan interogasi|interogasi untuk mendapatkan informasi]], atau untuk mengintimidasi pihak ketiga.
 
TujuanPenyiksaan akhirdapat daribertujuan penyiksaanuntuk adalahmematahkan untukkeinginan korban, menyakiti korban, hingga menghancurkan badanpilihan dan personalitas korban;yang semuamereka bentukmiliki. penyiksaanPenyiksaan dapatadalah menimbulkansalah efeksatu fisikpengalaman atauyang psikologispaling menghancurkan yang parahdapat padadialami korban.seseorang Penyiksaandan juga dapat berdampak negatif bagipada pelakuindividu dan institusinya.institusi Hasilyang jajakmelakukannya. pendapatPenelitian menunjukkan bahwaopini publik menentangmenunjukkan penyiksaan secarapenentangan umum, tetapi sebagian mendukungterhadap penyiksaan dalam kasus-kasus tertentu, seperti skenario penggunaan penyiksaan untuk mencegah peristiwa bom. Penyiksaan adalah [[Penyiksaan dalam hukum internasional|dilarang menurut hukum internasional]] untuk semua negara [[Jus cogens|dalam semua keadaan]], baikdan menurutsecara [[Kebiasaaneksplisit internasional|hukumdilarang kebiasaanoleh internasional]]beberapa maupun dalam berbagai [[perjanjian internasional]]. Pelarangan ini sering didasarkan pada argumen bahwa penyiksaan melanggar [[Martabat|harkat dan martabat manusia]]. PenentanganOposisi terhadap penyiksaan mendorong pembentukan [[gerakan hak asasi manusia]] setelah [[Perang Dunia II]]. Penyiksaan terus menjadi masalah [[hak asasi manusia]] yang penting. Meskipun insidennya telah menurun, penyiksaan masih terus dilakukan oleh sebagian besar negara dan tersebar luas di seluruh dunia.
Penyiksaan telah dilakukan oleh banyak negara sepanjang sejarah, dari zaman kuno hingga zaman modern. Pada abad kedelapan belas dan kesembilan belas, negara-negara Barat menghapus penggunaan penyiksaan secara formal dalam sistem peradilan, tetapi penyiksaan terus digunakan. Berbagai [[metode penyiksaan]] yang digunakan seringkali dilakukan dalam kombinasi; bentuk penyiksaan fisik yang paling umum adalah pemukulan. Sejak abad kedua puluh, banyak penyiksa yang lebih memilih metode penyiksaan tanpa bekas luka atau [[Penyiksaan psikologis|psikologis]] untuk memberikan penyangkalan atas penyiksaan yang telah dilakukan. Banyak penyiksa yang beroperasi dalam lingkungan organisasi yang permisif yang memfasilitasi dan mendorong perilaku mereka. Korban utama penyiksaan biasanya adalah orang-orang yang miskin dan terpinggirkan yang diduga melakukan kejahatan biasa. [[Hukuman badan]] dan [[hukuman mati]] terkadang dianggap sebagai bentuk penyiksaan, meskipun hal ini adalah kontroversial secara internasional.
 
Tujuan akhir dari penyiksaan adalah untuk menghancurkan badan dan personalitas korban; semua bentuk penyiksaan dapat menimbulkan efek fisik atau psikologis yang parah pada korban. Penyiksaan juga dapat berdampak negatif bagi pelaku dan institusinya. Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa publik menentang penyiksaan secara umum, tetapi sebagian mendukung penyiksaan dalam kasus-kasus tertentu, seperti skenario penggunaan penyiksaan untuk mencegah peristiwa bom. Penyiksaan adalah [[Penyiksaan dalam hukum internasional|dilarang menurut hukum internasional]] untuk semua negara [[Jus cogens|dalam semua keadaan]], baik menurut [[Kebiasaan internasional|hukum kebiasaan internasional]] maupun dalam berbagai [[perjanjian internasional]]. Pelarangan ini sering didasarkan pada argumen bahwa penyiksaan melanggar [[Martabat|harkat dan martabat manusia]]. Penentangan terhadap penyiksaan mendorong pembentukan [[gerakan hak asasi manusia]] setelah [[Perang Dunia II]]. Penyiksaan terus menjadi masalah [[hak asasi manusia]] yang penting. Meskipun insidennya telah menurun, penyiksaan masih terus dilakukan oleh sebagian besar negara dan tersebar luas di seluruh dunia.
 
== Definisi ==
Penyiksaan (dari [[bahasa Latin]] ''{{Lang|la|torcere}}'': untuk memelintir){{Sfn|Pérez-Sales|2016|p=326}} didefinisikan sebagai tindakan yang secara disengaja dilakukan untuk menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang parah pada korban, yang biasanya merupakan seseorang yang berada di bawah kendali pelaku.{{Sfn|Nowak|2014|pp=396–397}} Perlakuan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti memaksa korban untuk mengaku, memberikan informasi, atau untuk menghukum mereka.{{Sfn|Nowak|2014|pp=394–395}} Definisi [[Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Penyiksaan|Konvensi PBB Menentang Penyiksaan]] hanya mengakui penyiksaan yang dilakukan oleh negara.{{Sfn|Carver|Handley|2016|pp=37–38}} Sebagian besar sistem hukum mengakui agen penyiksa yang bertindak atas nama negara, dan beberapa definisi menambahkan [[kelompok bersenjata non-negara]], [[kejahatan terorganisirterorganisasi]], atau individu pribadi yang bekerja di fasilitas yang dipantau negara (seperti rumah sakit). Definisi yang paling luas tentang penyiksaan mendeskripsikan bahwa siapa saja dapat menjadi pelaku penyiksaan.{{Sfn|Pérez-Sales|2016|pp=279–280}} Tingkat keparahan dari perbuatan agar dapat diklasifikasikan sebagai penyiksaan adalah aspek yang paling kontroversial dari definisi penyiksaan; seiring berjalannya waktu, lebih banyak tindakan yang kini dianggap sebagai penyiksaan.{{Sfn|Hajjar|2013|p=40}} Pendekatan purposif, yang diikuti oleh para sarjana seperti [[Manfred Nowak]] dan [[Malcolm Evans (pengacara akademis)|Malcolm Evans]], membedakan penyiksaan dari bentuk-bentuk lain dari [[Perlakuan yang tidak manusiawi atau yang merendahkan martabat|perlakuan kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat]] dengan mempertimbangkan pada tujuan yang hendak dicapai dan bukan pada tingkat keparahannya.{{Sfn|Carver|Handley|2016|p=37}} Definisi lain, seperti yang digunakan dalam [[Konvensi Antar-Amerika untuk Mencegah dan Menghukum Penyiksaan]], berfokus pada tujuan penyiksa "untuk melenyapkan personalitas korban".{{Sfn|Pérez-Sales|2016|pp=3, 281}}{{sfn|Wisnewski|2010|pp=73–74}}
 
== Sejarah ==
 
=== Sebelum penghapusan ===
[[Berkas:Flaying_of_rebels.jpg|jmpl|[[Asyur|Orang Asyur]] [[Pengulitan|menguliti]] tahanan mereka hidup-hidup]]Di sebagian besar masyarakat pada zaman kuno, periode abad pertengahan, dan awal modern, penyiksaan dianggap sebagai praktik yang diterima secara hukum dan moral.{{Sfn|Einolf|2007|p=104}} Terdapat bukti arkeologi terkait penyiksaan di Eropa [[Neolitikum|Neolitik Awal]], sekitar 7.000 tahun yang lalu.{{Sfn|Meyer ''et al.''|2015|p=11217}} Penyiksaan acap kali disebutkan dalam sumber-sumber sejarah mengenai [[Asiria]] dan [[Kekaisaran Akhemeniyah|Persia Akemeniyah]].<ref>{{cite web |last1=Jacobs |first1=Bruno |title=Torture in the Achaemenid Period |url=https://iranicaonline.org/articles/torture-achaemenid-period |website=[[Encyclopedia Iranica]] |access-date=7 March 2022 |date=16 March 2017}}</ref>{{sfn|Frahm|2006|p=81}}
 
Banyak masyarakat yang dulu menggunakan penyiksaan baik sebagai bagian dari proses peradilan maupun sebagai sebuah hukuman, meskipun beberapa sejarawan memisahkan sejarah penyiksaan dari sejarah hukuman yang menyakitkan.{{Sfn|Hajjar|2013|p=14}}{{Sfn|Barnes|2017|pp=26–27}} Secara historis, penyiksaan dipandang sebagai cara yang dapat diandalkan untuk memperoleh kebenaran, sebagai hukuman yang sesuai, dan untuk mencegah pelanggaran hukum di masa depan.{{Sfn|Evans|2020|loc=History of Torture}} Penyiksaan diatur secara hukum dengan pembatasan ketat terhadap metode yang diizinkan;{{Sfn|Evans|2020|loc=History of Torture}} metode yang paling umum di Eropa pada masa lampau meliputi alat penyiksaan ''[[the rack]]'' dan ''[[strapadostrappado]]''.{{sfn|Beam|2020|p=393}} Di sebagian besar masyarakat, warga negara dapat disiksa secara hukum hanya dalam keadaan luar biasa untuk kejahatan serius seperti [[Pengkhianatan negara|pengkhianatan]], seringkali hanya jika telah ada beberapa bukti pendukung. Sebaliknya, orang-orang yang bukan warga negara seperti orang asing dan budak umumnya rentan menjadi korban penyiksaan.{{Sfn|Einolf|2007|p=107}}
 
Penyiksaan jarang terjadi di [[Abad Pertengahan Awal|Eropa abad pertengahan awal]], tetapi menjadi lebih umum dipraktekkan antara tahun 1200 dan 1400.{{Sfn|Beam|2020|p=392}} Karena para hakim abad pertengahan menggunakan standar pembuktian yang sangat tinggi, mereka kadang-kadang baru mengizinkan penyiksaan ketika terdapat [[bukti tidak langsung]] yang menunjukkan seseorang melakukan [[Hukuman mati|kejahatan dengan ancaman hukuman mati]]. Hal ini dilakukan jika tidak ada dua saksi mata yang diperlukan sebagai pembuktian untuk menghukum seseorang tanpa adanya pengakuan terdakwa.{{Sfn|Einolf|2007|pp=107–108}}{{Sfn|Hajjar|2013|p=16}} Penyiksaan merupakan proses yang mahal yang hanya digunakan dalam memeriksa kejahatan yang paling serius.{{Sfn|Beam|2020|pp=398, 405}} Sebagian besar korban penyiksaan adalah pria yang dituduh melakukan pembunuhan, pengkhianatan, atau pencurian.{{Sfn|Beam|2020|p=394}} [[Pengadilan gereja]] abad pertengahan dan [[Inkuisisi]] menggunakan penyiksaan sebagai bagian aturan prosedural yang sama seperti pengadilan sekuler.{{Sfn|Wisnewski|2010|p=34}} [[Kesultanan Utsmaniyah]] dan [[Iran pada masa Dinasti Qajar]] menggunakan penyiksaan dalam kasus-kasus ketika bukti tidak langsung menunjukkan bahwa seseorang telah melakukan kejahatan, meskipun [[Syariat Islam|hukum Islam]] secara tradisional menganggap [[bukti yang diperoleh di bawah penyiksaan]] tidak dapat [[Bukti yang dapat diterima|diterima]].{{Sfn|Einolf|2007|p=108}}
Baris 30 ⟶ 29:
[[Berkas:Protesters_use_tennis_rackets_to_bat_away_tear_gas._(50267655062).jpg|jmpl|[[Gas air mata|Gas]] air mata digunakan selama [[Unjuk rasa Hong Kong 2019–2020|protes Hong Kong 2019–2020]]. Penggunaan gas air mata pada pengunjuk rasa terkadang dianggap sebagai bentuk penyiksaan.{{Sfn|Carver|Handley|2016|p=39}}]]Meskipun hanya sedikit negara yang mengakui telah melakukan penyiksaan, hal itu dipraktikkan oleh sebagian besar negara.{{Sfn|Kelly|2019|p=2}} Larangan penyiksaan tidak sepenuhnya menghentikan negara untuk melakukan penyiksaan; sebaliknya, mereka mengubah teknik yang digunakan, menyangkal, menutupi, atau [[Penyiksaan oleh proxy|mengalihdayakan]] program penyiksaan.{{Sfn|Barnes|2017|p=182}} Mengukur tingkat terjadinya penyiksaan itu sulit dilakukan karena biasanya dilakukan secara rahasia, dan melaporkan kasus-kasus seperti itu dipengaruhi oleh [[paradoks informasi hak asasi manusia]]; pelanggaran lebih mungkin terungkap dalam [[masyarakat terbuka]] yang mempunyai komitmen untuk melindungi hak asasi manusia.{{Sfn|Carver|Handley|2016|p=36}} Meskipun fokus baru-baru ini bergeser untuk memasukkan tempat penahanan lain, seperti pusat [[Detensi imigrasi|penahanan imigrasi]] atau [[Pusat penahanan pemuda|penahanan pemuda]],{{Sfn|Rejali|2020|pp=84–85}}{{Sfn|Kelly ''et al.''|2020|p=65}} perkiraan yang tersedia kurang merepresentasikan penyiksaan karena tidak termasuk orang-orang yang tidak mau melapor. Penyiksaan yang terjadi di luar tahanan—termasuk hukuman di luar proses hukum, intimidasi, dan [[Pengendalian kerumunan|pengendalian massa]]—secara historis tidak ikut dihitung.{{Sfn|Kelly|2019|pp=3–4}} Bahkan terdapat lebih sedikit informasi tentang prevalensi penyiksaan sebelum abad kedua puluh.{{Sfn|Einolf|2007|p=104}}
 
