Mohammad Sjafei: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k catatan terakhir pemimpin Pemerintahan Pendudukan Jepang di Sumatera Barat adalah Hattori Naoaki, namun perlu verifikasi sehingga untuk sementara pejabat yang mengisi pos jabatan ini dikosongkan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(10 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
| name =
| image = Muhammad Sjafe'i, Kami Perkenalkan (1954), p132.jpg
| caption =
| office1 = Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia{{!}}Menteri Pengajaran Republik Indonesia
| order1 = ke-3
Baris 21:
| alma_mater = ''[[Kweekschool]]'' di [[Fort de Kock]]
| occupation = Pendidik dan Pejuang Pergerakan Kemerdekaan Republik Indonesia
| office = Residen
| order = Pertama
| predecessor = lihat [[Pendudukan Jepang di Sumatera Barat]]
Baris 30:
}}
'''[[Doktor kehormatan|Dr. (H.C.)]]
== Masa muda ==
=== Latar belakang ===
Terdapat berbagai sumber berbeda yang berbicara mengenai tempat dan tanggal lahir Engku Mohammad Syafei. Mengutip Suryadi Sunuri sebagaimana catatan dari beberapa sumber, Engku Mohammad Syafei lahir di [[Ketapang (kota)|Ketapang]], [[Kalimantan Barat]] pada tahun 1893. Beberapa sumber lainnya di dalam tulisan itu menyebut bahwa tahun kelahirannya adalah 1896<ref>Lihat tulisan Suryadi Sunuri di tulisannya berjudul ''Minang Saisuak #194 – Intelektual Minang: Ibrahim Gelar Mara Soetan'' di <nowiki>https://niadilova.wordpress.com/2014/10/20/minang-saisuak-194-intelektual-minang-ibrahim-gelar-mara-soetan/</nowiki> Tulisan ini juga muncul di rubrik Minang Saisuak, Koran Singgalang hari Minggu, 19 Oktober 2014.</ref>. AA Navis menyebutkan bahwa Engku Mohammad Syafei lahir pada tanggal 31 Oktober 1893<ref>Keterangan ini sulit diterima mengingat ibu kandung Engku Mohammad Syafei adalah seorang yang buta huruf seperti kebanyakan orang Indonesia di awal Abad ke 20 M. AA Navis menyebut bahwa bisa saja tanggal yang digunakan Engku Mohammad Syafei adalah tanggal yang sama dia diangkat anak oleh Inyiak Ibrahim Marah Sutan dan Anduang Chalidjah, karena “Sjafei gemar memakai tanggal-tanggal atau angka yang berhubungan dengan sejarahnya. Bahkan, nomor mobilnya pun diberi angka demikian”. Lihat AA Navis. ''Filsafat Dan Strategi Pendidikan M. Sjafei: Ruang Pendidik INS Kayutanam''. Jakarta: Grasindo, hlmn.</ref>. Sedangkan Audrey R. Kahin menyebut bahwa Engku Mohammad Syafei adalah guru kelahiran Kalimantan Barat pada tahun 1893<ref>Lihat Kahin, Audrey. R. ''Dari Pemberontakan ke Integrasi:
=== Keluarga ===
Baris 42:
Singkat cerita, Syafei kecil yang sudah tidak berayah ini diangkat anak oleh pasangan Anduang Khalijah dan Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]]. Sebenarnya selain Engku Mohammad Syafei, Anduang Khalijah dan Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] juga telah memiliki anak-anak angkat lainnya. