Zakat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dare2Leap (bicara | kontrib)
k Rasa syukur zakat: Memperbaiki kesalahan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Anne C (bicara | kontrib)
zakat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi
 
(10 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
{{Islam|rukunislam}}
{{fikih|ekonomi}}
'''Zakat''' ({{lang-ar|زكاة|translit=zakāh}}) dalamsecara [[bahasa]] adalah tambahan, Zakat dari segi bahasa istilah adalah kegiatan mengeluarkan hartabarang yang khusus dengan cara tertentu dariuntuk orang khusus. Zakat dibagi menjadi 5 macam yaitu : zakat [[Muslim|seseorangpeternakan]], yangzakat beragama[[perkebunan]], zakat [[Islampertanian]], zakat per[[niaga|niagaan]], dan diberikanzakat kepada[[logam golonganmulia]]. yangSyarat berhakwajib menerimanya.zakat Zakatitu dariada segi5 bahasayaitu berarti: 'bersih'[[Islam]], 'suci'merdeka, 'subur'kepemilikan penuh, 'berkat'[[nisob]], dan 'berkembang'. Menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh [[syariat Islamhaul]]. Zakat merupakan rukun ketigakeempat dari [[rukun Islamislam]].
 
== Definisi ==
Menurut kebahasaan, zakat itu bisa ditilik dari kata زكى (zakā), yang kalau dirangkaikan pada kalimat, yaitu زكا الشيء يزكو (sesuatu itu bertambah dan tumbuh), atau bisa pula زكا الزرع (tanaman itu tumbuh),<ref name="fathulbari72">Al-Asqalani (2004), hlm.7</ref> dan pada yang lain seperti: زكت التجارة (perniagaan itu tumbuh dan berkembang).<ref name="mushtafa42">Musthafa ''dkk''. (1987), hlm.4</ref> Definisi ''zakāh'' sebagai ''madah''/pujian dapat pula dilihat dalam firman Allah Ta'ala: فـلَا تُزَكُّوْا اَنْفُسَكُمْ (Maka janganlah kamu memuji dirimu suci).<ref>QS an-Najm ayat 32</ref> Kalau ia bermakna "pembersihan", apakah ia secara kasatmata (''hissiyyah'') atau secara makna, bisa dilihat pada QS as-Syams ayat 9: قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاها (Maka beruntunglah orang yang menyucikannya), yakni menyucikannya (jiwa) dari segala kekotoran. Dari ''zakā'' terbentuk kata ''tazkiyah'' (تزكية), atau menyebut kata-kata pujian bagi diri. Dari situ pada bahasa Arab juga dikenal kata زكى الرجل نفسه ''zakā ar-rajulu nafsahu''.<ref name="manzhur2">[[Ibnu Manzhur|Manzhur, Ibnu]] (2003). [http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=3536&idto=3536&bk_no=122&ID=3542 ''Lisanul 'Arab''. '''7''':46. Huruf ''Zai'', Lema ''Zakāh'']. Dār ash-Shādir li ath-Thabā'ah wan-Nasyr wat-Tauzī'.</ref> Inilah yang masuk ke dalam definisi awal zakat yang artinya adalah "tumbuh", "suci", dan "berkah". Dengan makna kebahasaan di atas, yakni "tumbuh" dan "suci", menurut [[Ibnu Hajar Al 'Asqalani]], sesuai tinjauan syariat, maka itulah yang akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan pada harta dan pahala, terlebih juga, zakat itu berkaut pula dengan perdagangan dan pertanian.<ref name="fathulbari72" />
 
Adapun secara makna, ia berarti nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah Ta'ala yang dikeluarkan kepada fakir miskin,<ref>Sabiq (1982), hlm.5</ref> ini ditunjukkan oleh sebuah riwayat di mana Nabi Muhammad mengutus [[Mu'adz bin Jabal]] ke [[Yaman]], untuk mengambil sebagian harta orang yang kaya agar diberikan kepada orang yang papa di antara mereka.<ref>Qardhawi (1999), hlm.87</ref> Adapun secara keistilahan, makna zakat dalam syariat Islam ialah seukuran tertentu beberapa jenis harta, yang wajib diberikan kepada golongan-golongan tertentu, dengan syarat-syarat yang tertentu pula. Bagian dari harta inilah yang dinamai zakat, dan didoakan oleh penerimanya agar diberi keberkatan dari Allah.<ref name="mushtafa42" /> Tak jauh dengan ketentuan di atas, ia dikecualikan dari [[baniBani Hasyim]] dan [[baniBani Muthalib]], dan wajib dikeluarkan bagi yang berakal, baligh, dan merdeka.<ref>Al 'Asqalani (2004), hlm.8</ref> Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999, disebutkan bahwasanyabahasanya zakat merupakan harta yang wajib disisihkan oleh orang Muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.<ref>Zahari, Ahmad; Idham (Februari 2010). ''Wakaf, Zakat, & Ekonomi Syariah: Kumpulan Peraturan''. [[Pontianak]]: FH Untan Press. Hlm. 201. ISBN 978-979-19927-5-6.</ref>
 