Dibandingkan negara-negara lainnya, negara-negara [[Demokrasidemokrasi liberal]] cenderung tidak melakukan kesewenang-wenangan kepada warga negaranya. Akan tetapi, mereka juga tetap melakukan pelanggaran, termasuk melakukan penyiksaan terhadap warga yang terpinggirkan atau orang-orang non-warga negara.{{Sfn|Einolf|2007|p=106}} Para pemilih mungkin mendukung kekerasan terhadap kelompok luar yang dianggap mengancam; institusi [[Mayoritarianisme|mayoritas]] tidak efektif dalam mencegah penyiksaan terhadap kelompok minoritas atau orang asing.{{Sfn|Evans|2020|loc=Political and Institutional Influences on the Practice of Torture}} Perubahan politik yang signifikan, seperti [[Demokratisasi|transisi ke demokrasi]], sering disebut-sebut sebagai alasan perubahan dalam praktik penyiksaan.{{Sfn|Carver|Handley|2016|p=47}} Penyiksaan lebih mungkin terjadi ketika suatu masyarakat merasa terancam karena perang atau krisis,{{Sfn|Einolf|2007|p=106}} tetapi penelitian belum dapat menarik hubungan yang konsisten antara penggunaan penyiksaan dan serangan teroris.{{Sfn|Rejali|2020|p=82}}
 
Penyiksaan ditujukan terhadap segmen tertentu dari populasi, yang tidak mendapatkan perlindungan terhadap penyiksaan seperti orang-orang lainnya.{{Sfn|Wolfendale|2019|p=89}} Penyiksaan terhadap [[tahanan politik]] atau selama konflik bersenjata telah mendapat perhatian yang kurang proporsional.{{Sfn|Oette|2021|p=307}} Sebagian besar korban penyiksaan diduga melakukan kejahatan; jumlah korban yang tidak proporsional berasal dari komunitas miskin atau terpinggirkan, terutama pemuda pengangguran, [[Kemiskinan|kaum miskin kota]], dan kelompok [[LGBT]].{{Sfn|Kelly|2019|pp=5, 7}} [[Garis kemiskinan|Kemiskinan]] dan [[Kesenjangan ekonomi|ketidaksetaraan]] yang dihasilkan membuat orang miskin rentan terhadap penyiksaan.{{Sfn|Kelly ''et al.''|2020|p=70}} Kelompok lain yang sangat rentan terhadap penyiksaan termasuk [[pengungsi]] dan migran, etnis atau ras minoritas, [[Pribumi|penduduk asli]], dan [[Difabel|penyandang disabilitas]].{{Sfn|Oette|2021|p=321}} Kekerasan rutin terhadap orang-orang miskin dan yang terpinggirkan sering kali tidak dilihat sebagai penyiksaan, dan para pelakunya membenarkan kekerasan tersebut sebagai taktik pemolisian yang sah,{{Sfn|Celermajer|2018|pp=164–165}} sementara para korban kekurangan sumber daya atau berjuang untuk mencari ganti rugi.{{Sfn|Kelly ''et al.''|2020|p=70}} [[Kriminalisasi tunawisma]], [[Kriminalisasi pekerja seks|pekerja seks]], atau bekerja di [[Sektor informal|ekonomi informal]] dapat menjadi alasan bagi [[Kebrutalan polisi|kekerasan polisi]] terhadap orang miskin.{{Sfn|Oette|2021|pp=329–330}} Penyiksaan dianggap sebagai peristiwa luar biasa, mengabaikan kekerasan rutin yang dilakukan oleh negara.{{Sfn|Oette|2021|p=308}}
 
== Tindakan ==
Banyak penyiksa melihat tindakan mereka untuk mencapai tujuan politik atau ideologis yang lebih tinggi yang membenarkan penyiksaan sebagai cara yang sah untuk melindungi negara.{{Sfn|Wisnewski|2010|pp=192–193}} [[Budaya penyiksaan]] menghargai pengendalian diri, disiplin, dan profesionalisme sebagai nilai positif, membantu penyiksa untuk mempunyai citra yang positif.{{Sfn|Wolfendale|2019|p=92}} Tindakan penyiksa yang menimbulkan lebih banyak penderitaan untuk menghancurkan korban atau bertindak berdasarkan motif yang tidak diperbolehkan (balas dendam, kepuasan seksual) ditolak oleh rekan kerjanya atau dibebaskan dari tugasnya.{{Sfn|Pérez-Sales|2016|pp=62–63}} Korban penyiksaan seringkali dipandang oleh para pelaku sebagai ancaman serius dan [[musuh negara]].{{Sfn|Wisnewski|2010|pp=194–195}} Filsuf Jessica Wolfendale berpendapat bahwa karena "keputusan untuk menyiksa seseorang melibatkan penolakan untuk melihat status korban sebagai seorang manusia, yang menetapkan batasan pada apa yang dapat dilakukan terhadapnya", korbannya sering dianggap bukan sebagai manusia sepenuhnya sebelum mereka disiksa.{{Sfn|Wolfendale|2019|p=89}} Psikiater [[Pau Pérez-Penjualan|Pau Pérez-Sales]] menemukan bahwa seorang penyiksa dapat bertindak dari berbagai motif seperti komitmen ideologis, keuntungan pribadi, keterikatan kelompok, untuk menghindari hukuman, atau untuk menghindari rasa bersalah dari tindakan penyiksaan yang dilakukan sebelumnya.{{Sfn|Pérez-Sales|2016|p=106}}
 
Kombinasi upaya disposisional dan situasional membuat seseorang menjadi penyiksa.{{Sfn|Pérez-Sales|2016|p=106}} Dalam kebanyakan kasus penyiksaan yang dilakukan secara sistematis, para penyiksa tidak peka terhadap kekerasan karena telah terpapar oleh kekerasan fisik atau [[penyalahgunaan psikologis]] selama pelatihan.{{Sfn|Collard|2018|p=166}} Wolfendale berpendapat bahwa [[Latihan militer|pelatihan militer]] bertujuan untuk menanamkan kepatuhan yang tidak boleh dipertanyakan, dan oleh karenanya membuat personel militer lebih cenderung menjadi penyiksa.{{Sfn|Wisnewski|2010|p=193}} Bahkan ketika penyiksaan tidak diperintahkan secara eksplisit oleh pemerintah,{{Sfn|Wisnewski|2010|pp=193–194}} pelaku mungkin merasakan [[Tekanan sosial|tekanan oleh rekan sebaya]] untuk menyiksa karena menolak dianggap lemah atau tidak jantan.{{Sfn|Rejali|2020|p=90}} Unit polisi elit dan khusus juga sangat rentan untuk melakukan penyiksaan, karena sifatnya yang erat satu sama lain dan terpisah dari pengawasan.{{Sfn|Wisnewski|2010|pp=193–194}}
Baris 51 ⟶ 50:
Penyiksaan sebagai hukuman sudah ada sejak zaman kuno, dan masih digunakan di abad ke-21.{{Sfn|Hajjar|2013|p=14}} Ketika sistem peradilan tidak berfungsi atau penjara penuh sesak, polisi melakukan penyiksaan sebagai hukuman instan pada pemuda-pemuda dan membebaskan mereka tanpa tuntutan; praktek ini umum di banyak negara di dunia.{{Sfn|Oette|2021|p=331}} Penyiksaan semacam itu dapat dilakukan di kantor polisi{{Sfn|Celermajer|2018|pp=167–168}} rumah korban, atau di tempat umum.{{Sfn|Jensena ''et al.''|2017|pp=404, 408}} Di Afrika Selatan, polisi terlihat menyerahkan tersangka kepada [[Vigilante|warga]].{{Sfn|Kelly ''et al.''|2020|p=75}} Jenis kekerasan di luar proses hukum ini sering dilakukan di depan umum. Hal ini secara diskriminatif menargetkan kelompok minoritas dan kelompok terpinggirkan dan mungkin didukung oleh opini publik, terutama ketika orang tidak mempercayai sistem peradilan resmi.{{Sfn|Kelly ''et al.''|2020|p=74}}
 
Klasifikasi [[Hukuman badan yudisial|hukuman badan]] sebagai penyiksaan merupakan hal yang kontroversial secara internasional, meskipun secara eksplisit dilarang di bawah Konvensi Jenewa.{{Sfn|Nowak|2014|pp=408–409}} Beberapa penulis, seperti [[John D. Bessler]], berpendapat bahwa [[hukuman mati]] secara inheren merupakan bentuk penyiksaan yang dilakukan sebagai hukuman.{{Sfn|Nowak|2014|p=393}} Eksekusi dapat dilakukan dengan cara brutal, seperti [[rajam]], [[Eksekusi pembakaran|kematian dengan cara dibakar]], atau pemotongan anggota tubuh.{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|pp=414, 422, 427}} Di Eropa periode modern awal, [[eksekusi publik]] adalah cara untuk menunjukkan kekuatan negara, menginspirasi kekaguman dan kepatuhan, dan menghalangi orang lain untuk melakukan hal yang sama.{{Sfn|Beam|2020|p=395}} Kerugian psikologis dari hukuman mati, misalnya, ketika [[deathFenomena rowbarisan phenomenonkematian|seseorang harus menunggu pelaksanaan hukuman mati]], kadang-kadang dianggap sebagai bentuk penyiksaan psikologis.{{Sfn|Bessler|2018|p=33}} Penulis lainnya membedakan hukuman badan dengan hukuman penyiksaan, karena hukuman badan seperti penjara ini tidak berusaha untuk menyalahi kehendak korban.{{Sfn|Evans|2020|loc=The Definition of Torture}}
 
=== Pencegahan ===
Baris 57 ⟶ 56:
 
=== Pengakuan ===
Sepanjang sejarah, penyiksaan telah digunakan untuk mendapatkan pengakuan dari para tahanan. Pada tahun 1764, reformis Italia [[Cesare Beccaria]] mengkritik penyiksaan sebagai "cara yang pasti untuk membebaskan bajingan yang kuat dan untuk mempersalahkan orang yang lemah tetapi tidak bersalah".{{Sfn|Evans|2020|loc=History of Torture}} Keraguan tentang efektivitas penyiksaan juga telah disuarakan selama berabad-abad sebelumnya, termasuk oleh [[Aristoteles]].{{Sfn|Wisnewski|2010|pp=26–27}} Meskipun penyiksaan dalam proses yudisial telah dihapuskan, penyiksaan untuk memperoleh pengakuan terdakwa terus digunakan, terutama dalam sistem peradilan yang menempatkan nilai pengakuan sebagai hal yang penting dalam pembuktian hukum pidana.{{Sfn|Hajjar|2013|p=22}} Penggunaan penyiksaan untuk memaksa tersangka mengaku difasilitasi oleh undang-undang yang mengizinkan [[Penahanan pra-persidangan|penahanan pra-sidang yang]] yang ekstensif.{{Sfn|Rejali|2009|pp=50–51}} Penelitian menunjukkan bahwa interogasi koersif sedikit lebih efektif daripada [[wawancara kognitif]] untuk mengekstraksi pengakuan dari tersangka, tetapi mempunyai risiko [[pengakuan palsu]] yang lebih tinggi.{{Sfn|Pérez-Sales|2016|p=327}} Banyak korban penyiksaan akan mengatakan apa pun yang ingin didengar penyiksa untuk mengakhiri penyiksaan yang dialaminya.{{Sfn|Hassner|2020|p=16}} Orang lain yang bersalah menolak untuk membuat pengakuan di bawah siksaan,{{Sfn|Rejali|2009|p=362}} terutama jika mereka percaya bahwa mengaku bersalah hanya akan membawa lebih banyak siksaan atau hukuman.{{Sfn|Einolf|2022|p=11}} Sistem peradilan abad pertengahan berusaha untuk melindungi terhadap risiko pengakuan palsu di bawah penyiksaan dengan mengharuskan mereka yang mengaku untuk memberikan rincian tentang kejahatannya dan hanya mengizinkan penyiksaan jika sudah ada beberapa bukti terhadap terdakwa.{{Sfn|Barnes|2017|p=28}} Di beberapa negara, lawan politik disiksa untuk memaksa mereka mengaku di depan umum sebagai bentuk [[Propaganda|propaganda negara]]. Taktik ini digunakan dalam [[Pengadilan tontonan|uji coba pertunjukan]] Blok Timur dan di Iran.{{Sfn|Hajjar|2013|p=22}}
 
=== Interogasi ===
PenggunaanPenyiksaan penyiksaanlebih jarang digunakan untuk mendapatkan informasi selama interogasi merupakandan persentaselebih kecilsering dari kasus penyiksaan di dunia; penggunaan penyiksaandigunakan untuk mendapatkanmemaksa pengakuan atau untuk melakukan intimidasi lebih umummengintimidasi terjadiorang.{{Sfn|Rejali|2020|p=92}} Meskipun penyiksaan dalam proses interogasi telah digunakan dalam [[perang konvensional]], praktik itu bahkanpenyiksaan lebih umumsering digunakan dalam [[perang asimetrissaudara]] atau [[Perangsituasi di saudara|konfliksaat bersenjatakedua non-internasionalbelah pihak tidak seimbang ([[perang asimetris]]).{{Sfn|Hajjar|2013|p=22}} [[Skenario bom waktu berdetak|Skenario bom waktu yang berdetak]] sangat jarang, jika bukan tidak mungkin di dunia nyata, {{Sfn|Carver|Handley|2016|p=36}} {{Sfn|Hajjar|2013|p=4}} tetapi dikutip untuk membenarkan penyiksaan untuk interogasi. [[Penyiksaan dalam budaya populer|Penggambaran fiktif tentang penyiksaan]] sebagai metode interogasi yang efektif telah memicu kesalahpahaman yang membenarkan penggunaan penyiksaan.{{Sfn|Rejali|2020|pp=92–93, 106}} Eksperimen yang menguji apakah penyiksaan lebih efektif daripada metode interogasi lainnya tidak dapat dilakukan karena alasan etis dan praktis.{{Sfn|Houck|Repke|2017|pp=277–278}} Sebagian besar sarjana penyiksaan skeptis tentang kemanjurannya dalam memperoleh informasi yang akurat, meskipun penyiksaan kadang-kadang dapat memperoleh informasi intelijen yang ditindaklanjuti.{{Sfn|Einolf|2022|p=3}} Penyiksaan dalam interogasi sering kali dapat disamarkan menjadi penyiksaan pengakuan atau sekadar hiburan;{{Sfn|Hassner|2020|pp=16, 20}} beberapa penyiksa tidak membedakan antara interogasi dan pengakuan.{{Sfn|Einolf|2022|p=2}}
 
== Metode ==
[[Berkas:AbuGhraibAbuse-standing-on-box.jpg|kiri|jmpl|[[Ali Shallal al-Qaisi]] disiksa oleh pasukan Amerika Serikat di [[Penyiksaan dan pelecehan tahanan Abu Ghraib|penjara Abu Ghraib]] di Irak.]]
Penyiksaan telah dilakukan dengan berbagai macam teknik yang digunakan sepanjang sejarah di seluruh dunia.{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|p=410}} Namun demikian, terdapat kesamaan yang mencolok dalam metode penyiksaan karena terdapat beberapa cara yang digunakan untuk menimbulkan rasa sakit sambil meminimalkan risiko kematian.{{Sfn|Einolf|2007|p=103}} Para penyintas menyatakan bahwa metode pasti yang digunakan tidaklah begitu berarti.{{Sfn|Pérez-Sales|2016|p=110}} Sebagian besar bentuk penyiksaan termasuk elemen fisik dan psikologis,{{Sfn|Pérez-Sales|2020|p=432}} dan dalam banyak kasus, beberapa metode ini digabungkan.{{Sfn|Rejali|2009|p=421}} Beragam metode penyiksaan populer di berbagai negara.{{Sfn|Rejali|2009|p=420}} Metode [[Teknologi rendah|berteknologi rendah]] lebih umum digunakan dibandingkan dengan metode [[Teknologi tinggi|yang berteknologi tinggi]] dan upaya untuk mengembangkan teknologi penyiksaan yang divalidasi secara ilmiah telah dinyatakan gagal.{{Sfn|Rejali|2009|pp=440–441}} [[Penyiksaan|Larangan penyiksaan]] telah memotivasi penyiksa untuk melakukan penyiksaan yang tidak meninggalkan bekas dan yang dianggap lebih dapat diterima oleh penyiksa atau publik. Larangan penyiksaan juga membuat penyiksa menyembunyikan tindakan penyiksaan dari media, dan tidak memberikan korban ganti rugi hukum.{{Sfn|Rejali|2009|p=443}} Ketika para penyiksa menghadapi lebih banyak tekanan dan pengawasan, sistem demokrasi membuat terciptanya inovasi dalam melakukan praktik penyiksaan.{{Sfn|Rejali|2020|p=73}} Pola bagaimana penyiksaan dilakukan berbeda berdasarkan batas waktu yang dihadapi oleh penyiksa, misalnya karena batasan hukum [[Penahanan pra-persidangan|penahanan pra-ajudikasi]].{{Sfn|Pérez-Sales|2016|pp=271–272}}
 
Pemukulan atau [[trauma tumpul]] adalah bentuk penyiksaan fisik yang paling umum.{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|p=413}} Praktik ini mungkin tidak dilakukan secara sistematis{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|p=411}} atau terfokus pada bagian tubuh tertentu, seperti pada [[Cambuk kaki|falanga]] ([[telapak kaki]]), pukulan berulang-ulang pada kedua telinga, atau memberikan goncangan kepada tahanan sehingga kepala mereka bergerak maju mundur.{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|pp=413–414}} Seringkali, orang digantung dalam posisi yang menyakitkan seperti [[gantung palestina|gantung Palestina]] atau digantung terbalik yang dikombinasikan dengan pemukulan.{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|pp=414–415}} Orang juga dapat mengalami luka [[Trauma tajam|tusukan]], [[PenolakanPencabutan kuku|kukunya dicabut]], atau bagian tubuhnya [[Amputasi|diamputasi]].{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|pp=418–419}} Luka bakar juga sering terjadi, terutama [[luka bakar rokok]], tetapi instrumen lain juga digunakan, termasuk penggunaan logam panas, cairan panas, matahari, atau [[Luka bakar kimia|asam]].{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|pp=421–422}} Memaksaan korban untuk menelan paksa berbagai zat, termasuk [[Pengembungan paksa|air]], [[Makan paksa|makanan]], atau zat lain, atau suntikan juga digunakan sebagai bentuk penyiksaan.{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|p=423}} [[Sengatan listrik]] sering digunakan untuk menyiksa, terutama untuk menghindari metode lain yang lebih mungkin meninggalkan bekas luka.{{Sfn|Einolf|2007|pp=103–104}} [[Asfiksia|Sesak napas]] (termasuk [[waterboarding]]) yang ditimbulkan kepada korban dilakukan dengan memutus suplai udara mereka.{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|pp=418–419}}
 
Penyiksaan psikologis meliputi metode yang tidak melibatkan unsur fisik, dan metode-metode lain yang terdiri dari manipulasi fisik tanpa sentuhan pada tubuh, dan serangan fisik yang pada akhirnya menargetkan pikiran.{{Sfn|Pérez-Sales|2020|p=432}} [[Ancaman kematian]], [[eksekusi palsu]], atau dipaksa untuk menyaksikan penyiksaan terhadap orang lain sering dilaporkan secara subjektif lebih buruk dibandingkan disiksa secara fisik dan dikaitkan dengan gejala lain yang parah.{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|pp=426–427}} Teknik penyiksaan lainnya termasuk [[kurang tidur]], terlalu padat atau [[Penahanan sendiri|sel isolasi]], menahan makanan atau air, [[Deprivasi sensorik|perampasan sensorik]] (seperti [[kerudung]]), paparan cahaya atau kebisingan yang ekstrem (misalnya [[penyiksaan musik]]), dan penghinaan (yang bisa didasarkan pada [[seksualitas]] atau identitas keagamaan atau kebangsaan korban).{{sfn|Pérez-Sales|2020|p=114}}{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|pp=424–425}} [[Penyiksaan posisi]] bekerja dengan memaksa orang tersebut untuk mengambil sikap, meletakkan berat badan mereka pada beberapa otot, menyebabkan rasa sakit tanpa meninggalkan bekas, misalnya berdiri atau jongkok untuk waktu yang lama. {{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|pp=415–416}} [[Pemerkosaan]] dan [[Serangan seksual|penyerangan seksual]] juga menjadi salah satu metode penyiksaan.{{Sfn|Hajjar|2013|p=52}} Perbedaan budaya dan pandangan individu dapat memengaruhi bagaimana penyiksaan dialami oleh korban. Banyak penyintas dari negara Arab dan Islam yang melaporkan bahwa penyiksaan dengan dipaksa untuk telanjang dirasakan lebih buruk dibandingkan dipukuli atau diisolasi.{{sfn|Pérez-Sales|2020|pp=86–88}}
Baris 75 ⟶ 74:
Kematian bukanlah akibat yang tidak biasa dari tindakan penyiksaan.{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|p=428}} Korban penyiksaan juga mempunyai konsekuensi kesehatan yang dialami termasuk [[neuropati perifer]], kerusakan gigi, [[Rabdomiolisis|rhabdomyolysis]] dari kerusakan otot,{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|p=413}} [[cedera otak traumatis]],{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|p=412}} [[penyakit menular seksual]], dan [[Kehamilan dari pemerkosaan|kehamilan akibat pemerkosaan]].{{Sfn|Quiroga|Modvig|2020|p=422}} [[Sakit kronis|Rasa sakit kronis]] dan kecacatan biasanya juga dilaporkan sebagai dampak penyiksaan, tetapi hanya ada sedikit penelitian tentang efek ini atau perawatan yang mungkin dapat dilakukan.{{Sfn|Williams|Hughes|2020|pp=133–134}} Efek psikologis umum dari penyiksaan pada korban termasuk [[stres traumatis]], [[Kegelisahan|kecemasan]], [[Depresi (psikologi)|depresi]], dan [[gangguan tidur]].{{Sfn|Williams|Hughes|2020|p=136}} Studi yang tidak terkontrol pada korban penyiksaan telah menemukan bahwa antara 15 dan 85 persen memenuhi kriteria diagnostik untuk [[Gangguan stres pascatrauma|gangguan stres pasca-trauma]] (PTSD), dengan risiko lebih tinggi untuk korban penyiksaan psikologis dibandingkan dengan korban penyiksaan fisik.{{Sfn|Pérez-Sales|2016|pp=134–135}} Penyiksaan menyebabkan risiko sekuele traumatis yang lebih tinggi dibandingkan pengalaman manusia lainnya yang diketahui.{{Sfn|Pérez-Sales|2016|p=274}} Meskipun pandangan tradisional adalah bahwa rasa takut menyebabkan trauma, Pérez-Sales berpendapat bahwa hilangnya kontrol menjelaskan trauma pada korban penyiksaan.{{Sfn|Pérez-Sales|2016|pp=124–125}} Karena penyiksaan adalah bentuk [[kekerasan politik]], tidak semua penyintas atau ahli rehabilitasi mendukung penggunaan kategori medis untuk mendefinisikan pengalaman mereka,{{Sfn|Pérez-Sales|2016|pp=135–136}} dan banyak penyintas mempunyai [[resiliensi|ketahanan psikologis]].{{Sfn|Pérez-Sales|2016|p=130}}
 
