Perumpamaan pelita dan ukuran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anangyb001 (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 18:
{{cquote2|Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya.|Lukas 11:34-36}}
 
Dalam pasal ini, Yesus kembali menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan kabar baik, kabar [[kerajaan Allah]] kepada umatnya. Dapat diduga bahwa pendengar-pendengarnya adalah khalayak umum. Sementara itu, umat yang mendengarkan perumpamaan yang diucapkan oleh Yesus justru tidak mengerti apa yang ingin Yesus ucapkan. Seringkali muncul pernyataan bahwa, “Yesus menggunakan perumpamaan untuk membuat orang tidak mengerti ucapan-Nya”. Namun demikian, Yesus menepis anggapan ini. Yesus menggunakan kutipan dari {{Alkitab|Yesaya 6:9}} untuk melukiskan kenyataan bahwa beberapa orang akan melihat, tetapi tidak menangkap, mendengar tetapi tidak memahami karena hatinya keras. Sementara itu, bukan berarti orang-orang yang tidak medengar dan memahami makna.pesan Yesus yang terdapat dalam perumpamaan adalah orang-orang yang dilupakan Yesus. Sebaliknya, Yesus mengutus para murid untuk memberitakan sabda Allah ke seluruh dunia serta menyadarkan dan membuat oranglain mengerti dan melaksanakan perintah kerajaan Allah (melalui perumpamaan itu).
 
Dalam pasal ini, Yesus menggunakan beberapa benda sebagai alat perumpamaan-Nya, di antaranya: [[pelita]], [[tempayan]], [[tempat tidur]], [[kaki dian]], [[cahaya]]. Dalam ayat 16 ketika Yesus menggunakan pelita (sebagai perumpamaannya) yang dalam [[bahasa Yunani]] adalah lampas, adalah obor kain yang digunakan sebagai sumbu dan dicelupkan dalam minyak, pelita ini biasanya digunakan sebagai penerangan dalam rumah dan juga saat perjamuan kawin. Dalam ayat ini, Yesus menggunakan ‘pelita’ sebagai alat perumpamaan-Nya dengan maksud memberitakan terang Injil yang Ia bawa kepada manusia melalui perumpamaan. Melalui perumpamaan ini, Yesus ingin mencerahkan kehidupan spiritual dan keagamaan para pendengar-Nya untuk patuh dan setia kepada Injil jangan meletakkan terang tersebut di bawah tempat tidur, yang mana ‘tempat tidur’ di sini melambangkan kemalasan atau segala sesuatu yang menyebabkan terang Injil yang harus diberitakan kepada semua orang, justru tidak dilihat oleh orang-orang tersebut.
 
Selanjutnya, melalui pasal ini Yesus ingin mengatakan bahwa orang yang tidak menutup hatinya terhadap Firmah Allah akan diberi kekayaan kerajaan Allah di dalam hati, pikiran, tindakan mereka akan selalu dilindungi, disinari oleh terang kerajaan Allah. Kesimpulan dari ketiga ayat ini, yaitu Yesus memberikan simbol ‘terang Injil atau terang kerajaan Allah’ melalui simbol ‘pelita’. Jika pelita itu diletakan di tempat yang dapat dilihat oleh orang, maka pelita itu akan berguna bagi orang lain. Sebaliknya, jika pelita itu diletakkan di bawah tempat tidur atau di dalam tempayan, maka sinarnya tidak dapat dilihat jelas oleh orang di sekitarnya. Begitu pula halnya dengan kehidupan, jika dalam kehidupan ini kita tidak menerapkan Injil atau pesan Allah melalui Alkitab, maka orang-orang di sekitar kita tidak dapat melihat kita sebagai anak-anak Allah.
Baris 30:
{{s-hou|[[Kronologi kehidupan Yesus|Kehidupan Yesus]]<br>[[Perumpamaan Yesus|Perumpamaan]]}}
|-
{{s-bef|rowrows=2|before=[[Perumpamaan seorang penabur ]] }}
{{s-ttl|title=[[Injil Markus]]<br>[[Markus 4|pasal 4]]}}
{{s-aft|after=[[Perumpamaan benih yang tumbuh]]}}
 
|-
{{s-ttl|title=[[Injil Lukas]]<br>[[Lukas 8|pasal 8]]}}
{{s-aft|after=[[Yesus dan sanak saudara-Nya]]}}
 
|-
{{s-bef|before=[[Tanda Yunus]]}}
Baris 48 ⟶ 46:
* Douglas J.D. “Ensiklopedi Alkitab Masa Kini 1”, Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1992
* B.F. Drewes, “Satu Injil Tiga Pekabar”, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998
* C. Groenen OFM, “Pengantar Ke Dalam [[Perjanjian Baru”Baru]]”, Yogyakarta: Kanisius, 1984
* Lembaga Biblika Indonesia, “Tafsir Alkitab Perjanjian Baru”, Yogyakarta: Kanisius, 2002