Kerajaan Blambangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
k Membalikkan revisi 26353612 oleh Zulf (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(23 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 8:
| image_map_caption = Blambangan di ujung timur Pulau Jawa ([[Banyuwangi]]) pada abad 16 masa [[Kesultanan Mataram]]
| country =
| religion = [[Hindu]], (resmi)<ref name="Status Resmi agama kerjaan Blambangan"></ref><br>[[Buddha]], <br>[[Islam]]
| image_flag = <!--Bendera Blambangan.GIF-->
| image_coat = <!--Lambang Kerajaan Blambangan.jpg-->
Baris 22:
| event1 = Blambangan mendapat serangan dari Bali
| date_event1 = 1501
| event2 = Batara Wijaya Girindrawardhana Ranawijaya mengungsi ke Panarukan (wilayah Blambangan) setelah Daha dikuasai oleh Demak
| date_event2 = 1527
| event3 = Blambangan kehilangan Pasuruan dan Pajarakan karena direbut Demak, namun Sultan Trenggana tewas saat berusaha merebut Panarukan
Baris 63:
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''Kerajaan Blambangan''' atau '''Balambangan''' atau '''Belambangan''' adalah sebuah [[kerajaan]] yang berada di Ujung Timur [[Pulau Jawa]]. Karena berbagai sebab Kerajaan Blambangan dianggapmemiliki sebagaipusat kerajaanpemerintahan bercorakyang Hinduberpindah-pindah terakhirke beberapa titik di [[Pulausekitar Tapal Kuda. Kerajaan Blambangan diperintah oleh raja-raja keturunan dinasti Rajasa Jawa]]Majapahit.
 
Diduga bahwa Blambangan dulunya pernah menjadi bagian dari salah satu Juru dalamwilayah Lamajang Tigangjuru yang dipimpin oleh [[Arya Wiraraja]] dan Pu Nambi tahun 1293-1316. Lamajang Tigangjuru beribukota di Lamajang ([[Lumajang]]). DuaSelain Blambangan, dua Juru (kadipaten) lainnya diduga adalah Sadeng (di [[Puger, Jember]]), dan Keta (di [[Besuki, Situbondo]]).
 
Namun karena tidak terlibat dalam Perang Nambi (1316) dan Perang Sadeng-Keta (1318), maka oleh Prabu Jayanagara, raja kedua Majapahit, daerah ini dianugerahi status sebagai ''Perdikan [[Sima]]''.
 
Tahun 1352 Balambangan bersama Pasuruan, Sumbawa, dan Bali mendapat Adipati baru dari trah Kepakisan Kediri. Adipati Blambangan pertama itu bernama '''Sira Dalem Sri Bima Chili Kepakisan''' (1352-1406).
 
Ketika Kerajaan Patron-nya, [[Majapahit]], runtuh akibat pemberontakan [[Sang Muggwing Jinggan]] dan saudara-saudaranya tahun [[1478]] dan raja Singhawikramawardhana Dyah [[Suraprabhawa]] (1466-1478) gugur di istana, lalu Pada tahun 1478 pemerintahan dilanjutkan Oleh Prabu Brawijaya Bhre Kertabhumi kemudian Bhre Daha / Girindrawardana Ranawijaya melakukan pemberontakan lalu Ibukota Kerajaan Majapahit dipindahkan Ke Kediri / Dahanapura ,maka kerajaan-kerajaan vasal Majapahit seperti [[Kesultanan Demak]], [[Kerajaan Bali]], [[Kadipaten Surabaya]], [[Kesunanan Giri]], [[Kesultanan Cirebon]], [[Kerajaan Blambangan]], dll memilih merdekamenjalankan pemerintahan sendiri-sendiri dan tidak mau mengakui kekuasaan para pemberontak yang mendirikan kerajaan baru di [[Keling]] [[Kediri]] ([[Kerajaan Daha]]).
 
Pada tahun [[1527]], raja Majapahit-Daha [[Dyah Raṇawijaya|Girindrawardhana Dyah Ranawijaya]], yang tersingkir karena diserang oleh [[Sultan Trenggana]] dari [[Kesultanan Demak]] melarikan diri ke [[Panarukan, Situbondo]] di wilayah utara Kerajaan Blambangan.Pada Era Kasultanan Demak , Daerah Blambangan Dan Madura diambil Alih Oleh Ratu Pambayun Atau Dewi Maskumambang yang meupakan Putri sulung dari Brawijaya Bhre Kerthabumi <ref>{{Cite web|last=Madura|first=Lontar|date=2022-09-14|title=Kisah Cinta; Penyebab Gugurnya Pangeran Siding Puri|url=https://www.lontarmadura.com/kisah-cinta-penyebab-gugurnya-pangeran-siding-puri/|website=Lontar Madura|language=en-US|access-date=2024-08-27}}</ref> sampai dengan tahun 1559, setelah itu Kerajaan kerajaan Vasal Bekas Kerajaan Majapahit yaitu Blambangan memilih untuk mendirikan pemerintahan masing masing.
 
== Sejarah Blambangan ==
Baris 82:
Dari laporan [[Tome Pires]], Bima Koncar memiliki putra bernama '''Pate Pimtor (Menak Pentor)''', memerintah antara 1501-1531, yang berhasil memperluas wilayah Blambangan. Di bawah kekuasaan ''Menak Pentor'', Blambangan menjadi kerajaan yang kuat, kaya, dan makmur. Wilayahnya meliputi Canjtam (Keniten/[[Pasuruan]] Timur) dan [[Lumajang]] di bagian barat hingga ke Supitan Blambangan (sekarang [[Selat Bali]]) di ujung timur [[Pulau Jawa]]. Letaknya pun cukup strategis, karena dikelilingi oleh lautan di ketiga sisinya, sehingga banyak memiliki pelabuhan. Di antara pelabuhan-pelabuhan Kerajaan Blambangan yang paling terkenal adalah [[Panarukan]] (di [[Situbondo]]) di pesisir utara , Ulu [[Lopampang|Pangpang]], (di [[Muncar, Banyuwangi|Muncar]]) di pesisir timur, dan [[Puger, Jember|Puger]] (di [[Kabupaten Jember|Jember]]) di pesisir [[Pantai Selatan]].
 
Pada saat [[Trenggana|Sultan Trenggana]] raja ke-3 [[Kesultanan Demak]] pada 1546, memperlebarmemperluas wilayah kekuasaannya ke timur, sebagian wilayah [[Jawa Timur]] berhasil dikuasainya, termasuk merebut [[Pasuruan]] dan [[Pajarakan, Probolinggo|Pajarakan]] (di [[Kabupaten Probolinggo|Probolinggo]]) dari tangan Blambangan pada tahun 1545 dan sejak saat itu Pasuruan menjadi kekuatan Islam yang penting di ujung timur Jawa.
 
Akan tetapi, usaha Demak menaklukkan Panarukan mengalami kendala karena kerajaan ini mampu bertahan walaupun telah dikepung selama seratus hari. Bahkan, pada 1546, Sultan Trenggana sendiri terbunuh di dekat Panarukan, setelah selama tiga bulan tidak mampu menembus kota Panarukan. Pemimpin Panarukan yang terkenal kala itu bernama '''Sontoguno.'''
Baris 96:
Blambangan dapat bertahan di sebelah timur gunung dan usaha-usaha Mataram melebarkan kekuasaan ke daerah ini tidak pernah berhasil. Hal ini mengakibatkan kawasan Blambangan Timur (Banyuwangi pada umumnya) tidak pernah masuk ke dalam budaya [[Jawa Tengah]]. Maka dari itu, sampai sekarang kawasan Banyuwangi memiliki ragam bahasa yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa baku.
 
Selanjutnya, di bawah kekuasaan [[Kesultanan Mataram]], pada tahun 1649, ''Mas Kembar'' naik tahta dengan gelar '''Pangeran Tawang Alun II [[Prabu Tawangalun II]].'''.
 
Sepeninggal [[Sultan Agung dari Mataram]], ketika Mataram dipimpin oleh Sunan Amangkurat Agung ([[Amangkurat I]]), ketika menghadiri [[Pisowanan]] (tahun 1652) di istana Mataram, Tawang Alun II mendeklarasikan diri di hadapan sang Sunan, bahwa mulai sejak saat itu Blambangan adalah wilayah yang merdeka. Sepulangnya ke Balambangan dia menyandang gelar sebagai '''Susuhunan Macanputih''' untuk menunjukkan bahwa tahtanya sederajat dengan tahta Mataram.
Baris 150:
 
=== Silsilah Tawang Alun II ===
Putra '''Tawang Alun I''' yang bernama '''Mas Senepo''' inilah yang kemudian memindahkan ibukota Blambangan ke ''Kedhaton Macan Putih'' (sekarang daerah [[Macanputih, Kabat, Banyuwangi]]) bergelar '''Kangjeng Susuhunan Prabu Tawang Alun II''', di mana dia memerintah pada wilayah Kerajaan Blambangan [[1655]] hingga [[1691]]. Kangjeng SuhunanSusuhunan Prabu Tawang Alun II memiliki 4002 orang istri dan beberapa selir, sehingga menjadi beberapa garis keturunan. Di antaranya adalah;
 
Kangjeng Susuhunan Prabu Tawang Alun II, memiliki putra putri dari:
*''Dewi Sumekar/Mas Ayu Rangdiyah'' (Ratu Kulon, dari Mataram), berputra:
** '''Pangeran Adipati Mas Macanapura'''/Pangeran Pati I
*''MasSekardewi Ayu Dewi SumekarIrawuni'' (Ratu Wetan, dari Blater-Blambangan) menurunkan:
** '''Pangeran Senapati Sasranagara''' (Pangeran Dipati Rayi), berputra
*** Pangeran Mas Purba ('''Prabu Danureja''')
Baris 200:
 
== Lihat pula ==
* [[Prabu Tawangalun II]]
* [[Babad Blambangan]]
* [[Bahasa Osing]]