Orang-orang yang selamat dari penyiksaan, keluarga dan kerabat mereka mungkin memerlukan dukungan materi, medis, psikologis dan sosial jangka panjang.<ref name="irct">{{Cite web|title=Rehabilitation of Torture Victims|url=https://irct.org/what-we-do/rehabilitation-of-torture-victims|website=International Rehabilitation Council for Torture Victims|access-date=18 February 2022|archive-date=2022-03-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20220326031210/https://irct.org/what-we-do/rehabilitation-of-torture-victims|dead-url=yes}}</ref> Kebanyakan penyintas korban penyiksaan tidak mengungkapkan hal ini kecuali ketika secara khusus ditanyakan oleh penyedia layanan kesehatan.{{Sfn|Williams|Hughes|2020|p=135}} Intervensi psikologis telah menunjukkan penurunan yang signifikan secara statistik tetapi secara klinis relatif kecil terhadap gejala PTSD. Dampak intervensi psikologis terhadap tekanan psikologis atau kualitas hidup tidak menunjukkan manfaat atau belum diukur.{{Sfn|Hamid ''et al.''|2019|p=10}} Sebagian besar penelitian secara spesifik berfokus pada gejala PTSD, dan terdapat kekurangan studi tentang pendekatan yang terintegrasi yang berfokus pada pasien.{{Sfn|Hamid ''et al.''|2019|p=11}}
 
Meskipun penelitian tentang dampak penyiksaan terhadap pelaku masih sedikit,{{Sfn|Hajjar|2013|pp=53–55}} para penyiksa juga dapat mengalami [[Luka moral|cedera moral]] atau [[Trauma pelaku|gejala trauma yang serupa dengan korban]]—terutama ketika mereka merasa bersalah atas tindakannya.{{Sfn|Rejali|2020|pp=90–91}} Penyiksaan memiliki efek merusak pada institusi dan masyarakat yang melakukannya dan mengikis kompetensi profesional. Penyiksa melupakan keterampilan investigasi yang penting karena penyiksaan dianggap dapat menjadi cara yang lebih mudah untuk mencapai tingkat hukuman yang tinggi melalui pengakuan yang dipaksakan yang seringkali palsu dibandingkan polisi melakukan pekerjaannya secara profesional yang memakan waktu. Hal ini mendorong penggunaan penyiksaan yang berkelanjutan dengan intensitas yang meningkat.{{Sfn|Hassner|2020|p=23}} Penolakan publik terhadap penyiksaan dapat merusak reputasi internasional negara-negara yang menggunakan penyiksaan, meradikalisasi oposisi, memperkuat oposisi kekerasan terhadap negara yang menyiksa,{{Sfn|Saul|Flanagan|2020|p=370}} dan mendorong lawan untuk menggunakan penyiksaan untuk mencapai tujuan mereka.{{Sfn|Hassner|2020|p=21}}
Baris 97 ⟶ 96:
== Referensi ==
{{Reflist|19em}}
[[Kategori:Pelanggaran hak asasi manusia]]
[[Kategori:Kekerasan]]
[[Kategori:Kejahatan terhadap kemanusiaan]]
[[Kategori:Isu utama dalam etika]]
<references />
 
 
 
 
==Daftar pustaka==
Baris 110 ⟶ 102:
 