== Kewajiban ==
Baris 108:
 
Pembangunan dilaksanakan untuk semua golongan, kaya atau miskin, misal membangun jalan atau jembatan, waduk atau irigasi, sekolah dan perguruan tinggi, semuanya dinikmati tidak hanya untuk fakir miskin, tetapi juga sebagian besarnya dinikmati oleh orang-orang kaya. Oleh karena itu, untuk kepentingan-kepentingan seperti itu tidak dapat dibayar dengan uang zakat. Pemerintah mencari sumber-sumber Iain, selain pajak untuk pembangunannya.<ref name=":02" />
 
== Rasa syukur zakat ==
Selain berbagi sedekah jika ada yang membutuhkan, orang Muslim yang mampu secara finansial diwajibkan untuk berzakat 2.5% secara rutin dari pemasukannya setiap bulan kepada orang yang kurang mampu sebagai salah satu cara mencegah kemiskinan. Tidak seperti sedekah, zakat harus diberikan kepada salah satu dari delapan kategori penerima zakat: fakir miskin, riqab, gharim, mualaf, fii sabilillah, ibnu sabil, dan amil zakat.<ref name=":15">{{Cite book|last=Helwa|first=A.|date=2022|title=Secrets of Devine Love|location=Jakarta|publisher=Quanta|isbn=9786230029653|url-status=live}}</ref>
 
Saat memberi zakat atau sedekah, uang yang diberikan harus berasal dari usaha yang halal. Pendapatan yang berasal dari menjual bunga dari uang yang dipinjamkan, judi, atau cara lain yang tidak halal maka tidak terhitung dalam kewajiban zakat. Hal penting lain yang perlu kita ingat adalah bahwa zakat menjadi wajib jika Anda sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga Anda. İni bukan sekadar berbagi, tapi sebuah kewajiban dari wujud syukur kita, untuk memberi pada orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Zakat ibarat tabungan ibadah yang kita tunaikan untuk kehidupan kita di bumi ini.<ref name=":15" />
 
Selain menjadi sebuah kewajiban, kata zakat sering dimaknai sebagai "hal yang menyucikan". Sebagaimana tubuh yang harus mengeluarkan zat yang tidak digunakan untuk menjaga kesehatan, zakat menyucikan kita dari materialistik dengan menjauhkan kebergantungan kita dari kekayaan.
 
...Najkahkanlah najkah yang baik unluk dirimu. Dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orangyang berun[ung.”
 
(QS. 64: 16)
 
Secara ideal, zakat membantu membangun keseimbangan dalam masyarakat—sebuah perputaran alami dalam memberi dan menerima. Jika kita hanya menarik napas dan tidak pernah mengeluarkan napas maka kita akan sesak, zakat secara esensi adalah sebuah media untuk mengeluarkan sedekah, untuk membuat ruang agar kita bisa menarik napas syukur. Dalam sebuah pepatah kuno Indian, Upanishads, dikatakan bahwa. "Apa yang ada di dunia ini cukup untuk kebutuhan semua orang; tapi tidak cukup untuk memenuhi keserakahan semua orang Tanpa memberi, kita akan merasa sesak secara spiritual. Faktanya, sebuah kata yang sering digunakan untuk uang dalam bahasa Inggris adalah currency, yang berasal dari kata currere dalam bahasa Latin dan bermakna "mengadakan perlombaan" atau untuk melakukan pergerakan. Dengan kata Iain, saat mata uang tidak berputar maka akan timbul stagnansi dalam kehidupan kita. Seperti sebuah sungai atau arus, uang harus mengalir ke dalam dan dari luar dari tangan kita atau ia akan mengekang semangat dalam diri kita.<ref name=":14">{{Cite book|last=Helwa|first=A.|date=2022|title=Secrets of Devine Love|location=Jakarta|publisher=Quanta|isbn=9786230029653|url-status=live}}</ref>
 
Zakat adalah bentuk rahmat dari Allah, karena dengannya kita menyucikan kebergantungan kita pada dunia dan meningkatkan keimanan kita. Semakin kita tidak memberi asupan untuk ego kita, semakin baik pula keimanan kita. Kita mendekatkan diri kepada-Nya bukan melalui apa yang kita punya, tapi melalui apa yang kita beri. Karena segala sesuatu yang kita miliki akan sirna, hanya apa yang kita beri karena Allah yang akan benar-benar kita miliki.
 
Hal ini tergambar dengan indah melalui sebuah percakapan antara Nabi Muhammad dan istrinya. Setelah istri beliau menyedekahkan daging kambing, Nabi Muhammad bertanya, "Apa yang tersisa darinya?" Istri beliau menjawab, "Tidak ada kecuali bagian pundaknya." Nabi Muhammad kemudian menjawab, "Semuanya masih ada (dalam kitab Allah) kecuali bagian pundaknya." Dalam kata Iain, Nabi Muhammad mengilustrasikan bahwa hanya yang kita sedekahkan karena Allah yang benar-benar ada untuk kita.
 
Kebaikan-kebaikan yang kita tanam di dunia ini tidak ada yang menjadi Sia-Sia, sebaliknya kebaikan itu menjadi hal yang kekal di akhirat nanti. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal.” (QS. 42: 36)
 
Saat kita memasuki alam kubur, kita tidak membawa harta yang kita simpan; kita hanya membawa harta berupa pahala dari harta yang kita sedekahkan.
 
Pada akar kata zakat kita menemukan makna "tumbuh, syukur, dan penggandaan.” Ketika kita memberi hanya karena Allah, sebenarnya kita membuka pintu rahmat Allah, semakin terbuka untuk tumbuh dan melipatgandakan kekayaan materi dan spiritual kita. Allah menegaskan kembali mengenai hal ini dalam firman-Nya, "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.” (QS. 34: 39). Sebagaimana para petani memangkas bagian dari tanamannya agar tanaman itü tumbuh lebih cepat, saat kita bersedekah kita mengurangi harta kita agar tumbuh lebih baik lagi (QS. 2:245).
 
=== Pemilik zakat ===
Untuk menjaga kemuliaan orang miskin, zakat dilihat bukan sebagai harta yang dimiliki oleh orang yang menunaikannya, tapi merupakan hak milik orang yang menerimanya. İni adalah sebuah pengingat bahwa apa pun yang kita dapat dan miliki pada hakikatnya bukan milik kita, tapi hanya sebuah titipan dari Allah. Saat kita menunaikan zakat, bukan kita yang memberi pada orang lain, tapi Allah yang memberi pada mereka melalui kita. Kita bukanlah pemilik dari harta kita, kita hanya menjadi orang yang terpilih untuk mengelolanya. Ketika kita ada dalam kondisi benar-benar memberi, tidak ada lagi yang namanya pemberi dan penerima, yang ada hanyalah cinta-Nya melalui tangan dan kebaikan kita.
 
Sebagaimana orang terdahulu berkata,{{cquote|Ada empat dimensi dalam Islam:
1. Apa yang menjadi milikku adalah milikku dan apa yang menjadi milikmu adalah milikmu.<br>
2. Apa yang menjadi milikku adalah milikmu dan apa yang menjadi milikmu adalah milikmu juga.<br>
3. Ada yang bukan juga milikku atau milikmu.<br>
4. Tidak ada lagi aku atau kamu, yang ada hanyalah kita.}}Karena itu, jika kamu memberi kepadaku, bukan kamu yang memberi padaku ialah Allah yang memberi kepada kita. Ketika menerima sedekah, aku merasakan nama Allah Ar-Razzaq (Yang Maha Memberi Rezeki), dan sebagai pemberi sedekah kamu akan merasakan nama Allah Al-Karim (Yang Mahamulia), terwujud melaluimu sebagai respons dari kebutuhanku. Intinya, kita hanya cermin yang merefleksikan keagungan Allah pada-Nya.<ref name=":13">{{Cite book|last=Helwa|first=A.|date=2022|title=Secrets of Devine Love|location=Jakarta|publisher=Quanta|isbn=9786230029653|url-status=live}}</ref>
 
Ada perbedaan yang besar antara melakukan kebaikan dan melihat diri kita dengan melakukan kebaikan dan hanya melihat Allah. Bagi yang meniatkannya ikhlas hanya untuk Allah, sedekah menjadi penyuci ego untuk mengakui kepemilikan pemberian yang diberikan Allah kepada kita.{{Quote|Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya...|{{cite quran|2|264|style=nosup}}}}
 
