Pembicaraan:Insyaallah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Pemindahan judul: bagian baru |
→Pemindahan judul: Balas |
||
(8 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 6:
Karena itu, saya mengundang untuk berdiskusi: @[[Pengguna:Labdajiwa|Labdajiwa]], @[[Pengguna:Fazoffic|Fazoffic]], @[[Pengguna:Naval Scene|Naval Scene]] dan rekan-rekan lainnya yang tertarik dengan topik Islam atau ketuhanan. Salam, [[Pengguna:JumadilM|<span style="color:#2ECC71;font-weight:bold;font-family:arial">Jumadil</span><span style="color:#FFBF00;font-weight:bold">M</span>]] <sup>[[Pembicaraan Pengguna:JumadilM|<span style="color:#7B68EE;">Diskusi</span>]]</sup> 1 Oktober 2024 02.05 (UTC)
:Sedikit komentar saja: di sini berarti antara kaidah penulisan seharusnya (Insya Allah) dan entri di KBBI (Insyaallah)? Jika dilihat dari Google Trends, "Insyaallah" lebih populer daripada yang dipisah. – [[Pengguna:Symphonium264|'''S264''']] <sup><nowiki>[</nowiki>[[Pembicaraan Pengguna:Symphonium264#top|''badhé ngobrol''?]]<nowiki>]</nowiki></sup> 1 Oktober 2024 02.10 (UTC)
::@[[Pengguna:Symphonium264|Symphonium264]] Mengenai Google Trends, temuan saya agak berbeda dengan komentar yang Anda nyatakan. Saya cek di Google Trends, kata ''Insya Allah'' selalu lebih populer di seluruh dunia dalam lima tahun terakhir dibandingkan dengan kata ''Insyaallah,'' jika yang diperbandingkan adalah ''istilah penelusuran''. Nilai perbandingan rata-ratanya adalah 34:12. Bahkan untuk rentang waktu 2004–sekarang, saya cek hasilnya tetap sama. Hanya beda nilai perbandingan, 9:5. Di sisi lain, jika yang diperbandingkan adalah topik, maka ini tidak dapat dicapai karena kategori topik hanya ada untuk kata ''Insyaallah''.
::Sepertinya, perbandingan yang Anda lakukan menggunakan kata ''Insya Allah'' sebagai istilah penelurusan dan ''kata Insyaallah'' sebagai topik. Pada rentang waktu seperti sebelumnya (2004–sekarang), nilai perbndingannya memang akan menjadi 38:2 dengan kata ''Insyaallah'' jauh lebih populer dibandingkan dengan kata ''Insya Allah''. Namun saya menilai perbandingan semacam ini tidak valid karena membandingkan dua hal yang berbeda secara konteks. Cara yang benar adalah membandingkan kedua kata ini sebagai istilah penelusuran.
::Mohon dicek kembali, – [[Pengguna:JumadilM|<span style="color:#2ECC71;font-weight:bold;font-family:arial">Jumadil</span><span style="color:#FFBF00;font-weight:bold">M</span>]] <sup>[[Pembicaraan Pengguna:JumadilM|<span style="color:#7B68EE;">Diskusi</span>]]</sup> 1 Oktober 2024 04.12 (UTC)
:::Mohon maaf saya silap. Saya di sini menggunakan pemantauan sebagai istilah penelusuran (yang mana hasilnya turut menyertakan kata tersebut sebagai nama diri, mis. lagu dan film) di Indonesia karena konteks pemindahan judul di sini mengikuti penggunaan bahasa Indonesia yang penggunaannya secara mayoritas ada di Indonesia, serta tidak adanya topik "Insya Allah". Memang benar "Insya Allah" lebih banyak dicari, terima kasih atas koreksinya, Bung. Namun jika menggunakan kepopuleran pencarian kueri, "Subhanallah" lebih populer daripada "Subhan Allah". Dalam istilah yang kurang lebih polanya sama, bagaimana aturan penjudulannya? Popularitas? Kaidah kebahasaan? atau KBBI? – [[Pengguna:Symphonium264|'''S264''']] <sup><nowiki>[</nowiki>[[Pembicaraan Pengguna:Symphonium264#top|''badhé ngobrol''?]]<nowiki>]</nowiki></sup> 1 Oktober 2024 04.33 (UTC)
::::@[[Pengguna:Symphonium264|Symphonium264]] Sebaiknya kita membuat konsensus khusus untuk cara penamaan pada istilah-istilah agama yang terdiri dari dua kata (atau lebih, jika ada) yang mengikutkan nama Tuhan dalam Islam. Dalam kasus ini sendiri, pada dasarnya istilah-istilah tersebut hanya transliterasi dari abjad Arab ke alfabet Latin.
::::Kemungkinan penyambungan dan pemutusan nama dalam bahasa Arab sendiri cukup unik, karena tidak dikenal adanya huruf kecil dan huruf besar (kapital) yang menjadi ciri khas dalam bahasa Latin. Sehingga masalah yang muncul pada bahasa Arab hanya antara penyambungan dan pemutusan dalam pengucapan. Sementara dalam bahasa Indonesia terdapat keunikannya tersendiri karena menerapkan alfabet Latin. Dua kata yang dipisah bisa memiliki kemungkinan ''huruf pertama pada kata kedua'' memakai huruf kecil maupun huruf kapital. Misalnya, subhan Allah. Namun jika kedua kata disambung, maka dalam bahasa Indonesia tidak lazim menambah huruf kapital di tengah-tengah kata, sehingga kata subhan Allah disambung menjadi subhanallah.