===Buku===
*{{cite book |last1=Barnes |first1=Jamal |title=A Genealogy of the Torture Taboo |date=2017 |publisher=[[Routledge]] |isbn=978-1-351-97773-9 |language=en|ref={{sfnref|Barnes|2017}}}}
*{{cite book |last1=Carver |first1=Richard |last2=Handley |first2=Lisa |title=Does Torture Prevention Work? |date=2016 |publisher=[[Liverpool University Press]] |isbn=978-1-78138-868-6 |language=en|ref={{sfnref|Carver|Handley|2016}}}}
*{{cite book |last1=Celermajer |first1=Danielle |title=The Prevention of Torture: An Ecological Approach |date=2018 |publisher=[[Cambridge University Press]] |isbn=978-1-108-63389-5 |language=en|ref={{sfnref|Celermajer|2018}}}}
* {{cite book |last1=Collard |first1=Melanie |title=Torture as State Crime: A Criminological Analysis of the Transnational Institutional Torturer |date=2018 |publisher=Routledge |isbn=978-1-315-45611-9 |ref={{sfnref|Collard|2018}}}}
*{{cite book |last1=Hajjar |first1=Lisa |title=Torture: A Sociology of Violence and Human Rights |date=2013 |publisher=Routledge |isbn=978-0-415-51806-2 |url=https://archive.org/details/torturesociology0000hajj|language=en|ref={{sfnref|Hajjar|2013}}}}<!--
*{{cite book |last1=Hassner |first1=Ron E.|author1-link=Ron Hassner |title=Anatomy of Torture |date=2022 |publisher=[[Cornell University Press]] |isbn=978-1-5017-6203-1 |language=en}}
*{{cite book |last1=Nowak |first1=Manfred|authorlink=Manfred Nowak |title=Torture: An Expert's Confrontation with an Everyday Evil |date=2018 |publisher=[[University of Pennsylvania Press]] |isbn=978-0-8122-4991-0 |language=en}} -->
*{{cite book |last1=Pérez-Sales |first1=Pau |authorlink=Pau Pérez-Sales |title=Psychological Torture: Definition, Evaluation and Measurement |date=2016 |publisher=[[Taylor & Francis]] |isbn=978-1-317-20647-7 |language=en|ref={{sfnref|Pérez-Sales|2016}}}}
*{{cite book |last1=Rejali |first1=Darius|authorlink=Darius Rejali |title=Torture and Democracy |date=2009 |publisher=[[Princeton University Press]] |isbn=978-1-4008-3087-9 |language=en|ref={{sfnref|Rejali|2009}}}}
*{{cite book |last1=Wisnewski |first1=J. Jeremy |title=Understanding Torture |url=https://archive.org/details/understandingtor0000wisn |date=2010 |publisher=[[Edinburgh University Press]] |isbn=978-0-7486-8672-8 |language=en|ref={{sfnref|Wisnewski|2010}}}}
*{{cite book |last1=Young |first1=Joseph K. |last2=Kearns |first2=Erin M. |title=Tortured Logic: Why Some Americans Support the Use of Torture in Counterterrorism |date=2020 |publisher=[[Columbia University Press]] |isbn=978-0-231-54809-0 |language=en|ref={{sfnref|Young|Kearns|2020}}}}
===Bab buku===
*{{cite book |last1=Beam |first1=Sara |title=The Cambridge World History of Violence: Volume 3: AD 1500–AD 1800 |date=2020 |publisher=Cambridge University Press |isbn=978-1-107-11911-6 |pages=389–407 |chapter=Violence and Justice in Europe: Punishment, Torture and Execution|ref={{sfnref|Beam|2020}}}}
*{{cite book |last1=Evans |first1=Rebecca |date=2020 |title=Oxford Research Encyclopedia of International Studies |publisher=[[Oxford University Press]] |isbn=978-0-19-084662-6 |chapter-url=https://oxfordre.com/view/10.1093/acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-326 |language=en |chapter=The Ethics of Torture: Definitions, History, and Institutions|doi=10.1093/acrefore/9780190846626.013.326 |ref={{sfnref|Evans|2020}}}}
*{{cite book |last1=Frahm |first1=Eckart |title=Orientalism, Assyriology and the Bible |date=2006 |publisher=Sheffield Phoenix Press |isbn=978-1-905048-37-3 |pages=74-94 |language=en |chapter=Images of Assyria in 19th and 20th Century Scholarship|ref={{sfnref|Frahm|2006}}}}
*{{cite book |title=Research Handbook on Torture: Legal and Medical Perspectives on Prohibition and Prevention |date=2020 |publisher=[[Edward Elgar Publishing]] |last1=Kelly |first1=Tobias |last2=Jensen |first2=Steffen |last3=Andersen |first3=Morten Koch |chapter=Fragility, states and torture|ref={{sfnref|Kelly ''et al.''|2020}} |isbn=978-1-78811-396-0|pages=63–79 }}
*{{cite book |last1=Nowak |first1=Manfred |chapter=Torture and Other Cruel, Inhuman, or Degrading Treatment or Punishment |date=2014 |title=The Oxford Handbook of International Law in Armed Conflict |publisher=Oxford University Press |isbn=978-0-19-163269-3 |language=en|pages=387–409|ref={{sfnref|Nowak|2014}}}}
*{{cite book |title=Research Handbook on Torture: Legal and Medical Perspectives on Prohibition and Prevention |date=2020 |publisher=Edward Elgar Publishing |isbn=978-1-78811-396-0 |last1=Pérez-Sales |first1=Pau |chapter=Psychological torture|pages=432–454 |ref={{sfnref|Pérez-Sales|2020}}}}
*{{cite book |title=Research Handbook on Torture: Legal and Medical Perspectives on Prohibition and Prevention |date=2020 |publisher=Edward Elgar Publishing |isbn=978-1-78811-396-0 |last1=Quiroga |first1=José |authorlink=José Quiroga |last2=Modvig |first2=Jens |chapter=Torture methods and their health impact|pages=410–431 |ref={{sfnref|Quiroga|Modvig|2020}}}}
*{{cite book |last1=Rejali |first1=Darius |title=Interrogation and Torture: Integrating Efficacy with Law and Morality |date=2020 |publisher=Oxford University Press |isbn=978-0-19-009752-3 |chapter=The Field of Torture Today: Ten Years On from ''Torture and Democracy''|pages=71–106|ref={{sfnref|Rejali|2020}}}}
*{{cite book |last1=Saul |first1=Ben |authorlink=Ben Saul |last2=Flanagan |first2=Mary |chapter=Torture and counter-terrorism |title=Research Handbook on International Law and Terrorism |date=2020 |publisher=Edward Elgar Publishing |isbn=978-1-78897-222-2 |language=en|pages=354–370|ref={{sfnref|Saul|Flanagan|2020}}}}
*{{cite book |last1=Shue |first1=Henry|authorlink=Henry Shue |title=The Routledge Handbook of Global Ethics |date=2015 |publisher=Routledge |isbn=978-1-315-74452-0 |chapter=Torture|pages=113–126|ref={{sfnref|Shue|2015}}}}
*{{cite book |last1=Thomson |first1=Mark |last2=Bernath |first2=Barbara |title=Interrogation and Torture: Integrating Efficacy with Law and Morality |date=2020 |publisher=Oxford University Press |isbn=978-0-19-009752-3 |chapter=Preventing Torture: What Works?|pages=471–492|ref={{sfnref|Thomson|Bernath|2020}}}}
*{{cite book |last1=Wolfendale |first1=Jessica |title=The Routledge International Handbook of Perpetrator Studies |date=2019 |publisher=Routledge |isbn=978-1-315-10288-7 |chapter=The Making of a Torturer|pages=84–94|ref={{sfnref|Wolfendale|2019}}}}
===Artikel jurnal===
*{{cite journal |last1=Bessler |first1=John D. |author1-link=John D. Bessler |title=The Abolitionist Movement Comes of Age: From Capital Punishment as Lawful Sanction to a Peremptory, International Law Norm Barring Executions |journal=Montana Law Review |date=2018 |volume=79 |pages=7–48 |url=https://scholarworks.umt.edu/mlr/vol79/iss1/3|issn=0026-9972|ref={{sfnref|Bessler|2018}}}}
