Perumpamaan pelita dan ukuran
Bagian dari seri tentang |
Perumpamaan tentang pelita dan tentang ukuran adalah dua buah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridnya. Perumpamaan tentang pelita tercantum di dalam Lukas 8:16-18, lalu diulangi dalam Lukas 11:33-36. Markus 4:21-25 menceritakan tentang kedua-duanya. Kedua perumpamaan ini memiliki paralel dengan Kotbah di Bukit Yesus (Matius 5:15-16, Matius 6:22-23)
Pelita dan ukuran
sunting- Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
- Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."
- [Yesus berkata:] "Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."
- [Yesus berkata:] "Tidak seorangpun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya. Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya."
Penjelasan
suntingLukas 11:33-36 dan Matius 6:22-23 dapat digunakan untuk menerangkan perumpamaan tersebut
Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya.
Dalam pasal ini, Yesus kembali menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan kabar baik, kabar kerajaan Allah kepada umatnya. Dapat diduga bahwa pendengar-pendengarnya adalah khalayak umum. Sementara itu, umat yang mendengarkan perumpamaan yang diucapkan oleh Yesus justru tidak mengerti apa yang ingin Yesus ucapkan. Seringkali muncul pernyataan bahwa, “Yesus menggunakan perumpamaan untuk membuat orang tidak mengerti ucapan-Nya”. Namun demikian, Yesus menepis anggapan ini. Yesus menggunakan kutipan dari Yesaya 6:9 untuk melukiskan kenyataan bahwa beberapa orang akan melihat, tetapi tidak menangkap, mendengar tetapi tidak memahami karena hatinya keras. Sementara itu, bukan berarti orang-orang yang tidak medengar dan memahami makna.pesan Yesus yang terdapat dalam perumpamaan adalah orang-orang yang dilupakan Yesus. Sebaliknya, Yesus mengutus para murid untuk memberitakan sabda Allah ke seluruh dunia serta menyadarkan dan membuat oranglain mengerti dan melaksanakan perintah kerajaan Allah (melalui perumpamaan itu).
Dalam pasal ini, Yesus menggunakan beberapa benda sebagai alat perumpamaan-Nya, di antaranya: pelita, tempayan, tempat tidur, kaki dian, cahaya. Dalam ayat 16 ketika Yesus menggunakan pelita (sebagai perumpamaannya) yang dalam bahasa Yunani adalah lampas, adalah obor kain yang digunakan sebagai sumbu dan dicelupkan dalam minyak, pelita ini biasanya digunakan sebagai penerangan dalam rumah dan juga saat perjamuan kawin. Dalam ayat ini, Yesus menggunakan ‘pelita’ sebagai alat perumpamaan-Nya dengan maksud memberitakan terang Injil yang Ia bawa kepada manusia melalui perumpamaan. Melalui perumpamaan ini, Yesus ingin mencerahkan kehidupan spiritual dan keagamaan para pendengar-Nya untuk patuh dan setia kepada Injil jangan meletakkan terang tersebut di bawah tempat tidur, yang mana ‘tempat tidur’ di sini melambangkan kemalasan atau segala sesuatu yang menyebabkan terang Injil yang harus diberitakan kepada semua orang, justru tidak dilihat oleh orang-orang tersebut.
Selanjutnya, melalui pasal ini Yesus ingin mengatakan bahwa orang yang tidak menutup hatinya terhadap Firmah Allah akan diberi kekayaan kerajaan Allah di dalam hati, pikiran, tindakan mereka akan selalu dilindungi, disinari oleh terang kerajaan Allah. Kesimpulan dari ketiga ayat ini, yaitu Yesus memberikan simbol ‘terang Injil atau terang kerajaan Allah’ melalui simbol ‘pelita’. Jika pelita itu diletakan di tempat yang dapat dilihat oleh orang, maka pelita itu akan berguna bagi orang lain. Sebaliknya, jika pelita itu diletakkan di bawah tempat tidur atau di dalam tempayan, maka sinarnya tidak dapat dilihat jelas oleh orang di sekitarnya. Begitu pula halnya dengan kehidupan, jika dalam kehidupan ini kita tidak menerapkan Injil atau pesan Allah melalui Alkitab, maka orang-orang di sekitar kita tidak dapat melihat kita sebagai anak-anak Allah.
Lihat pula
suntingPerumpamaan pelita dan ukuran
| ||
Didahului oleh: Perumpamaan seorang penabur |
Injil Markus pasal 4 |
Diteruskan oleh: Perumpamaan benih yang tumbuh |
Injil Lukas pasal 8 |
Diteruskan oleh: Yesus dan sanak saudara-Nya | |
Didahului oleh: Tanda Yunus |
Injil Lukas pasal 11 |
Diteruskan oleh: Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat |
Pustaka
sunting- James Burton Coffman, “Commentary on Luke”, Texas: Firm Foundation Publishing House, 1975
- Douglas J.D. “Ensiklopedi Alkitab Masa Kini 1”, Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1992
- B.F. Drewes, “Satu Injil Tiga Pekabar”, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998
- C. Groenen OFM, “Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru”, Yogyakarta: Kanisius, 1984
- Lembaga Biblika Indonesia, “Tafsir Alkitab Perjanjian Baru”, Yogyakarta: Kanisius, 2002