::::Jika melihat karya tulis akademis, umumnya transliterasi dua kata dengan kata pertama berakhiran huruf konsonan, maka kata ''Allah'' disambung. Misalnya, subha'''''n'''''allah dan bukan subhan Allah. Sementara kata pertama yang berakhiran huruf vokal, maka kata kedua dipisah. Misalnya Insy'''''a''''' Allah dan Masy'''''a''''' Allah.
::::Jadi, sekiranya dapat dibuatkan konsensus penamaan istilah semacam ini dengan memperhatikan konsonan huruf terakhir pada kata pertama untuk istilah yang lebih dari satu kata dan disambung dengan nama Tuhan (dalam hal ini, Allah).
::::– [[Pengguna:JumadilM|<span style="color:#2ECC71;font-weight:bold;font-family:arial">Jumadil</span><span style="color:#FFBF00;font-weight:bold">M</span>]] <sup>[[Pembicaraan Pengguna:JumadilM|<span style="color:#7B68EE;">Diskusi</span>]]</sup> 1 Oktober 2024 09.52 (UTC)
:::::@[[Pengguna:JumadilM|JumadilM]]: Benar, dan bahasa kita sangat unik karena condong mengikuti bagaimana itu diucapkan, bukan dituliskan. Kita menulis apa yang kita dengar, bukan rupa penulisannya. ▪ <span style="font-size:85%;"><sup>꧋[[Istimewa:Kontribusi/Fazoffic|ꦩꦣꦪ.]]</sup></span> '''[[Pengguna:Fazoffic|<span style="color:#3D6D69;">Fazoffic</span>]]'''<sub> ([[Pembicaraan Pengguna:Fazoffic|<span style="color:#0055FF;"> ʖ╎ᓵᔑ∷ᔑ</span>]])</sub> 1 Oktober 2024 09.58 (UTC)
:Saya secara pribadi setuju. Per hal-hal yang telah disebutkan oleh bung Jumadil dan tambahan berikut untuk @[[Pengguna:Symphonium264|Symphonium264]]: Jadi untuk 'Insya Allah' dan 'Insyaallah', secara transliterasi 'Insya Allah' lebih benar. Pertama, kita lihat dari aksara Arab إِنْ شَاءَ ٱللَّٰهُ ({{translit|ʾIn Syāʾ Allāh}}; {{IPA|ar|ʔin.ʃaːʔ ʔaɫ.ɫaːh}}), kalau kita menggunakan 'Insya Allah', maka pengucapannya dalam bahasa Indonesia (apalagi oleh masyarakat umum) akan menjadi [[Bantuan:Pengucapan|[in.ʃaʔ ʔal.lɑh]]], sementara jika kita menggunakan 'Insyaallah', maka bisa saja ada yang salah membacanya sebagai [[Bantuan:Pengucapan|[in.ʃaːl.lɑh]]] yang mana merupakan kesalahan fatal (kebanyakan orang Indonesia membaca 'aa' sebagai [[Bantuan:Pengucapan|[aː]]], atau dua harakat). Sementara, pengucapan 'Subhanallah' tidak pernah berubah, dimanapun dan bagaimanapun. ▪ <span style="font-size:85%;"><sup>꧋[[Istimewa:Kontribusi/Fazoffic|ꦩꦣꦪ.]]</sup></span> '''[[Pengguna:Fazoffic|<span style="color:#3D6D69;">Fazoffic</span>]]'''<sub> ([[Pembicaraan Pengguna:Fazoffic|<span style="color:#0055FF;"> ʖ╎ᓵᔑ∷ᔑ</span>]])</sub> 1 Oktober 2024 09.31 (UTC)
::@[[Pengguna:Fazoffic|Fazoffic]] Saya juga setuju dengan pendapat ini. Kita tidak bisa sepenuhnya mengikuti KBBI dalam penulisan, karena pengucapannya kadang membingungkan. Misalnya, [[Masjidilaqsa|''masjidilaqsa'']] yang bisa saja dibaca ''masjidi'' - ''laqsa'' dan bukannya ''Masjidil - Aqsa''. Memerhatikan akhiran huruf pada kata pertama untuk istilah yang lebih dari dua kata (konsonan atau vokal), juga cukup penting. – [[Pengguna:JumadilM|<span style="color:#2ECC71;font-weight:bold;font-family:arial">Jumadil</span><span style="color:#FFBF00;font-weight:bold">M</span>]] <sup>[[Pembicaraan Pengguna:JumadilM|<span style="color:#7B68EE;">Diskusi</span>]]</sup> 1 Oktober 2024 10.00 (UTC)
:::Jadi, bagaimana @[[Pengguna:Symphonium264|Symphonium264]] dan @[[Pengguna:Fazoffic|Fazoffic]]? Sudah bisa dipindahkan atau menunggu pendapat rekan yang lainnya juga? – [[Pengguna:JumadilM|<span style="color:#2ECC71;font-weight:bold;font-family:arial">Jumadil</span><span style="color:#FFBF00;font-weight:bold">M</span>]] <sup>[[Pembicaraan Pengguna:JumadilM|<span style="color:#7B68EE;">Diskusi</span>]]</sup> 2 Oktober 2024 00.20 (UTC)
|