Arthur Schopenhauer: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(98 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
* Illustrious Gymnasium
* [[Georg August University of Göttingen|University of Göttingen]]
Baris 11:
* [[Voluntarisme|Voluntarisme metafisik]]
* [[Filsafat pesimisme]]
}}|main_interests=[[Metafisika]], [[estetika]], [[etika]], [[moralitas]], [[psikologi]]|notable_ideas=[[Prinsip antropik]]<ref>Arthur Schopenhauer, ''Arthur Schopenhauer: The World as Will and Presentation, Volume 1'', Routledge, 2016, p. 211: "the world [is a] mere ''presentation'', object for a subject ..."</ref><ref>Lennart Svensson, ''Borderline: A Traditionalist Outlook for Modern Man'', Numen Books, 2015, p. 71: "[Schopenhauer] said that 'the world is our conception'. A world without a perceiver would in that case be an impossibility. But we can—he said—gain knowledge about Essential Reality for looking into ourselves, by introspection. ... This is one of many examples of the anthropic principle. The world is there for the sake of man."</ref><br />[[#Eternal justice|Eternal justice]]<br />[[Prinsip alasan yang memadai]]<br />[[Dilema landak]]<br />[[Filsafat pesimisme]]<br />[[Individuasi]]<br />[[Kehendak (filsafat)|Kehendak]] sebagai [[an sich]]<br />Kritik terhadap [[Idealisme Jerman]]<ref name="WWR3">''[[The World as Will and Representation]]'', vol. 3, Ch. 50.</ref><ref name=Jacquette/><br />[[Estetika Schopenhauer]]
'''Arthur Schopenhauer''' ({{IPAc-en|ˈ|ʃ|oʊ|p|ən|h|aʊər}} {{Respell|SHOH|pən|how|ər}},<ref>{{Citation|last=Wells|first=John C.|year=2008|title=Longman Pronunciation Dictionary|edition=3rd|publisher=Longman|isbn=978-1-4058-8118-0}}</ref> {{IPA-de|ˈaʁtʊʁ ˈʃoːpn̩haʊɐ|lang|De-Arthur Schopenhauer2.ogg}}; 22 Februari 1788 – 21 September 1860) adalah seorang [[Filsafat|filsuf]] [[Orang Jerman|Jerman]]. Ia terkenal karena karyanya yang berjudul ''[[Dunia sebagai Kehendak dan Representasi|The World as Will and Representation]]'' (dipublikasikan pada tahun 1818 dan dikembangkan lebih lanjut pada tahun 1844), yang menyatakan bahwa dunia [[fenomena]] ini adalah manifestasi dari kehendak [[noumena]] yang buta dan irasional.<ref>{{Cite book|last=Arthur Schopenhauer|year=2004|url=https://archive.org/details/essaysaphorisms00scho/page/23|title=Essays and Aphorisms|publisher=Penguin Classics|isbn=978-0-14-044227-4|page=[https://archive.org/details/essaysaphorisms00scho/page/23 23]}}</ref><ref>{{Cite book|last=Magee|first=Bryan|date=1997-08-14|url=https://academic.oup.com/book/32819/chapter/275011622|title=The World as Will|publisher=Oxford University PressOxford|isbn=978-0-19-823722-8|edition=1|pages=137–163|language=en|doi=10.1093/0198237227.003.0007}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Vandenabeele|first=Bart|date=2007-12|title=Schopenhauer on the Values of Aesthetic Experience|url=https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.2041-6962.2007.tb00065.x|journal=The Southern Journal of Philosophy|language=en|volume=45|issue=4|pages=565–582|doi=10.1111/j.2041-6962.2007.tb00065.x}}</ref> Melanjutkan [[idealisme transendental]] [[Immanuel Kant]] (1724–1804), ia mengembangkan sistem metafisika dan etika [[Ateisme|ateistik]] yang menolak gagasan [[idealisme Jerman]] pada masa itu.<ref name="Jacquette">{{Cite book|year=2007|title=Schopenhauer, Philosophy and the Arts|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-04406-6|editor-last=Dale Jacquette|page=162|quote=For Kant, the mathematical sublime, as seen for example in the starry heavens, suggests to imagination the infinite, which in turn leads by subtle turns of contemplation to the concept of God. Schopenhauer's atheism will have none of this, and he rightly observes that despite adopting Kant's distinction between the dynamical and mathematical sublime, his theory of the sublime, making reference to the struggles and sufferings of struggles and sufferings of Will, is unlike Kant's.}}</ref>
Schopenhauer merupakan salah satu pemikir [[filsafat Barat]] pertama yang mempelajari dan membenarkan prinsip-prinsip penting dari [[Filsafat Timur|filsafat timur]], seperti [[asketisisme]], penyangkalan [[Diri (filsafat)|diri]], dan gagasan tentang [[Maya (agama)|dunia sebagai bayangan dari realitas]].<ref>See the book-length study about oriental influences on the genesis of Schopenhauer's philosophy by Urs App: ''Schopenhauer's Compass. An Introduction to Schopenhauer's Philosophy and its Origins''. Wil: UniversityMedia, 2014 ({{ISBN|978-3-906000-03-9}})</ref> Karyanya dideskripsikan sebagai manifestasi dari [[filsafat pesimisme]].<ref>{{Cite book|last=Arthur Schopenhauer|year=2004|url=https://archive.org/details/essaysaphorisms00scho/page/22|title=Essays and Aphorisms|publisher=Penguin Classics|isbn=978-0-14-044227-4|pages=[https://archive.org/details/essaysaphorisms00scho/page/22 22–36]|quote=…but there has been none who tried with so great a show of learning to demonstrate that the pessimistic outlook is ''justified'', that life itself is really bad. It is to this end that Schopenhauer's metaphysic of will and idea exists.}}</ref> Meskipun di sebagian besar masa hidupnya karyanya tidak banyak menarik perhatian umum, paska kematiannya, Schopenhauer mempunyai pengaruh yang luas di berbagai disiplin ilmu, termasuk [[filsafat]], [[sastra]], dan [[Ilmu|sains]]. Tulisannya mengenai [[Estetika Schopenhauer|estetika]], [[moral]]itas, dan [[psikologi]] telah mempengaruhi banyak pemikir, artis dan seniman.
== Kehidupan ==
Baris 96 ⟶ 22:
Arthur Schopenhauer lahir pada tanggal 22 Februari 1788 di [[Gdańsk|Danzig]] (yang saat itu merupakan bagian dari [[Persemakmuran Polandia-Lituania|Persemakmuran Polandia-Lithuania]]; sekarang [[Gdańsk]], [[Polandia]]) di Heiligegeistgasse (sekarang Św. Ducha 47), putra Johanna Schopenhauer (née Trosiener; 1766–1838) dan Heinrich Floris Schopenhauer (1747–1805),<ref name="Google Books">{{Cite book|last=Schopenhauer|first=Arthur|last2=Günter Zöller|last3=Eric F. J. Payne|year=1999|url=https://books.google.com/books?id=fW5Dl-tUS_oC&q=Schopenhauer+%2222+February%22&pg=PR30|title=Chronology|work=Prize Essay on the Freedom of the Will|publisher=[[Cambridge University Press]]|isbn=978-0-521-57766-3|page=xxx}}</ref> keduanya merupakan keturunan keluarga [[Patrician (Eropa pasca-Romawi)|bangsawan]] kaya Jerman. Meskipun mereka berasal dari latar belakang Protestan, tidak satu pun dari mereka yang sangat religius;{{R|Cartwright}}<ref name="Bullock 1920 p. 53">{{Cite book|last=Bullock|first=A.B.|year=1920|url=https://books.google.com/books?id=XipHAAAAMAAJ&pg=PA53|title=The Supreme Human Tragedy: And Other Essays|publisher=C.W. Daniel|page=53|access-date=2022-10-22}}</ref> keduanya mendukung [[Revolusi Prancis|Revolusi Perancis]].{{R|Cartwright}} Selain itu, kedua orang tua Schopenhauer adalah [[Republikanisme|kaum republikan]], [[Kosmopolitanisme|kosmopolitan]], dan [[Anglofilia|Anglofil]].{{R|Cartwright}} Ketika Danzig menjadi bagian dari [[Kerajaan Prusia|Prusia]] pada tahun 1793, Heinrich pindah ke [[Hamburg]] —sebuah kota bebas dengan konstitusi republikan. Heinrich terus menjalankan perusahaannya di Danzig, tempat sebagian besar keluarga besar mereka tinggal. Adele, satu-satunya saudara Schopenhauer, lahir pada 12 Juli 1797.
Ayah Schopenhauer berharap agar anaknya melanjutkan bisnis keluarga yang sukses. Pada tahun 1803, ia menemani orang tuanya dalam tur bisnis Eropa ke [[Belanda]], Inggris, [[Prancis]], [[Swiss]], [[Austria
Pada tahun 1805, Ayah Schopenhauer ditemukan meninggal di sebuah
Schopenhauer menunjukkan kemurungan serupa selama masa mudanya dan sering kali mengakui bahwa ia mewarisi kemurungan tersebut dari ayahnya.{{R|Cartwright|p=4}} Ayah Schopenhauer meninggalkan keluarga warisan yang besar yang dibagi tiga bersama ibu dan adiknya.