Jangan merasa memiliki kebaikan hati kita karena sebenarnya kebaikan itu adalah sebuah manifestasi dari kebaikan Allah, Dia yang memberi kita peluang untuk melakukan kebaikan. Sebagaimana penyair Libanon abad ke-20 Khalil Gibran berkata, "Ada orang yang memberi dengan senang hati dan kesenangan itulah balasan bagi mereka. Ada Yang memberi dengan terpaksa dan rasa itulah balasan bagi mereka. Ada Yang memberi tanpa rasa paksaan, mencari kesenangan, atau memikirkan kebaikan... Melalui tangan-tangan itu Tuhan berkata dan di balik mata mereka Dia tersenyum pada bumi." Allah memberi kita kesempatan untuk memakmurkan dunia bukan karena Dia membutuhkan kita, tetapi karena jiwa kita berkembang saat kita menyiraminya dengan melakukan kebaikan.
 
Allah berfirman dalam Al-Qur'an,{{Quote|Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu Iebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.|{{cite quran|2|271|style=nosup}}}}
 
Memberi sedekah dengan sembunyi-sembunyi menjaga kehormatan orang yang menerima sedekah kita dan mejaga kita dari kcinginan dipuji. Saat kita diminta oleh Allah untuk memberi pada orang miskin, seharusnya kitalah yang bersyukur atas kesempatan yang telah kita dapatkan. Lagipula, jika kita bukan karena kebutuhan orang lain atau karena kelebihan harta yang Allah berikan kepada kita, kita tidak dapat merefleksikan dan merasakan kebaikan, kasih sayang, dan cinta-Nya.
 
Kita mewujudkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan dengan membantu orang lain. Saat kita membantu orang lain, kita menyiram benih-benih kebaikan, kemudian kita akan melihat bahwa dengan memberi maka kita akan tumbuh. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an,{{Quote|Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri?|{{cite quran|17|7|style=nosup}}}}
 
Ketika kita memberi dengan sungguh-sungguh pada orang lain, kita memberi pada diri kita sendiri, menaikkan derajat kita di sisi Allah. Sebagaimana Allah berkata dalam sebuah hadis qudsi, ''"Wahai anak Adam! Berinfaklah, niscaya Aku akan berinfak kepadamu!”''<ref name=":13" />
 
=== Perhitungan pemberian ===
Kadang kita merasa bahwa kemampuan kita untuk memberi sangat terbatas, sedangkan yang dibutuhkan dunia ini sangat besar sehingga membuat kita menyerah sebelum mencoba. Saat kita merasa terlalu berat untuk mencoba dan menyembuhkan masalah besar di dunia ini, kita harus ingat bahwa segala sesuatu yang diciptakan berasal dari awal yang sederhana. Butiran pasir lama kelamaan membentuk pegunungan, sperma yang sangat kecil dan telur kemudian membentuk seorang manusia, dan bahkan big bang yang mungkin mengakibatkan terciptanya alam semesta ini berawal dari angkasa yang hanya sebesar kacang. Jangan menganggap remeh apa yang dapat Allah ciptakan dengan hati dan niat yang baik, sekecil apa pun ciptaan itu. Sebagaimana Imam Ali berkata, "''Berbisnislah dengan Allah maka kamu akan beruntung."''<ref name=":12">{{Cite book|last=Helwa|first=A.|date=2022|title=Secrets of Devine Love|location=Jakarta|publisher=Quanta|isbn=9786230029653|url-status=live}}</ref>
 
Al-Qur'an juga menegaskan hal ini dalam sebuah ayat,
 
{{Quote|Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih Yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.|{{cite quran|2|261|style=nosup}}}}
 
Kita juga diingatkan melalui Al-Qur'an bahwa kita hanya diminta untuk memberi sesuai dengan kemampuan yang Allah berikan kepada kita:
 
{{Quote|Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.|{{cite quran|65|7|style=nosup}}}}
 
Ini adalah langkah kecil yang kita ambil saat ini dan akan menjadi langkah beşar suatu saat nanti; langkah yang diambil karena cinta dan konsistensi akan membuat revolusi kebaikan dan cahaya yang meruntuhkan kegelapan.<ref name=":12" />
 
Sedekahkan hartamu, berikan waktumu, berikan apa pun yang dapat kamu berikan, karena dalam kekosongan dan kekuranganmu, kamu akan menemukan karunia Allah yang tak terhingga. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an,
 
{{Quote|Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya|{{cite quran|14|34|style=nosup}}}}
 
Bagaimanapun, kita memberi Allah apa yang fana dan terbatas, tapi Allah memberi kita apa yang kekal dan tak terbatas.<ref name=":12" />
 
== Catatan ==