*{{cite journal |last1=Bourgon |first1=Jérôme |title=Abolishing 'Cruel Punishments': A Reappraisal of the Chinese Roots and Long-term Efficiency of the Xinzheng Legal Reforms |journal=[[Modern Asian Studies]] |date=2003 |volume=37 |issue=4 |pages=851–862 |doi=10.1017/S0026749X03004050|s2cid=145674960 |ref={{sfnref|Bourgon|2003}}}}
*{{cite journal |last1=Blakeley |first1=Ruth |title=Why torture? |journal=[[Review of International Studies]] |date=2007 |volume=33 |issue=3 |pages=373–394 |doi=10.1017/S0260210507007565|s2cid=<!-- --> |url=https://kar.kent.ac.uk/1427/2/Why%20Torture%20%5BRIS%5D.pdf |ref={{sfnref|Blakeley|2007}}}}
*{{cite journal |last1=Einolf |first1=Christopher J. |title=The Fall and Rise of Torture: A Comparative and Historical Analysis |journal=Sociological Theory |date=2007 |volume=25 |issue=2 |pages=101–121 |doi=10.1111/j.1467-9558.2007.00300.x|s2cid=<!-- --> |url=https://works.bepress.com/cgi/viewcontent.cgi?article=1008&context=christopher_einolf |ref={{sfnref|Einolf|2007}}}}
*{{cite journal |last1=Einolf |first1=Christopher J |title=How Torture Fails: Evidence of Misinformation from Torture-Induced Confessions in Iraq |journal=[[Journal of Global Security Studies]] |date=2022 |volume=7 |issue=1 |doi=10.1093/jogss/ogab019|ref={{sfnref|Einolf|2022}}}}
*{{cite journal |last1=Guarch-Rubio |first1=Marta |last2=Byrne |first2=Steven |last3=Manzanero |first3=Antonio L. |title=Violence and torture against migrants and refugees attempting to reach the European Union through Western Balkans |journal=[[Torture Journal]] |date=2020 |volume=30 |issue=3 |pages=67–83 |doi=10.7146/torture.v30i3.120232 |s2cid=<!-- --> |url=https://tidsskrift.dk/torture-journal/article/view/120232/171775 |language=en |issn=1997-3322|ref={{sfnref|Guarch-Rubio ''et al.''.|2020}}}}
*{{cite journal |last1=Hamid |first1=Aseel |last2=Patel |first2=Nimisha |last3=Williams |first3=Amanda C. de C. |title=Psychological, social, and welfare interventions for torture survivors: A systematic review and meta-analysis of randomised controlled trials |journal=[[PLOS Medicine]] |date=2019 |volume=16 |issue=9 |pages=e1002919 |doi=10.1371/journal.pmed.1002919|ref={{sfnref|Hamid ''et al.''|2019}}|pmid=31550249|pmc=6759153}}
*{{cite journal |last1=Hassner |first1=Ron E. |title=What Do We Know about Interrogational Torture? |journal=[[International Journal of Intelligence and CounterIntelligence]] |date=2020 |volume=33 |issue=1 |pages=4–42 |doi=10.1080/08850607.2019.1660951|s2cid=<!-- --> |ref={{sfnref|Hassner|2020}}}}
*{{cite journal |last1=Hatz |first1=Sophia |title=What Shapes Public Support for Torture, and Among Whom? |journal=[[Human Rights Quarterly]] |date=2021 |volume=43 |issue=4 |pages=683–698 |doi=10.1353/hrq.2021.0055|s2cid=<!-- --> |url=http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:uu:diva-460519 |ref={{sfnref|Hatz|2021}}}}
*{{cite journal |last1=Houck |first1=Shannon C. |last2=Repke |first2=Meredith A. |title=When and why we torture: A review of psychology research. |journal=Translational Issues in Psychological Science |date=2017 |volume=3 |issue=3 |pages=272–283 |doi=10.1037/tps0000120|ref={{sfnref|Houck|Repke|2017}}}}
*{{cite journal |last1=Huggins |first1=Martha K. |title=State Torture: Interviewing Perpetrators, Discovering Facilitators, Theorizing Cross-Nationally - Proposing "Torture 101" |journal=State Crime Journal |date=2012 |volume=1 |issue=1 |pages=45–69 |jstor=41917770 |url=https://www.jstor.org/stable/41917770 |issn=2046-6056|ref={{sfnref|Huggins|2012}}}}
*{{cite journal |last1=Jensena |first1=Steffen |last2=Kelly |first2=Tobias |last3=Andersen |first3=Morten Koch |last4=Christiansen |first4=Catrine |last5=Sharma |first5=Jeevan Raj |ref={{sfnref|Jensena ''et al.''|2017}} |title=Torture and Ill-Treatment Under Perceived: Human Rights Documentation and the Poor |journal=Human Rights Quarterly |date=2017 |volume=39 |issue=2 |pages=393–415 |doi=10.1353/hrq.2017.0023 |s2cid=151596067 |url=https://muse.jhu.edu/article/657335 |issn=1085-794X}}
*{{cite journal |last1=Kelly |first1=Tobias |title=The Struggle Against Torture: Challenges, Assumptions and New Directions |journal=[[Journal of Human Rights Practice]] |date=2019 |volume=11 |issue=2 |pages=324–333 |doi=10.1093/jhuman/huz019|ref={{sfnref|Kelly|2019}}}}
*{{cite journal |last1=Meyer |first1=Christian |last2=Lohr |first2=Christian |last3=Gronenborn |first3=Detlef |last4=Alt |first4=Kurt W. |title=The massacre mass grave of Schöneck-Kilianstädten reveals new insights into collective violence in Early Neolithic Central Europe |journal=[[Proceedings of the National Academy of Sciences]] |date=2015 |volume=112 |issue=36 |pages=11217–11222 |doi=10.1073/pnas.1504365112 |pmid=26283359 |pmc=4568710 |bibcode=2015PNAS..11211217M |ref={{sfnref|Meyer ''et al.''|2015}}|doi-access=free }}
*{{cite journal |last1=Oette |first1=Lutz |title=The Prohibition of Torture and Persons Living in Poverty: From the Margins to the Centre |journal=[[International & Comparative Law Quarterly]] |date=2021 |volume=70 |issue=2 |pages=307–341 |doi=10.1017/S0020589321000038 |s2cid=232358203 |url=https://www.cambridge.org/core/journals/international-and-comparative-law-quarterly/article/prohibition-of-torture-and-persons-living-in-poverty-from-the-margins-to-the-centre/B99559E80F9D0520C9A8101C5EFB61D0 |language=en |issn=0020-5893|ref={{sfnref|Oette|2021}}}}
*{{cite journal |last1=Williams |first1=Amanda C. de C. |last2=Hughes |first2=John |title=Improving the assessment and treatment of pain in torture survivors |journal=[[BJA Education]] |date=2020 |volume=20 |issue=4 |pages=133–138 |doi=10.1016/j.bjae.2019.12.003|pmid=33456942 |pmc=7807909 |ref={{sfnref|Williams|Hughes|2020}}}}
*{{cite journal |last1=Worrall |first1=James |last2=Hightower |first2=Victoria Penziner |title=Methods in the madness? Exploring the logics of torture in Syrian counterinsurgency practices |journal=[[British Journal of Middle Eastern Studies]] |date=2021 |pages=1–15 |doi=10.1080/13530194.2021.1916154|s2cid=<!-- --> |ref={{sfnref|Worrall|Hightower|2021}}}}
{{Refend}}
 
Baris 163 ⟶ 155:
* [http://www.irct.org/] - The International Rehabilitation Council for Torture Victims (based in Copenhagen, Denmark)
[[Kategory:Penyiksaan| ]]
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Pelanggaran hak asasi manusia]]
[[Kategori:Kekerasan]]
[[Kategori:Kejahatan terhadap kemanusiaan]]
[[Kategori:IsuMasalah utama dalam etika]]
[[Kategori:Filsafat hukum]]
{{Authority control}}