Baris 106 ⟶ 32:
Schopenhauer menghabiskan dua tahun bekerja sebagai pedagang untuk menghormati ayahnya. Pada waktu itu, ia sempat ragu untuk memulai hidup baru sebagai seorang sarjana.{{R|Cartwright}} Sebagian besar pendidikannya sebelumnya adalah sebagai pedagang praktis dan dia kesulitan belajar bahasa Latin; sebuah prasyarat untuk karir akademis.{{R|Cartwright}}
Ibunya pindah, bersama putrinya Adele, ke [[Weimar]] —yang saat itu merupakan pusat [[Sastra berbahasa Jerman|sastra Jerman]] — untuk menikmati kehidupan sosial di antara para penulis dan seniman. Schopenhauer dan ibunya tidak berpisah dengan baik. Dalam
=== Pendidikan ===
Schopenhauer kemudian menjadi mahasiswa di [[Universitas Georg August Göttingen|Universitas Göttingen]] pada tahun 1809. Tidak ada alasan tertulis mengapa Schopenhauer memilih universitas tersebut dibandingkan [[Universitas Jena]] yang saat itu lebih terkenal, namun Göttingen dikenal sebagai universitas yang lebih modern dan berorientasi ilmiah dan mempunyai sedikit perhatian pada teologi.{{R|Cartwright|p=140}} Ilmu hukum atau kedokteran biasanya merupakan pilihan bidang studi bagi para pemuda yang mempunyai status sosial seperti Schopenhauer; dia memilih [[kedokteran]] karena minatnya terhadap [[
Di Göttingen, ia mempelajari [[metafisika]], [[psikologi]] dan [[logika]] di bawah bimbingan [[Gottlob Ernst Schulze]], penulis ''[[Aenesidemus (buku)|Aenesidemus]]'', yang sangat berkesan baginya. Schulze menyarankan Schopenhauer untuk mempelajari filsafat [[Plato]] dan [[Immanuel Kant]].{{R|Cartwright|p=144}} Setelah itu, Schopenhauer memutuskan untuk pindah jurusan dari ilmu kedokteran ke bidang filsafat sekitar tahun 1810–11. Dia memutuskan meninggalkan Göttingen karena dianggap tidak memiliki program studi filsafat yang kuat.{{R|Cartwright|p=150}} Namun, Schopenhauer tidak menyesali studi kedokteran dan ilmu alamnya; dia mengklaim bahwa hal-hal tersebut diperlukan bagi seorang filsuf, dan bahkan di Berlin dia lebih banyak mengikuti kuliah di bidang sains dibandingkan filsafat.{{R|Cartwright|p=170}} Selama hari-harinya di Göttingen, dia menghabiskan banyak waktu untuk belajar, tetapi juga melanjutkan permainan seruling dan kehidupan sosialnya.{{R|Cartwright|p=151}}
Schopenhauer pindah untuk melanjutkan studi filsafatnya ke [[Universitas Humboldt Berlin|Universitas Berlin]] yang baru didirikan di musim dingin pada tahun 1811–12. Di sana, ia mengikuti kuliah filsuf terkemuka pasca-Kantian [[Johann Gottlieb Fichte]], tetapi kemudian mempunyai banyak poin ketidaksepakatan dengan ''{{Lang|de|Wissenschaftslehre}}''-nya; dia juga menganggap kuliah Fichte membosankan dan susah dimengerti.{{R|Cartwright|p=159}} Schopenhauer kemudian sering mengutip Fichte secara kritis dan negatif{{R|Cartwright|p=159}} Dia menganggap filosofi Fichte mempunyai kualitas yang rendah dan hanya berguna karena argumen Fichte yang buruk secara tidak sengaja menunjukkan beberapa
Schopenhauer juga mengikuti kuliah teolog Protestan terkenal [[Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher|Friedrich Schleiermacher]].{{R|Cartwright|p=174}} Catatan dan komentarnya terhadap kuliah Schleiermacher menunjukkan bahwa ia menjadi sangat [[Kritik terhadap agama|kritis terhadap agama]] dan beranjak menuju [[ateisme]].{{R|Cartwright|p=175}} Selain mempelajari karya-karya Plato, Kant dan Fichte secara mandiri, dia juga membaca karya-karya [[Friedrich Wilhelm Joseph Schelling|Schelling]], Fries, Jacobi, [[Francis Bacon|Bacon]], [[John Locke|Locke]], dan banyak literatur ilmiah terbaru di masanya.{{R|Cartwright|p=170}} Schopenhauer juga mengikuti kuliah filologi [[Philipp August Böckh|August Böckh]] dan Friedrich August Wolf dan mengikuti minatnya terhadap [[Naturalisme (filsafat)|naturalisme]] dengan mengikuti kuliah [[Martin Heinrich Klaproth]], Paul Erman, [[Johann Elert Bode]], Ernst Gottfried Fischer, Johann Horkel, Friedrich Christian Rosenthal dan Hinrich Lichtenstein.{{R|Cartwright|p=171–174}}
=== Karya awal ===
Schopenhauer meninggalkan Berlin pada tahun 1813 karena ia khawatir kota itu akan diserang dan ia akan diharuskan masuk dinas militer karena Prusia baru saja ikut [[Perang Koalisi Keenam|berperang melawan Prancis]].{{R|Cartwright}} Dia menetap sebentar di [[Rudolstadt]] dengan harapan tidak ada tentara yang melewati kota kecil itu. Dia menghabiskan waktunya dalam kesendirian, [[Pendakian|mendaki]] gunung dan
Berbeda dengan ramalan ibunya, disertasi Schopenhauer memberikan kesan terhadap sastrawan dan ilmuwan terkenal [[Johann Wolfgang von Goethe|Goethe]], setelah Schopenhauer
Pengalaman penting lainnya selama Schopenhauer tinggal di Weimar adalah perkenalannya dengan Friedrich Majer<ref>{{Cite journal|last=Willson|first=A. Leslie|date=1961|title=Friedrich Majer: Romantic Indologist|url=https://archive.org/details/sim_texas-studies-in-literature-and-language_spring-1961_3_1/page/40|journal=Texas Studies in Literature and Language|volume=3|issue=1|pages=40–49|issn=0040-4691|jstor=40753707}}</ref> — seorang [[Sejarah agama|sejarawan agama]], [[Kajian Dunia Timur|orientalis]] dan murid [[Johann Gottfried Herder|Herder]] yang memperkenalkannya pada [[Filsafat India|filsafat Timur]]{{Sfn|Clarke|1997|pp=67-68}} (lihat juga [[Indologi]]). Schopenhauer menjadi terkesan dengan ''[[Upanisad]]'' (dia menyebutnya "produk tertinggi kebijaksanaan manusia", dan percaya bahwa Upanisad berisi konsep-konsep manusia super). Ia juga terkesan oleh [[Siddhartha Gautama|Gautama Buddha]],{{Sfn|Clarke|1997|pp=67-68}} dan menempatkannya setara dengan Plato dan Kant.{{R|Cartwright}} Ia melanjutkan studinya dengan membaca ''[[Bhagawadgita|Bhagavad Gita]]'' dan jurnal amatir Jerman ''Asiatisches Magazin'' dan ''Asiatick Researches'' oleh Asiatic Society.{{R|Cartwright}} Schopenhauer sangat menghormati [[filsafat India]];{{Sfn|Clarke|1997|pp=67-69}} meskipun ia menyukai [[Sastra Hindu|teks-teks Hindu]], ia menganggap [[Agama Buddha|Buddha]] sebagai agama yang paling terkemuka.{{Sfn|Clarke|1997|pp=273}} Studinya mengenai teks-teks Hindu dan Buddha terbatas karena kurangnya literatur yang memadai,{{Sfn|Clarke|1997|p=69}} dan literatur Buddhisme sebagian besar terbatas pada [[Theravāda|Buddhisme Theravada]]. Ia juga menyatakan bahwa ia merumuskan sebagian besar gagasannya secara mandiri,{{Sfn|Clarke|1997|pp=67-68}} dan baru kemudian menyadari bahwa terdapat kemiripan antara gagasannya dengan agama Buddha.{{R|Cartwright}}
Schopenhauer membaca terjemahan Latin Upanisad dan memujinya dalam karya utamanya, ''[[The World as Will and Representation]]'' (1819), dan dalam karyanya yang lain, ''[[Parerga and Paralipomena]]'' (1851). Ia menulis,
Ketika hubungan dengan ibunya terus memburuk sampai ke titik terendah, Schopenhauer meninggalkan Weimar dan pindah ke [[Dresden]] pada Mei 1814.{{R|Cartwright}} Ia melanjutkan studi filsafatnya, menikmati kehidupannya dengan bersosialisasi dengan para intelektual dan terlibat dalam perselingkuhan.{{R|Cartwright}} Pekerjaan utama Schopenhauer selama tinggal di Dresden adalah menulis karya filsafatnya yang paling penting, ''The World as Will and Representation''. Ia mulai menulis karyanya itu pada tahun 1814 dan selesai pada tahun 1818.<ref>Although the first volume was published by December 1818, it was printed with a title page erroneously giving the year as 1819 (see {{Citation|last=Braunschweig|first=Yael|contribution=Schopenhauer and Rossinian Universiality: On the Italianate in Schopenhauer's Metaphysics of Music <!--|pages=283–304-->|title=The Invention of Beethoven and Rossini: Historiography, Analysis, Criticism|url=https://books.google.com/books?id=NQ_3AQAAQBAJ|editor-last=Mathew|editor-first=Nicholas|editor2-last=Walton|editor2-first=Benjamin|publisher=Cambridge University Press|place=Cambridge|date=2013|isbn=978-0-521-76805-4|page=[https://books.google.com/books?id=NQ_3AQAAQBAJ&pg=PA297 297, n. 7]}}).</ref> Karyanya direkomendasikan kepada penerbit Friedrich Arnold Brockhaus oleh Baron Ferdinand von Biedenfeld, seorang kenalan ibunya.{{R|Cartwright}} Meskipun Brockhaus menerima naskahnya untuk dipublikasikan, Schopenhauer memberikan kesan yang buruk karena karakternya yang suka bertengkar dan Setelah tinggal di Italia selama beberapa waktu, dia kembali ke Dresden.{{R|Cartwright|p=356}} Karena adanya risiko finansial dan kurangnya penerimaan terhadap bukunya, Schopenhauer memutuskan untuk menjadi akademisi di Universitas Berlin agar dapat menerima penghasilan dan mempunyai kesempatan untuk mempromosikan pandangannya.{{R|Cartwright|p=358}} Di sana, dia menjadwalkan kuliahnya bertepatan dengan kuliah filsuf terkenal [[Georg Wilhelm Friedrich Hegel|GWF Hegel]], yang dianggap Schopenhauer sebagai "gadungan yang canggung".<ref>Schopenhauer, Arthur. Author's preface to "On the Fourfold Root of the Principle of sufficient reason", p. 1 ([[wikisource:On the Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason|On the Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason]] on Wikisource.)</ref> Dia sangat terkejut dengan Hegel yang dianggapnya mempunyai pengetahuan yang buruk tentang ilmu pengetahuan alam dan mencoba mengajaknya berdebat tentang hal itu pada ujiannya di tahun 1820.{{R|Cartwright|p=363}} Hegel juga menghadapi kecurigaan politik pada saat itu, ketika banyak profesor progresif [[Dekret-dekret Karlsbad|dipecat]], sementara Schopenhauer dengan hati-hati menyebutkan dalam lamarannya ke universitas bahwa dia tidak tertarik pada politik.{{R|Cartwright|p=362}} Terlepas dari perbedaan mereka dan permintaan arogan Schopenhauer untuk menjadwalkan kuliah pada waktu yang sama dengan Hegel, Hegel tetap memilih untuk menerima Schopenhauer di universitas tersebut.{{R|Cartwright|p=365}} Hanya lima mahasiswa yang menghadiri kuliah Schopenhauer. Karena itu, dia keluar dari [[Akademi|dunia akademia]]. Esai terakhirnya, "Tentang Filsafat Universitas", mengungkapkan kebenciannya terhadap pekerjaan yang dilakukan di universitas.
