Insyaallah atau Insya Allah (إِنْ شَاءَ ٱللَّٰهُ In šyāʾ Allāh) adalah ucapan seseorang dalam bahasa Arab memiliki arti "Jika Allah mengizinkan" atau "Kehendak Allah". Istilah ini digunakan untuk menyertai pernyataan akan berbuat sesuatu pada masa yang akan datang. Pada negara-negara yang menggunakan Bahasa Arab, istilah ini digunakan oleh semua umat yang beragama, yang berarti istilah ini tidak menunjukkan sifat suatu agama tertentu, tetapi hanya memiliki arti "Jika Allah mengizinkan".

Salah satu penggunaan insyaallah adalah untuk mengindikasikan bahwa kesuksesan yang diraih bukanlah semata karena usaha keras dan kehendak seseorang, tetapi lebih kepada bahwa usaha keras yang dilakukan adalah untuk mendapatkan rida dari Allah. Di mana rida Allah dapat diinterprestasikan sebagai hal terbaik untuk manusia, bumi, dan semua ciptaan Allah yang lainnya. Istilah ini secara umum sering digunakan oleh umat Muslim, tetapi juga sering digunakan oleh kelompok Kristen di daerah timur tengah, seperti Gereja Koptik Ortodoks. Insyaallah diucapkan bila berbicara mengenai rencana atau kegiatan yang diharapkan akan terjadi pada masa yang akan datang. Istilah tersebut juga menunjukkan suatu kepatuhan terhadap Allah, di mana seorang yang mengucapkan hal tersebut berarti menyerahkan segala keputusan di tangan Allah, dan menerima takdir bahwa kadang Allah bertindak tidak sesuai dengan dugaan manusia.

Dalam Al-Qur'an, tertulis bagi Muslim bahwa merupakan hal yang dilarang mengucapkan suatu hal yang akan dilakukan pada masa depan (berjanji) tanpa mengucapkan insyaallah. Penggunaan insyaallah sesuai dalil pada Al-Qur'an surah Al-Kahf:

...dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “In sya' Allah” dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”. (Al-Kahfi 18:23-24)

Landasan

sunting

Anjuran pengucapan insya Allah diisyaratkan dalam Surah Al-Kahf ayat 23–24. Dalam ayat tersebut, Allah melarang manusia untuk berucap terhadap sesuatu dengan didahului oleh ucapan "insya Allah". Ucapan tersebut harus diucapkan ketika membahas sesuatu yang berkaitan dengan masa depan yang belum diketahui. Unsur yang mewajibkan pengucapannya ada lima, yaitu subjek, objek, waktu dan tempat kejadian, sebab kejadian dan kemampuan dalam menyelenggarakannya.[1]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ asy-Sya'rawi, M. Mutawalli (2007). Basyarahil, U., dan Legita, I. R., ed. Anda Bertanya Islam Menjawab. Diterjemahkan oleh al-Mansur, Abu Abdillah. Jakarta: Gema Insani. hlm. 3. ISBN 978-602-250-866-3. 

Pranala luar

sunting