=== Kehidupan kemudian ===
[[Berkas:Arthur_Shopengauer_by_Gennadij_Jerszow.jpg|jmpl|Patung Arthur Schopenhauer oleh Giennadij Jerszow]]
Setelah mencoba berkarir di dunia akademis, ia terus melakukan perjalanan selama tiga tahun ke [[Leipzig]], [[Nürnberg|Nuremberg]], [[Stuttgart]], [[Schaffhausen (kota)|Schaffhausen]], [[Vevey]], [[Milan]].{{R|Cartwright|p=411}} Sebelum pergi, Schopenhauer mengalami insiden dengan tetangganya di Berlin, penjahit berusia 47 tahun, Caroline Louise Marquet. Rincian kejadian pada bulan Agustus 1821 itu tidak diketahui. Schopenhauer mengklaim bahwa dia baru saja mendorong penjahit itu di depan pintu masuk apartemennya karena penjahit itu dengan kasar menolak untuk pergi, dan bahwa dia sengaja jatuh agar dia bisa menggugatnya untuk mendapatkan ganti rugi. Caroline mengklaim bahwa pria tersebut telah menyerangnya dengan sangat kejam sehingga dia menjadi lumpuh di sisi kanannya dan tidak dapat bekerja. Caroline pun melakukan gugatan hukum terhadap Schopenhauer di pengadilan. Pada Mei 1827, pengadilan memutuskan Schopenhauer bersalah dan diharuskan membayar pensiun tahunan sampai Caroline meninggal pada tahun 1842.{{R|Cartwright|p=408–411}}
Selama tinggal di Berlin, Schopenhauer sesekali menyebutkan keinginannya untuk menikah dan berkeluarga.{{R|Cartwright|p=404,432}} Dia pernah berhasil merayu Flora Weiss yang berusia 17 tahun, 22 tahun lebih muda dari dirinya.{{R|Cartwright|p=433}} Tulisannya yang tidak dipublikasikan pada saat itu menunjukkan bahwa ia sudah sangat kritis terhadap [[monogami]], tetapi tetap tidak menganjurkan [[
Setelah tiba di Frankfurt, ia mengalami depresi dan kondisi kesehatannya menurun.{{R|Cartwright|p=454}} Dia kemudian berkorespondensi lagi dengan ibunya. Ibunya khawatir bahwa dia akan bunuh diri seperti ayahnya.{{R|Cartwright|p=454–457}} Saat itu, ibunya dan adiknya, Johanna dan Adele, hidup sangat sederhana. Novel-novel Johanna tidak lagi mendatangkan banyak penghasilan, dan popularitasnya pun telah memudar.{{R|Cartwright|p=458}} Schopenhauer tampaknya tidak begitu sedih dengan kematian ibunya pada tahun 1838.{{R|Cartwright|p=460}} Hubungan Schopenhauer dengan saudara perempuannya semakin membaik dan dia terus berkorespondensi sampai adiknya meninggal pada tahun 1849.{{R|Cartwright|p=463}}
Di Frankfurt, dia tinggal sendirian bersama seekor [[Pudel|anjing pudel]] peliharaan bernama [[Atman]] dan Butz. Pada tahun 1836, dia menerbitkan ''[[On the Freedom of the Will]]'' yang ia kirimkan dalam kontes yang diadakan oleh ''Royal Swedish Society of Sciences''. Dia memenangkan hadiah karena esainya itu. Selanjutnya, dia mengirim esainya yang lain, "''[[
Pada tahun 1848, Schopenhauer menyaksikan [[Revolusi Jerman 1848|pemberontakan]] di Frankfurt setelah Jenderal Hans Adolf Erdmann von Auerswald dan Pangeran Felix Lichnowsky dibunuh. Dia menjadi khawatir akan keselamatan diri dan harta yang dimilikinya.{{R|Cartwright|p=514}} Pemberontakan ini berlalu tanpa kerugian apa pun bagi Schopenhauer, dan dia kemudian memuji Alfred I, Pangeran Windisch-Grätz yang berhasil memulihkan ketertiban.{{R|Cartwright|p=515}} Ketika [[Hegelian Muda|kelompok Hegelian Muda]] mengadvokasi perubahan dan progres, Schopenhauer mengklaim bahwa penderitaan adalah hal yang alami bagi manusia, dan bahkan jika masyarakat utopis sudah terbentuk, orang-orang akan tetap berkelahi satu sama lain karena kebosanan yang mereka rasakan, atau karena kelaparan akibat overpopulasi.{{R|Cartwright|p=515}}
Baris 151 ⟶ 79:
=== Dunia sebagai representasi ===
Schopenhauer melihat filsafatnya sebagai kelanjutan dari filsafat Kant. Ia menggunakan hasil penyelidikan epistemologis Kantian ([[idealisme transendental]]) sebagai titik awal filsafatnya. Kant sebelumnya berpendapat
Kant berargumen bahwa kita memandang realitas sebagai sesuatu yang spasial dan temporal bukan karena realitas tersebut bersifat spasial dan temporal, melainkan karena begitulah cara pikiran kita bekerja dalam mempersepsikan suatu objek. Oleh karena itu, memahami objek dalam ruang dan waktu adalah 'kontribusi' kita terhadap suatu pengalaman. Bagi Schopenhauer, 'jasa terbesar' Kant adalah 'pembedaan antara fenomena dengan benda atau realitas itu sendiri (noumena), berdasarkan pembuktian bahwa antara segala sesuatu dan kita selalu ada pikiran yang mempersepsikan’. Pencapaian utama Kant, dengan kata lain, adalah menunjukkan bahwa alih-alih menjadi lembaran kosong di mana realitas sekadar menunjukkan karakternya, pikiran, dengan dukungan [[panca
Berbeda dengan Kant yang menganggap bahwa realitas atau benda dalam dirinya sendiri ([[noumena]]) tidak dapat diketahui oleh manusia, Schopenhauer berpendapat bahwa noumena adalah kehendak untuk hidup yang dimiliki oleh semua entitas yang hidup. Dia tidak menganggap bahwa kehendak merupakan penyebab dari representasi kita. Pendiriannya adalah bahwa kehendak dan representasi adalah realitas yang satu dan sama, tetapi dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Menurut Schopenhauer, hubungan antara benda dalam dirinya sendiri dan sensasi yang kita miliki lebih seperti hubungan antara dua sisi mata uang, tidak ada yang menyebabkan satu sama lain, dan keduanya merupakan dua sisi dari mata uang yang sama.<ref>{{Cite book|last=Wicks|first=Robert|date=2021|url=https://plato.stanford.edu/archives/fall2021/entries/schopenhauer/|title=Arthur Schopenhauer|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Fall 2021}}</ref>
=== Dunia sebagai kehendak ===
Dalam Buku Kedua dari ''The World as Will and Representation'', Schopenhauer membahas tentang dunia apakah yang berada di luar dunia yang tampak bagi kita — dunia di luar representasi, dunia yang dianggap sebagai "[[An sich|dalam dirinya sendiri
Penemuan Schopenhauer bahwa esensi yang mendasari kehidupan adalah kehendak bukanlah sesuatu yang menggembirakan. Karena, seperti yang dinyatakan dalam “[[Empat Kebenaran Mulia]]” Buddha yang kedua, kehendak atau keinginan merupakan penyebab penderitaan. Mengikuti “Kebenaran” yang pertama, bahwa hidup adalah penderitaan (''dukkha''), Schopenhauer menyimpulkan bahwa “lebih baik kita tidak pernah ada”.<ref name=":0" />
Dia memberikan dua argumen utama untuk mendukung pandangannya bahwa kehendak merupakan penyebab penderitaan. Pertama, Schopenhauer menganggap bahwa dunia ini adalah dunia yang penuh konflik dan perselisihan, yang di dalamnya terjadi “perang antara semua melawan semua” dan hanya pemenanglah yang dapat bertahan. Karena takut akan kepunahan, misalnya, elang harus memakan burung pipit. Begitu pula, burung pipit harus memakan cacing untuk mempertahankan kehidupannya. Kehendak untuk hidup pada satu individu membuatnya tidak mempunyai pilihan selain menghancurkan kehendak untuk hidup pada individu lain. Memang benar bahwa [[peradaban]] manusia telah sedikit banyak memperbaiki kebiadaban alam. Namun, pada hakikatnya, manusia tetap harus saling bersaing satu sama lain di medan sosial. Sebagai contoh, jika sebuah partai politik memperoleh kekuasaan, maka partai lain akan kehilangan kekuasaannya; jika seseorang memperoleh kekayaan, maka orang lain akan jatuh miskin. Sebagaimana diketahui oleh orang-orang Romawi, ''[[homo homini lupus]]'', manusia adalah serigala bagi manusia: “sumber utama kejahatan paling serius yang menimpa manusia adalah manusia”.<ref name=":0">{{Cite web|last=Young|first=Julian|title=Arthur Schopenhaur {{!}} Footnotes to Plato {{!}} The first European Buddhist|url=https://www.the-tls.co.uk/articles/arthur-schopenhauer-footnotes-to-plato/|website=The Times Literary Supplement|archive-url=http://web.archive.org/web/20201019021926/https://www.the-tls.co.uk/articles/arthur-schopenhauer-footnotes-to-plato/|archive-date=2020-10-19|access-date=2023-09-15}}</ref>
Kedua, Schopenhauer mengemukakan bahwa hidup berarti terus mempunyai kehendak atau keinginan. Alhasil, keinginan itu akan berujung pada terpuaskan atau tidak. Jika tidak puas maka ia akan menderita. Misalnya, jika keinginan untuk makan tidak terpuaskan, seseorang akan menderita sakit karena [[kelaparan]]; jika keinginan libido tidak terpuaskan, seseorang akan mengalami frustrasi seksual. Sebaliknya, jika keinginan terpuaskan maka sesaat setelah mengalami kesenangan atau kegembiraan itu, kita akan mengalami kebosanan atau harus memenuhi keinginan lain yang terus muncul. Oleh karena itu, Schopenhauer meggambarkan kehidupan itu seperti “pendulum yang berayun” di antara dua bentuk penderitaan: kekurangan sesuatu yang diinginkan dan kebosanan.<ref name=":0" />
Karena esensi kehidupan adalah kehendak untuk hidup — suatu perjuangan tanpa arah dan tanpa henti yang membuat kehidupan manusia dipenuhi rasa sakit dan penderitaan, Schopenhauer menyimpulkan bahwa ketiadaan adalah lebih baik daripada kehidupan. Namun, ia menolak bahwa bunuh diri adalah solusinya. Menurutnya, seseorang tidak dapat menyelesaikan masalah kehidupan dengan melakukan bunuh diri. Karena semua kehidupan adalah penderitaan, kematian tidak mengakhiri penderitaan seseorang tetapi hanya mengakhiri bentuk penderitaan yang dialaminya.<ref>{{Cite web|title=Schopenhauer, Arthur {{!}} Internet Encyclopedia of Philosophy|url=https://iep.utm.edu/schopenh/|language=en-US|access-date=2023-09-16}}</ref> Schopenhauer menyatakan bahwa solusi terhadap penderitaan yang inheren dalam kehidupan adalah penolakan terhadap kehendak dengan diilhami oleh wawasan metafisika bahwa individualitas hanya sekadar ilusi.
=== Etika ===
Schopenhauer menegaskan bahwa dalam filsafat, tujuan etika bukanlah untuk menentukan tindakan moral apa yang harus dilakukan, tetapi menyelidiki tindakan moral itu sendiri. Karena itu, ia menyatakan bahwa filsafat selalu bersifat teoretis: tugasnya menjelaskan apa yang telah menjadi kenyataan.<ref>{{Cite book|last=Schopenhauer|first=Arthur|title=The World as Will and Representation|at=Vol. 1, § 53.}}</ref>
Menurut Schopenhauer, moralitas tidak berasal dari rasionalitas manusia, yang ia pahami hanya bersifat instrumental untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ada dalam pikiran manusia. Baginya, semua tindakan moral dapat diungkapkan dalam frasa Latin ''Neminem laede, imo omnes quantum potes, juva'' (“Jangan melukai siapa pun; sebaliknya, bantulah orang lain sebanyak mungkin yang Anda bisa”). Schopenhauer berpendapat bahwa orang akan tergerak untuk melakukan suatu tindakan jika sesuai dengan motif-motif yang telah menjadi tujuan utama mereka. Misalnya, jika seseorang ingin membujuk seorang [[Egoisme|egois]] untuk melakukan tindakan belas kasih, orang itu harus menipunya agar percaya bahwa tindakan tersebut akan menguntungkan dirinya sendiri. Namun tidak seperti orang egois yang cenderung membuat perbedaan besar antara dirinya dengan semua manusia dan semua makhluk hidup lainnya, orang yang berkarakter welas asih tidak membuat perbedaan yang begitu tajam. Sebaliknya, ia melihat dirinya sebagai bagian dari dunia yang dipenuhi dengan penderitaan ini.<ref name="Madigan">{{Cite web|last=Madigan|first=Tim|title=Schopenhauer’s Compassionate Morality {{!}} Issue 52 {{!}} Philosophy Now|url=https://philosophynow.org/issues/52/Schopenhauers_Compassionate_Morality#:~:text=It%20is%20compassion,%20or%20fellow,of%20the%20will%20to%20live.|website=Philosophy Now|access-date=2023-09-16}}</ref>
Schopenhauer menjelaskan bahwa hal yang memotivasi [[altruisme]] adalah rasa belas kasih. Orang altruis merasakan penderitaan orang lain seperti penderitaannya sendiri. Sama halnya, orang yang berbelas kasih tidak dapat menyakiti binatang, meskipun binatang itu berbeda dengan dirinya. Penderitaan orang lain, bagi orang altruis, bukanlah suatu hal yang tidak ia pedulikan, namun ia merasakan keterhubungan dengan semua makhluk yang hidup. Dengan demikian, Schopenhauer menyimpulkan bahwa belas kasih adalah dasar dari moralitas.<ref>{{Cite book|last=Schopenhauer|first=Arthur|title=On the Basis of Morality|at=§ 19}}</ref>
Berkaitan dengan pandangannya bahwa esensi kehidupan adalah penderitaan, ia menulis,
=== Seni dan estetika ===
[[Berkas:Johannes_Vermeer_-_Het_melkmeisje_-_Google_Art_Project.jpg|jmpl|Dalam karya utamanya, Schopenhauer memuji para [[Lukisan Zaman Keemasan Belanda|seniman Zaman Keemasan Belanda]], yang "menunjukkan persepsi objektif murni pada objek-objek yang paling tidak penting, dan mendirikan monumen abadi objektivitas dan kedamaian spiritual mereka dalam lukisan ''[[Alam benda|benda mati]]''". Orang yang melihat dan mengobservasi estetika tidak merenungkan hal ini tanpa emosi."<ref>''The World as Will and Representation'', Vol. 1, §38</ref>]]Karena kehendak untuk hidup yang dimiliki manusia — keinginan, nafsu, dsb. — adalah akar [[penderitaan]], cara sementara untuk mengatasi penderitaan adalah dengan melakukan kontemplasi estetika. Dengan terlibat dalam kontemplasi estetika, kesadaran seseorang yang sebelumnya berfokus pada hal-hal individual akan beralih ke kesadaran tentang ''Ide-Ide'' Platonis yang abadi, yaitu kesadaran yang bebas dari pengaruh kehendak. Dalam hal ini, seseorang tidak lagi mempersepsikan suatu objek sebagai sesuatu yang terpisah dari dirinya; melainkan "seakan-akan objek itu sendiri ada tanpa ada seorang pun yang mempersepsikannya. Dengan demikian, seseorang tidak lagi memisahkan orang yang mempersepsikan objek dan objek yang dipersepsikannya. Namun, keduanya menjadi satu, yang mana kesadaran sepenuhnya diisi dan ditempati oleh satu gambaran persepsi".<ref>''The World as Will and Representation,'' Vol. 1, §34</ref>
Dari aktivitas mengapresiasi estetika, seseorang tidak lagi menjadi individu yang menderita sebagai akibat penghambaannya terhadap kehendak, melainkan seolah-olah menjadi "subjek kognisi yang murni, tanpa keinginan, tanpa rasa sakit". Seni adalah bentuk praktis dari perenungan estetika, karena seni berupaya untuk menggambarkan esensi atau gagasan murni tentang dunia. Menurut Schopenhauer, [[musik]] adalah bentuk seni paling murni karena musik menggambarkan kehendak itu sendiri tanpa membuatnya tampak dalam bentuk objek individual. Ia menilai bahwa musik adalah bahasa universal yang abadi, dapat dipahami di mana pun dan dapat membangkitkan antusiasme global jika memiliki melodi yang bermakna.<ref name="Music">{{cite book|last=Schopenhauer|first=Arthur|year=1970|url=https://archive.org/details/essaysaphorisms00scho/page/162|title=Essays and Aphorisms|publisher=Penguin Classics|isbn=978-0-14-044227-4|page=[https://archive.org/details/essaysaphorisms00scho/page/162 162]}}</ref>
=== Psikologi ===
Schopenhauer meyakini bahwa dorongan utama dalam diri manusia bukanlah akal (intelek) atau motivasi untuk menjadi orang yang bermoral. Menurutnya, kehendak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan (''Wille zum Leben'') merupakan dorongan utama paling kuat yang melekat dalam diri manusia dan semua makhluk hidup. Kehendak inilah yang mendorong semua entitas yang hidup untuk melakukan reproduksi.<ref name="inveigles">{{Cite book|year=1991|title=The Oxford Encyclopedic English Dictionary|url=https://archive.org/details/oxfordencycloped0000unse_h0i4|location=Schopenhauer|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-861248-3|page=[https://archive.org/details/oxfordencycloped0000unse_h0i4/page/1298 1298]}}</ref>
Berbeda dengan kebanyakan filsuf, Schopenhauer menganggap cinta sebagai sesuatu yang sangat penting dan bukan terjadi karena kebetulan. Ia memahami cinta sebagai dorongan yang sangat kuat dan tidak terlihat dalam diri manusia dengan tujuan untuk menjamin kelangsungan hidup umat manusia:
{{
=== Politik dan sosial ===
Baris 195 ⟶ 123:
==== Politik ====
Dalam komentarnya dalam bukunya, ''[[Parerga
Dia menyatakan bahwa [[monarki]] adalah "sesuatu yang alami bagi manusia, sama seperti bagi lebah dan semut, bagi burung bangau yang sedang terbang, bagi gajah yang berkeliaran, bagi serigala yang bergerombol mencari mangsa, dan bagi hewan lainnya".<ref name="Paralipomena, Vol p. 254">''Parerga and Paralipomena, Vol. 2'', "On Jurisprudence and Politics," §127, trans. Payne (p. 254).</ref> Tingkat kecerdasan di negara-negara monarki, tulisnya, selalu mempunyai "kesempatan yang jauh lebih baik dalam melawan kebodohan dibandingkan di negara-negara republik."<ref name="Paralipomena, Vol p. 254" /> Di sisi lain, Schopenhauer menganggap [[republikanisme]] sebagai sesuatu yang "tidak wajar bagi manusia dan tidak menguntungkan bagi kehidupan intelektual yang lebih tinggi dan juga bagi seni dan sains".<ref>''Parerga and Paralipomena, Vol. 2'', "On Jurisprudence and Politics," §127, trans. Payne (p. 255).</ref>
Baris 207 ⟶ 135:
Schopenhauer menganggap peradaban orang-orang "ras kulit putih" di Utara lebih unggul karena sensitivitas dan kreativitas mereka. Ia juga menganggap orang-orang Mesir Kuno dan Hindu Kuno setara dengan orang-orang kulit putih Eropa:
Schopenhauer sangat [[Abolisionisme|menentang perbudakan]]. Tentang perlakuan terhadap budak di [[Perbudakan di Amerika Serikat|negara-negara bagian pemilik budak di Amerika Serikat]], ia mengecam keras pemilik-pemilik budak di sana, "setan-setan yang berwujud manusia, para bajingan yang fanatik, suka pergi ke gereja, dan menjalankan hari Sabat dengan ketat, terutama para pendeta Anglikan di antara mereka." Karena cara mereka "memperlakukan saudara-saudara mereka yang berkulit hitam yang tidak bersalah, dengan kekerasan dan ketidakadilan, telah membuat orang-orang itu jatuh ke dalam cakar setan mereka". Negara-negara pemilik budak di Amerika Utara, tulis Schopenhauer, adalah "aib bagi seluruh umat manusia".<ref>''Parerga and Paralipomena'', Vol. 2, "On Ethics," §114, trans. Payne (p. 212).</ref>
Baris 213 ⟶ 141:
Schopenhauer juga mempertahankan sikapnya yang [[Anti-Yudaisme|anti-Yahudi]]. Dia berpendapat bahwa agama Kristen merupakan pemberontakan terhadap apa yang dia sebut sebagai dasar materialistis Yudaisme. Ia menganggap etika Kristen mirip dengan etika India yang mencerminkan penaklukan diri spiritual [[Arya]] - [[Weda]]. Schopenhauer melihat hal ini sebagai lawan dari dorongan ketidaktahuan yang berujung pada utopianisme duniawi dan kedangkalan semangat duniawi "Yahudi":
==== Wanita ====
Dalam esainya tahun 1851 "Tentang Wanita", Schopenhauer menyatakan penolakannya terhadap kesetaraan kaum perempuan yang ia anggap tidak masuk akal (''abgeschmackten Weiberveneration'')".<ref>{{Cite web|title=Arthur Schopenhauer: Ueber die Weiber|url=https://aboq.org/schopenhauer/parerga2/weiber.htm|website=aboq.org}}</ref> Dia menulis: "Perempuan cocok untuk menjadi perawat dan guru masa kanak-kanak kita karena fakta bahwa mereka sendiri bersifat kekanak-kanakan, sembrono dan dangkal." Ia berpendapat bahwa perempuan kurang memiliki kemampuan seni dan rasa keadilan. Ia juga menyatakan penentangannya terhadap [[monogami]].<ref>{{Cite web|last=Schopenhauer|first=Arthur|title=Essays of Schopenhauer - On Women|url=https://www.gutenberg.org/files/11945/11945-h/11945-h.htm#link2H_4_0009|website=Project Gutenberg|access-date=2023-09-19}}</ref> Ia menyatakan bahwa "wanita pada dasarnya dimaksudkan untuk patuh". Esai tersebut memberikan sedikit pujian: "Perempuan jelas lebih bijaksana dalam menilai dibandingkan [laki-laki]", dan lebih bersimpati terhadap penderitaan orang lain.
Dalam buku ''Philosophers Behaving Badly'', penulis Nigel Rodgers dan Mel Thompson menyatakan bahwa Schopenhauer adalah seorang [[misogini]]s tanpa rival dalam sejarah filsafat barat.<ref>{{Cite book|last=Rodgers|first=Nigel|last2=Thompson|first2=Mel|date=2005|url=https://books.google.com/books?id=rXEwAAAAYAAJ&newbks=0&hl=en|title=Philosophers Behaving Badly|publisher=Peter Owen|isbn=978-0-7206-1219-6|pages=42|language=en|url-status=live}}</ref>
Perspektif Schopenhauer tentang wanita ini mempengaruhi [[feminisme]] abad kesembilan belas.<ref>''Feminism and the Limits of Equality'' PA Cain – Ga. L. Rev., 1989</ref> Analisis [[biologi]]snya mengenai perbedaan antara jenis kelamin, dan peran masing-masing dalam perjuangan untuk bertahan hidup dan bereproduksi mendahului beberapa klaim yang kemudian dikemukakan oleh [[Sosiobiologi|ahli sosiobiologi]] dan [[Psikologi evolusioner|psikolog evolusioner]].<ref name="Young2005">{{Cite book|last=Julian Young|date=23 June 2005|url=https://books.google.com/books?id=gfDyeGY0RFMC&pg=PA242|title=Schopenhauer|publisher=Psychology Press|isbn=978-0-415-33346-7|page=242}}</ref>
Pada tahun 1859, ketika Schopenhauer tua duduk untuk dibuatkan patung oleh pematung Prusia Elisabet Ney, dia sangat terkesan dengan kecerdasan dan kemandirian wanita muda tersebut, serta keahliannya sebagai seniman.<ref>{{Cite journal|last=Long|first=Sandra Salser|date=Spring 1984|title=Arthur Schopenhauer and Elisabet Ney|journal=[[Southwest Review]]|volume=69|pages=130–47|jstor=43469632}}</ref> Dia kemudian memberitahu teman Richard Wagner, [[Malwida von Meysenbug]]: "Saya belum mengucapkan pendapat terakhir saya tentang wanita. Saya percaya bahwa jika seorang perempuan berhasil keluar dari pengaruh massa, atau lebih tepatnya berusaha untuk menjadi lebih baik dari siapa pun, maka ia akan tumbuh tanpa henti dan lebih baik dari laki-laki."<ref>Safranski (1990), Chapter 24. p. 348.</ref>
Baris 225 ⟶ 155:
[[Berkas:Frankfurt_Am_Main-Portraits-Arthur_Schopenhauer-1845.jpg|jmpl|Schopenhauer pada usia 58 tahun, Mei 1846]]Schopenhauer berpendapat bahwa kepribadian dan [[Intelek|kecerdasan]] adalah sesuatu yang bersifat turun temurun (genetik). Dia mengutip [[Horatius]], "Dari yang berani dan baiklah, dilahirkan orang yang berani" (''Odes'', iv, 4, 29). Secara teknis, Schopenhauer percaya bahwa seseorang mewarisi kecerdasan dari ibunya, dan karakter serta kepribadian dari ayahnya.<ref>''On the Suffering of the World'' (1970), p. 35. Penguin Books – Great Ideas.</ref> Keyakinannya terhadap sifat-sifat manusia yang bersifat genetik juga mempengaruhi pandangannya tentang [[eugenika]] atau pembiakan yang "baik". Dalam hal ini, Schopenhauer menulis:
Dalam konteks yang lain, Schopenhauer menegaskan kembali tesis eugenikanya: "Jika Anda menginginkan rencana utopis, saya mengatakan: satu-satunya solusi terhadap masalah ini adalah [[despotisme]] orang-orang aristokrat sejati yang bijaksana dan mulia, bangsawan murni, yang dicapai dengan [[Kawin|mengawinkan]] sebagian besar dari mereka, pria yang murah hati dengan wanita terpintar dan paling berbakat. Proposal ini merupakan rencana utopia saya."<ref>''Essays and Aphorisms'', trans. R.J. Hollingdale, Middlesex: London, 1970, p. 154</ref> Para analis (misalnya, Keith Ansell-Pearson) menyatakan bahwa sentimen anti-[[egalitarianisme]] Schopenhauer dan dukungannya terhadap eugenika turut mempengaruhi filsafat neo-aristokrat Friedrich Nietzsche, yang menganggap Schopenhauer sebagai seorang pendidik.<ref>''Nietzsche and Modern German Thought'' by K. Ansell-Pearson – 1991 – Psychology Press.</ref> ==== Kesejahteraan hewan ====
Sebagai konsekuensi dari
{{
{{
Pada tahun 1841, ia memuji pendirian [[RSPCA|''Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals'']] di London dan ''Animals' Friends Society'' di Philadelphia. Schopenhauer juga memprotes penggunaan kata ganti "''it''" (dalam bahasa Inggris) untuk merujuk pada hewan karena hal itu menyebabkan hewan diperlakukan seolah-olah mereka tidak mempunyai kehidupan.<ref>"... in English all animals are of the neuter gender and so are represented by the pronoun 'it,' just as if they were inanimate things. The effect of this artifice is quite revolting, especially in the case of primates, such as dogs, monkeys, and the like...." ''On the Basis of Morality'', § 19.</ref> Untuk mendukung argumennya, Schopenhauer merujuk pada laporan anekdotal tentang tatapan mata seekor monyet yang ditembak dan juga kesedihan seekor anak gajah yang ibunya mati dibunuh oleh seorang pemburu.
{{cquote2|Saya ingat pernah membaca tulisan pengalaman orang Inggris, ketika berburu di India, ia menembak seekor monyet; Ia tidak bisa melupakan tatapan wajah yang diberikan oleh hewan yang sekarat itu, dan sejak itu, ia tidak pernah lagi menembak monyet.|quotesource=''On the Basis of Morality'', § 19}}
{{cquote2|Tuan William Harris menceritakan bagaimana ia menembak gajah pertamanya, seekor gajah betina. Keesokan paginya, ia pergi mencari hewan yang mati itu; ketika semua gajah lainnya telah melarikan diri dari kawasan sekitar karena ketakutan, seekor gajah kecil tetap tinggal bersama gajah induknya yang telah mati. Melawan semua rasa takut yang dimilikinya, gajah kecil itu kemudian mendatangi para pemburu itu dengan menunjukkan kesedihan yang mendalam, dan meletakkan belalai kecilnya pada mereka, seolah-olah untuk memohon bantuan. Harris mengatakan bahwa ia kemudian merasa sangat menyesal atas perbuatannya, dan merasa seakan-akan telah melakukan pembunuhan.|quotesource=''On the Basis of Morality'', § 19}}
Schopenhauer sangat mengasihi anjing-anjing pudel peliharaannya. Ia mengkritik pandangan [[Baruch de Spinoza|Spinoza]]<ref>"His contempt for animals, who, as mere things for our use, are declared by him to be without rights, ... in conjunction with Pantheism, is at the same time absurd and abominable." ''The World as Will and Representation'', Vol. 2, Chapter 50.</ref> yang menganggap bahwa hewan hanyalah sarana yang digunakan untuk kepuasan manusia.<ref>Spinoza, ''Ethics'', Pt. IV, Prop. XXXVII, Note I.: "Still I do not deny that beasts feel: what I deny is, that we may not consult our own advantage and use them as we please, treating them in a way which best suits us; for their nature is not like ours ..." This is the exact opposite of Schopenhauer's doctrine. Also, ''Ethics'', Appendix, 26, "whatsoever there be in nature beside man, a regard for our advantage does not call on us to preserve, but to preserve or destroy according to its various capacities, and to adapt to our use as best we may."</ref><ref>"Such are the matters which I engage to prove in Prop. xviii of this Part, whereby it is plain that the law against the slaughtering of animals is founded rather on vain superstition and womanish pity than on sound reason. The rational quest of what is useful to us further teaches us the necessity of associating ourselves with our fellow-men, but not with beasts, or things, whose nature is different from our own; we have the same rights in respect to them as they have in respect to us. Nay, as everyone's right is defined by his virtue, or power, men have far greater rights over beasts than beasts have over men. Still I affirm that beasts feel. But I also affirm that we may consult our own advantage and use them as we please, treating them in the way which best suits us; for their nature is not like ours, and their emotions are naturally different from human emotions." ''Ethics'', Part 4, Prop. 37, Note 1.</ref> Penulis dan humanis Tim Madigan menulis bahwa terlepas dari mulut besarnya, Schopenhauer merupakan orang yang mempunyai simpati karena kepeduliannya terhadap penderitaan hewan. Seperti yang ditulisnya dalam ''Essays and Aphorisms'':
{{cquote2|Manfaat terbesar yang diberikan oleh usaha perkeretaapian adalah menyelamatkan jutaan kuda penarik dari kehidupan mereka yang menyedihkan.<ref name="Madigan">{{Cite web|last=Madigan|first=Tim|title=Schopenhauer’s Compassionate Morality {{!}} Issue 52 {{!}} Philosophy Now|url=https://philosophynow.org/issues/52/Schopenhauers_Compassionate_Morality#:~:text=It%20is%20compassion,%20or%20fellow,of%20the%20will%20to%20live.|website=Philosophy Now|access-date=2023-09-16}}</ref>}}
== Minat ==
=== Indologi ===
[[Berkas:Schopenhauer_1852.jpg|jmpl|Foto Schopenhauer tahun 1852]]
Schopenhauer suka membaca terjemahan Latin [[Sastra Hindu|teks-teks Hindu kuno]], seperti ''[[Upanisad]]'', yang diterjemahkan oleh penulis Perancis [[Abraham Hyacinthe Anquetil-Duperron|Anquetil du Perron]].{{Sfn|Clarke|1997|p=68}} Ia pertama kali diperkenalkan pada terjemahan Upanisad oleh Friedrich Majer pada tahun 1814.{{Sfn|Clarke|1997|p=68}} Menurut penulis biografi Safranski, mereka bertemu pada tahun tahun 1813–1814 di rumah ibu Schopenhauer di [[Weimar]]. Majer adalah pengikut [[Johann Gottfried Herder|Herder]], dan termasuk orang pertama yang mempelajari [[indologi]]. Schopenhauer baru memulai studi serius terhadap teks-teks India pada tahun 1814. Safranski berpendapat bahwa, antara tahun 1815 dan 1817, Schopenhauer melakukan transplantasi pemikiran India di [[Dresden]]. Hal ini dilakukan bersama tetangganya, Karl Christian Friedrich Krause, selama dua tahun. Krause saat itu adalah seorang filsuf yang agak tidak lazim karena berusaha memadukan gagasannya dengan kebijaksanaan India kuno. Namun tidak seperti Schopenhauer, Krause juga menguasai [[Bahasa Sanskerta|bahasa Sansekerta]]. Dari Krauselah Schopenhauer belajar [[Semadi|meditasi]] dan menerima masukan-masukan penting mengenai pemikiran India.<ref>Christopher McCoy, 3–4</ref>
Buku ''Oupnekhat'' (Upanisad) selalu terbuka di atas meja Schopenhauer. Ia dikatakan selalu membacanya sebelum tidur. Schopenhauer menyebut bahwa terbukanya akses terhadap [[Sastra Sanskerta|sastra Sansekerta]] adalah "hadiah terbesar sepanjang abad ke-19." Ia meramalkan bahwa filsafat dan pengetahuan Upanisad akan menjadi keyakinan yang dijunjung tinggi di Barat.<ref>{{Cite web|last=Dutt|first=Purohit Bhagavan|title=Western Indologists: A Study in Motives|url=http://www.philosophy.ru/library/asiatica/indica/authors/motives.html|archive-url=https://web.archive.org/web/20100802010348/http://www.philosophy.ru/library/asiatica/indica/authors/motives.html|archive-date=2 August 2010|access-date=9 May 2009}}</ref> Bagi Schopenhauer, bagian-bagian Upanisad yang sangat penting antara lain ''[[Chandogya Upanishad]]'', yang berisi [[Mahāvākya]] dan [[Tat Tvam Asi]], yang sering disebut dalam ''The World as Will and Representation''.<ref>Christopher McCoy, 54–56</ref>
=== Buddhisme ===
Schopenhauer mencatat terdapat kesesuaian antara pemikirannya dengan [[Empat Kebenaran Mulia]] dalam [[agama Buddha]].<ref>Abelson, Peter (April 1993).
[http://ccbs.ntu.edu.tw/FULLTEXT/JR-PHIL/peter2.htm Schopenhauer and Buddhism] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110628204330/http://ccbs.ntu.edu.tw/FULLTEXT/JR-PHIL/peter2.htm |date=28 June 2011 }}. ''Philosophy East and West'' Volume 43, Number 2, pp. 255–278. University of Hawaii Press. Retrieved on: 12 April 2008.</ref> Kesamaan itu antara lain pada prinsip-prinsip bahwa esensi kehidupan adalah penderitaan (dukkha), bahwa penderitaan disebabkan oleh keinginan ([[taṇhā]]) dan bahwa padamnya keinginan adalah jalan untuk menuju pembebasan. Jadi, tiga dari empat "kebenaran Buddha" mirip dengan filsafat Schopenhauer tentang kehendak.<ref>[[Christopher Janaway|Janaway]], Christopher, ''Self and World in Schopenhauer's Philosophy'', pp. 28 ff.</ref>
Konsep [[Nirwana|Nirwaṇa]] dalam Buddhisme tidak sama dengan kondisi yang digambarkan oleh Schopenhauer tentang penolakan terhadap keinginan. Nirwana bukanlah pemadaman diri ''seseorang'' seperti yang dipahami oleh sebagian sarjana Barat, namun hanya “pemadaman” (arti harfiah dari nirwana) api keserakahan, kebencian, dan khayalan yang menyerang karakter seseorang.<ref>John J. Holder, ''Early Buddhist Discourses.'' Hackett Publishing Company, 2006, p. xx.</ref> Schopenhauer membuat pernyataan berikut dalam diskusinya tentang agama:<ref>"Schopenhauer is often said to be the first modern Western philosopher to attempt integration of his work with Eastern ways of thinking. That he was the first is true, but the claim that he was ''influenced'' by Indian thought needs qualification. There is a remarkable correspondence in broad terms between some central Schopenhauerian doctrines and Buddhism: notably in the views that empirical existence is suffering, that suffering originates in desires, and that salvation can be attained by the extinction of desires. These three 'truths of the Buddha' are mirrored closely in the essential structure of the doctrine of the will." (On this, see Dorothea W. Dauer, ''Schopenhauer as Transmitter of Buddhist Ideas''. Note also the discussion by Bryan Magee, ''The Philosophy of Schopenhauer'', pp. 14–15, 316–321). Janaway, Christopher, ''Self and World in Schopenhauer's Philosophy'', p. 28 f.</ref>
{{cquote2|Saya harus mengakui bahwa [[filsafat Buddhis]] adalah lebih unggul dibandingkan yang lain. Apa pun yang terjadi, saya senang melihat pemikiran saya mempunyai kesesuaian dengan agama yang dianut oleh sebagian besar orang di dunia. Dan kesesuaian ini lebih menyenangkan bagi saya, karena dalam berfilsafat saya tidak dipengaruhi olehnya. Hingga tahun 1818, ketika karya saya terbit, di Eropa hanya ada sedikit catatan tentang agama Buddha.<ref>''[[The World as Will and Representation]]'', Vol. 2, Ch. 17</ref>}}
Menurut filsuf Julian Young, Schopenhauer adalah orang Buddhis Eropa pertama (terjemahan pertama teks-teks Hindu dan Buddha pertama kali muncul saat ia sedang menulis karya utamanya, ''The World as Will and Representation'').<ref name=":0" />
=== Okultisme ===
Schopenhauer juga mempunyai minat terhadap beberapa tradisi [[parapsikologi]] dan [[esoterisme Barat]]. Dia menganggap [[Magnetisme binatang|magnetisme hewan]] sebagai bukti nyata sihir dalam bukunya ''On the Will in Nature''. Meskipun ia menerima pembagian sihir menjadi [[Jalur kiri dan jalur kanan|sihir tangan kiri dan tangan kanan]], ia meragukan keberadaan setan.<ref name="Myth of Disenchantment2">{{Cite book|last=Josephson-Storm|first=Jason|date=2017|url=https://books.google.com/books?id=xZ5yDgAAQBAJ|title=The Myth of Disenchantment: Magic, Modernity, and the Birth of the Human Sciences|location=Chicago|publisher=University of Chicago Press|isbn=978-0-226-40336-6|pages=187–188}}</ref>
Schopenhauer mendasarkan hal yang gaib pada Kehendak dan menyatakan bahwa semua bentuk transformasi magis bergantung pada Kehendak manusia, bukan pada ritual. Teori ini mempunyai kemiripan dengan okultisme [[Aleister Crowley]] dan penekanannya pada kehendak manusia.<ref name="Myth of Disenchantment2"/> Schopenhauer menolak [[teori kekecewaan]] dan menyatakan bahwa filsafat harus menyatukan dirinya dengan hal yang gaib, yang menurutnya sama dengan "metafisika praktis".<ref>Josephson-Storm (2017), pp. 188–189.</ref>
== Pengaruh ==
[[Berkas:Arthur_Schopenhauer_by_Elisabet_Ney.jpg|jmpl|Patung Schopenhauer oleh Elisabeth Ney]]
Schopenhauer adalah filsuf Jerman paling berpengaruh sampai dengan [[Perang Dunia I|Perang Dunia Pertama]].<ref name="Weltschmerz">{{Cite book|last=Beiser|first=Frederick C.|year=2008|title=Weltschmerz, Pessimism in German Philosophy, 1860–1900|location=Oxford|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-876871-5|pages=14–16|quote=Arthur Schopenhauer was the most famous and influential philosopher in Germany from 1860 until the First World War. ... Schopenhauer had a profound influence on two intellectual movements of the late 19th century that were utterly opposed to him: neo-Kantianism and positivism. He forced these movements to address issues they would otherwise have completely ignored, and in doing so he changed them markedly. ... Schopenhauer set the agenda for his age.}}</ref> Filsafatnya menjadi dasar pemikiran bagi generasi filsuf selanjutnya, termasuk [[Karl Robert Eduard von Hartmann]], Philipp Mainländer, dan [[Friedrich Nietzsche]]. Karya-karyanya mempengaruhi perdebatan-perdebatan intelektual, dan memaksa pandangan-pandangan yang sepenuhnya menentangnya seperti [[Neo Kantianisme|neo-Kantianisme]] dan [[positivisme]] untuk mengatasi isu-isu yang telah mereka abaikan.<ref name="Weltschmerz" /> Penulis Perancis [[Guy de Maupassant|Maupassant]] berkomentar bahwa "saat ini bahkan mereka yang membencinya tampaknya masih mengadopsi unsur-unsur pemikiran Schopenhauer ke dalam jiwa mereka sendiri". Filsuf abad ke-19 lain yang mengaku terpengaruh filsafat Schopenhauer antara lain [[Hans Vaihinger]], [[Vladimir Solovyov (filsuf)|Solovyov]] dan [[Otto Weininger|Weininger]].{{Butuh rujukan}}
Karya-karya Schopenhauer juga dibaca dengan baik oleh para fisikawan terutama [[Albert Einstein|Einstein]], [[Erwin Schrödinger|Schrödinger]], [[Wolfgang Pauli]],<ref>{{Cite book|last=Howard|first=Don|year=1997|title=A Peek behind the Veil of Maya: Einstein, Schopenhauer, and the Historical Background of the Conception of Space as a Ground for the Individuation of Physical Systems|publisher=University of Pittsburgh Press|quote=Pauli greatly admired Schopenhauer. ... Pauli wrote sympathetically about extrasensory perception, noting approvingly that "even such a thoroughly critical philosopher as Schopenhauer not only regarded parapsychological effects going far beyond what is secured by scientific evidence as possible, but even considered them as a support for his philosophy".}}</ref> dan [[Ettore Majorana|Majorana]].<ref name="Majorana">{{Cite book|last=Bassani|first=Giuseppe-Franco|date=15 December 2006|title=Ettore Majorana: Scientific Papers|publisher=Springer|isbn=978-3-540-48091-4|editor-last=Società Italiana di Fisica|page=xl|quote=His interest in philosophy, which had always been great, increased and prompted him to reflect deeply on the works of various philosophers, in particular Schopenhauer.}}</ref> Einstein menganggap pemikiran Schopenhauer sebagai "sumber penghiburan tiada henti" dan menyebutnya jenius.<ref>{{Cite book|last=Isaacson|first=Walter|year=2007|title=Einstein: His Life and Universe|url=https://archive.org/details/einsteinhislifeu0000isaa_o4d0|location=New York|publisher=Simon & Schuster|isbn=978-0-7432-6474-7|page=[https://archive.org/details/einsteinhislifeu0000isaa_o4d0/page/367 367]}}</ref> Di ruang kerja Einstein di Berlin, terdapat tiga tokoh yang dipajang di dinding: [[Michael Faraday|Faraday]], [[James Clerk Maxwell|Maxwell]], dan Schopenhauer.<ref>Howard (1997). p. 87</ref> Arsitek rumah Einstein, Konrad Wachsmann, menulis: "Dia sering duduk dengan salah satu buku Schopenhauer yang sudah usang. Ketika dia duduk di sana, dia tampak sangat senang, seolah-olah dia sedang sibuk dengan pekerjaan yang syahdu dan ceria."<ref>Howard (1997). p. 92</ref>
Ketika [[Erwin Schrödinger]] menemukan karya-karya Schopenhauer (yang ia anggap sebagai "sarjana terhebat di Barat") ia mempertimbangkan untuk pindah dari bidang fisika ke filsafat.<ref>{{Cite book|last=Halpern|first=Paul|year=2015|title=Einstein's Dice and Schrödinger's Cat: How Two Great Minds Battled Quantum Randomness to Create a Unified Theory of Physics|publisher=Basic Books|isbn=978-0-465-04065-0|page=189}}</ref> Namun, Schrödinger tetap mempertahankan pandangan idealisnya selama sisa hidupnya.<ref>Howard (1997). p. 132</ref> [[Wolfgang Pauli]] setuju dengan prinsip utama metafisika Schopenhauer: bahwa [[An sich|benda dalam dirinya sendiri]] adalah kehendak.<ref>{{Cite web|last=Raymond B. Marcin|title=Schopenhauers Metaphysics and Contemporary Quantum Theory|url=https://www.academia.edu/6149849|quote=David Lindorff referred to Schopenhauer as Pauli's "favorite philosopher", and Pauli himself often expressed his agreement with the main tenet of Schopenhauer's philosophy. … Suzanne Gieser cited a 1952 letter from Pauli to Carl Jung, in which Pauli indicated that, while he accepted Schopenhauer's main tenet that the thing-in-itself of all reality is will.}}{{Pranala mati}}</ref>{{Butuh rujukan}}
Schopenhauer paling terkenal di antara para artis dan seniman. Komposer [[Richard Wagner]] menjadi salah satu pengikut filsafat Schopenhauerian yang paling awal dan terkenal.<ref>See e.g. Magee (2000) 276–278.</ref> Namun, kekaguman Wagner tidaklah bersifat timbal-balik; Schopenhauer mengatakan: "Saya tetap setia pada Rossini dan Mozart!"<ref>{{Cite book|last=Nicholas Mathew, Benjamin Walton|title=The Invention of Beethoven and Rossini: Historiography, Analysis, Criticism|page=296}}</ref> Oleh karena itu, ia dijuluki “filsuf para artis”. Lihat juga [[Tristan und Isolde|Pengaruh Schopenhauer pada ''Tristan und Isolde'']].
Karena pengaruh Schopenhauer, sastrawan terkenal [[Leo Tolstoy]] menjadi yakin bahwa kebenaran semua agama terletak pada penolakan atau pengunduran diri. Dalam sebuah surat, Tolstoy menulis, “Saya tidak tahu apakah akan mengubah opini saya atau tidak. Tetapi, saat ini saya yakin bahwa Schopenhauer adalah orang paling jenius di antara manusia... [Karya Schopenhauer] adalah seluruh dunia dalam refleksi yang sangat indah dan terang."<ref>Tolstoy's letter to Afanasy Fet on 30 August 1869. "Do you know what this summer has meant for me? Constant raptures over Schopenhauer and a whole series of spiritual delights as I've never experienced before. I have brought all of his works and read him over and over, Kant too by the way. Assuredly no student has ever learned and discovered so much in one semester as I have during this summer. I do not know if I shall ever change my opinion, but at present I am convinced that Schopenhauer is the greatest genius among men. You say he is so-so, he has written a few things on philosophy? What is so-so? It is the whole world in an incomparably beautiful and clear reflection. I have started to translate him. Won't you help me? Indeed, I cannot understand how his name can be unknown. The only explanation for this can only be the one he so often repeats, that is, that there is scarcely anyone but idiots in the world."</ref>{{Butuh rujukan}} Lebih lanjut Tolstoy mengatakan bahwa apa yang ditulisnya dalam ''[[War and Peace]]'' juga diungkapkan Schopenhauer dalam ''The World as Will and Representation''.<ref>{{Cite journal|last=Thompson|first=Caleb|year=2009|title=Quietism from the Side of Happiness: Tolstoy, Schopenhauer, War and Peace|url=https://muse.jhu.edu/article/316432|journal=Common Knowledge|volume=15|issue=3|pages=395–411|doi=10.1215/0961754X-2009-020}}</ref>
Penulis [[Jorge Luis Borges]] mengatakan bahwa alasan dia tidak pernah menulis secara sistematis tentang pandangan dunianya, meskipun dia menyukai filsafat dan metafisika pada khususnya, adalah karena Schopenhauer telah menuliskan untuknya.<ref>{{Cite book|last=Magee|first=Bryan|year=1997|title=Confessions of a Philosopher|url=https://archive.org/details/confessionsofphi0192mage|page=[https://archive.org/details/confessionsofphi0192mage/page/413 413]}}</ref> Tokoh-tokoh sastra lain yang sangat dipengaruhi oleh Schopenhauer antara lain [[Paul Thomas Mann|Thomas Mann]], [[Thomas Hardy]], [[Afanasy Fet]], [[Joris-Karl Huysmans]], [[Hermann Hesse]],<ref>Punsly, Kathryn (2012). [https://scholarship.claremont.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1353&context=cmc_theses ''The Influence of Nietzsche and Schopenhauer on Hermann Hesse'']. CMC Senior Theses. Paper 347. Retrieved on 19 March 2021.</ref> [[Machado de Assis]],<ref>{{Cite book|last=Wicks, Robert|date=2011|title=Schopenhauer's The world as will and representation: a reader's guide|location=London|publisher=Continuum|isbn=978-0-8264-3181-3|oclc=721337622}}</ref> [[Marcel Proust]] dan [[George Santayana]].<ref>{{Cite journal|last=Caleb Flamm|first=Matthew|year=2002|title=Santayana and Schopenhauer|journal=Transactions of the Charles S. Peirce Society|volume=38|issue=3|pages=413–431|jstor=40320900|quote=A thinker of whom it is well known that Santayana had an early, deep admiration, namely, Schopenhauer}}</ref> Pada tahun-tahun terakhir novelis [[Herman Melville]], ketika dia menulis ''Billy Budd'', dia membaca esai Schopenhauer dan menandainya dengan cermat. Akademisi Brian Yothers mencatat bahwa Melville "menandai banyak pernyataan misantropis dan bahkan bunuh diri, yang menunjukkan ketertarikannya pada bentuk kesendirian yang paling ekstrem, tetapi dia juga mencatat refleksi Schopenhauer tentang ambiguitas moral orang jenius."<ref>{{Cite book|last=Yothers|first=Brian|date=2015|title=Sacred Uncertainty: Religious Difference and The Shape of Melville's Career|location=Evanston, Illinois|publisher=Northwestern University Press|isbn=978-0-8101-3071-5|page=13}}</ref> Ketertarikan Schopenhauer tentang agama Timur dan Barat secara bersamaan memberikan kesan pada Melville di tahun-tahun terakhirnya.
Filsuf [[Friedrich Nietzsche]] menghabiskan sebagian besar masa hidupnya bergelut dengan filsafat Schopenhauer. Nietzsche mengakui bahwa Schopenhauer adalah salah satu dari sedikit filsuf yang ia hormati. Ia menganggap bahwa Schopenhauer adalah orang yang tidak takut untuk melihat dunia secara apa adanya. Ia juga melihat Schopenhauer sebagai filsuf yang mempunyai karakter yang independen dan tidak mau pandangannya didikte oleh orang banyak atau konvensi. Meskipun ia sangat mengagumi Schopenhauer, pada akhirnya Nietzsche menolak [[filsafat pesimisme]] Schopenhauer dan mengafirmasi kehidupan. Dalam karyanya, ''Untimely Meditations'', Nietzsche menulis satu esai khusus tentang Schopenhauer yang berjudul ''Schopenhauer as Educator''.<ref>[[wikisource:Schopenhauer as Educator|Schopenhauer as Educator]]</ref>
[[Berkas:DBP_1988_1357_Arthur_Schopenhauer.jpg|jmpl|Perangko Deutsche Bundespost]]
Di awal karirnya, filsuf terkenal abad ke-20 [[Ludwig Wittgenstein]] mengadopsi idealisme epistemologis Schopenhauer. Beberapa pengaruh Schopenhauer (khususnya transendentalisme Schopenhauerian) dapat diamati dalam ''[[Tractatus Logico-Philosophicus]]''.<ref>{{Cite book|last=Glock, Hans-Johann|year=2017|title=A Companion to Wittgenstein|location=Sussex, UK|publisher=Wiley Blackwell|page=[https://books.google.com/books?id=WbfBDQAAQBAJ&pg=PA60 60]}}</ref><ref>{{Cite book|last=Glock, Hans-Johann|year=2000|title=The Cambridge Companion to Schopenhauer|location=New York, NY|publisher=Cambridge University Press|page=[https://books.google.com/books?id=PnUF-UjhX_oC&pg=PA424 424]}}</ref> Pada akhirnya, Wittgenstein menolak [[idealisme transendental]] epistemologis dan mengikuti [[Realisme filsafat|realisme]] konseptual [[Gottlob Frege]]. Pada tahun-tahun berikutnya, Wittgenstein menjadi sangat meremehkan Schopenhauer dan menganggapnya sebagai seorang pemikir yang dangkal.<ref name="Culture & Value, p.24, 1933–42">Culture & Value, p. 24, 1933–34</ref><ref>Malcolm, Norman. Ludwig Wittgenstein: A Memoir. Oxford University Press, 1958, p. 6</ref> Filsuf [[Bertrand Russell]] juga mempunyai opini yang negatif terhadap Schopenhauer. Dalam bukunya, [[A History of Western Philosophy|''History of Western Philosophy (Sejarah Filsafat Barat)'']], Russell mengkritik Schopenhauer karena mengadvokasi asketisisme namun ia sendiri tidak mempraktikkannya.<ref>{{Cite book|last=Russell|first=Bertrand|year=1946|title=History of Western Philosophy|url=https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.219055|publisher=George Allen and Unwin|page=[https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.219055/page/n782 786]}}</ref>
Filsafat Schopenhauer, dan diskusi tentang filsafat pesimisme telah menjadi fokus para pemikir kontemporer seperti [[David Benatar]], [[Thomas Ligotti]], dan [[Eugene Thacker]]. Karya mereka juga menjadi inspirasi untuk serial TV HBO populer ''[[True Detective]]'' serta ''[[Life is Beautiful|Life Is Beautiful]]''.<ref>{{Cite news|date=2014-02-12|title=Writer Nic Pizzolatto on Thomas Ligotti and the Weird Secrets of 'True Detective'|url=https://www.wsj.com/articles/BL-SEB-79577|work=The Wall Street Journal}}</ref> Schopenhauer kadang juga dianggap sebagai bapak atau pendiri [[antinatalisme]].<ref>M.Morioka [https://philpapers.org/rec/MORWIA-14 '' What Is Antinatalism? and Other Essays''], pp.8-12.</ref>
== Lihat Juga ==
{{cols|colwidth=26em}}
* [[Antinatalisme]]
* [[Asketisme]]
* [[
* [[
* [[Nihilisme]]
* [[
* [[Pencipta dalam Buddhisme]]
{{colend}}
== Referensi ==
Baris 272 ⟶ 243:
* Safranski, Rüdiger (1990) ''Schopenhauer and the Wild Years of Philosophy''. Harvard University Press, {{ISBN|978-0-674-79275-3}}; orig. German ''Schopenhauer und Die wilden Jahre der Philosophie'', Carl Hanser Verlag (1987)
* [[Thomas Mann]] editor, ''The Living Thoughts of Schopenhauer'', Longmans Green & Co., 1939
{{Refend
== Bacaan lebih lanjut ==
* Frederick Copleston, ''Arthur Schopenhauer, philosopher of pessimism'' (Burns, Oates & Washbourne, 1946)
* O. F. Damm, ''Arthur Schopenhauer – eine Biographie'' (Reclam, 1912)
* Kuno Fischer, ''Arthur Schopenhauer'' (Heidelberg: Winter, 1893); revised as ''Schopenhauers Leben, Werke und Lehre'' (Heidelberg: Winter, 1898).
* Eduard Grisebach, ''Schopenhauer – Geschichte seines Lebens'' (Berlin: Hofmann, 1876).
* D. W. Hamlyn, ''Schopenhauer'', London: Routledge & Kegan Paul (1980, 1985)
* Heinrich Hasse, ''Schopenhauer''. (Reinhardt, 1926)
* Arthur Hübscher, ''Arthur Schopenhauer – Ein Lebensbild'' (Leipzig: Brockhaus, 1938).
* Thomas Mann, ''Schopenhauer'' (Bermann-Fischer, 1938)
* Matthews, Jack, ''Schopenhauer's Will: Das Testament'', Nine Point Publishing, 2015. {{ISBN|978-0-9858278-8-5}}[[:en:ISBN (identifier)|ISBN]] [[:en:Special:BookSources/978-0-9858278-8-5|978-0-9858278-8-5]]. A recent creative biography by philosophical novelist [[:en:Jack Matthews (author)|Jack Matthews]].
* Rüdiger Safranski, ''Schopenhauer und die wilden Jahre der Philosophie – Eine Biographie'', hard cover Carl Hanser Verlag, München 1987, {{ISBN|978-3-446-14490-3}}, pocket edition Fischer: {{ISBN|978-3-596-14299-6}}.
* Rüdiger Safranski, ''Schopenhauer and the Wild Years of Philosophy'', trans. Ewald Osers (London: Weidenfeld and Nicolson, 1989)
* Walther Schneider, ''Schopenhauer – Eine Biographie'' (Vienna: Bermann-Fischer, 1937).
* William Wallace, ''Life of Arthur Schopenhauer'' (London: Scott, 1890; repr., St. Clair Shores, Mich.: Scholarly Press, 1970)
* Helen Zimmern, ''[https://archive.org/stream/arthurschopenha00zimmuoft#page/n7/mode/2up Arthur Schopenhauer: His Life and His Philosophy]'' (London: Longmans, Green & Co, 1876)
* [[:en:Urs App|App, Urs]]. [http://www.sino-platonic.org/complete/spp200_schopenhauer.pdf Arthur Schopenhauer and China. ''Sino-Platonic Papers'' Nr. 200 (April 2010)] (PDF, 8.7 Mb PDF, 164 p.). Contains extensive appendixes with transcriptions and English translations of Schopenhauer's early notes about Buddhism and Indian philosophy.
* --------, ''Schopenhauers Kompass. Die Geburt einer Philosophie.'' UniversityMedia, Rorschach/ Kyoto 2011, {{ISBN|978-3-906000-02-2}}
* Atwell, John. ''Schopenhauer on the Character of the World, The Metaphysics of Will''.
* --------, ''Schopenhauer, The Human Character''.
* Edwards, Anthony. ''An Evolutionary Epistemological Critique of Schopenhauer's Metaphysics''. 123 Books, 2011.
* Copleston, Frederick, ''Schopenhauer: Philosopher of Pessimism'', 1946 (reprinted London: Search Press, 1975).
* Gardiner, Patrick, 1963. ''Schopenhauer''. Penguin Books.
* Janaway, Christopher, 2002. ''Schopenhauer: A Very Short introduction''. Oxford University Press. {{ISBN|978-0192802590}}[[:en:ISBN (identifier)|ISBN]] [[:en:Special:BookSources/978-0192802590|978-0192802590]]
* Janaway, Christopher, 2003. ''Self and World in Schopenhauer's Philosophy''. Oxford University Press. {{ISBN|978-0-19-825003-6}}[[:en:ISBN (identifier)|ISBN]] [[:en:Special:BookSources/978-0-19-825003-6|978-0-19-825003-6]]
* Magee, Bryan, ''The Philosophy of Schopenhauer'', Oxford University Press (1988, reprint 1997). {{ISBN|978-0-19-823722-8}}[[:en:ISBN (identifier)|ISBN]] [[:en:Special:BookSources/978-0-19-823722-8|978-0-19-823722-8]]
* Neymeyr, Barbara, 1996 (reprint 2011): Ästhetische Autonomie als Abnormität. Kritische Analysen zu Schopenhauers Ästhetik im Horizont seiner Willensmetaphysik. (= Quellen und Studien zur Philosophie. Band 42). Walter de Gruyter, Berlin / New York 1996, {{ISBN|3-11-015229-0}}. (reprint 2011, De Gruyter Berlin / Boston).
* Mannion, Gerard, "Schopenhauer, Religion and Morality – The Humble Path to Ethics", Ashgate Press, New Critical Thinking in Philosophy Series, 2003, 314pp.
* Trottier, Danick. ''L'influence de la philosophie schopenhauerienne dans la vie et l'oeuvre de Richard Wagner; et, Qu'est-ce qui séduit, obsède, magnétise le philosophe dans l'art des sons? deux études en esthétique musicale'', Université du Québec à Montréal, Département de musique, 2000.
* Zimmern, Helen, ''[[wikisource:Arthur Schopenhauer, his Life and Philosophy|Arthur Schopenhauer, his Life and Philosophy]]'', London, [[:en:Longman|Longman, and Co.]], 1876.
* Kastrup, Bernardo. ''Decoding Schopenhauer's Metaphysics - The key to understanding how it solves the hard problem of consciousness and the paradoxes of quantum mechanics.'' Winchester/Washington, iff Books, 2020.
* de Botton, Alain: ''[[:en:The Consolations of Philosophy|The Consolations of Philosophy]]''. Hamish Hamilton, London 2000, {{ISBN|0-14-027661-0}} (Chapter: ''Consolation for a Broken Heart'').
{{Commonscat|Arthur Schopenhauer}}
== Pranala luar ==
{{Sister project links|v=no|n=no|b=no|wikt=no|author=yes}}
* {{en}} {{Gutenberg author |id=3648 | name=Arthur Schopenhauer}}
* {{
* {{en}} {{Librivox author |id=165}}
* {{en}} [http://ljhammond.com/classics/cl1.htm#scho Introduksi singkat tentang Schopenhauer]
* {{en}} Ross, Kelley L., 1998, "[http://www.friesian.com/arthur.htm Arthur Schopenhauer (1788–1860).]" Dua esai pendek tentang kehidupan dan karya Schopenhauer serta pandangannya tentang akademia.
* {{en}} [https://www.youtube.com/watch?v=6x8ydL5Jp70&pp=ygUpQ29uZmVzc2lvbnMgb2YgYSBQaGlsb3NvcGhlciBzY2hvcGVuaGF1ZXI%3D Diskusi Bryan Magee dan Frederick Copleston tentang Filsafat Arthur Schopenhauer] di [[YouTube]]
* {{en}} [https://podcasts.apple.com/au/podcast/david-bather-woods-on-arthur-schopenhauer-on-compassion/id257042117?i=1000504878528 Podcast Philosophy Bites: David Bather Woods tentang Moralitas Belas Kasih Arthur Schopenhauer] di Apple Podcasts
{{Authority control}}
{{Lifetime|1788|1860|Schpenhauer, Arthur}}
[[Kategori:Tokoh dari Gdańsk]]
[[Kategori:Filsafat Barat]]
[[Kategori:Filsuf Jerman]]
[[Kategori:Penulis filsafat]]
[[Kategori:Antinatalis]]
[[Kategori:Filsuf abad ke-19]]
[[Kategori:Penulis Jerman abad ke-19]]
|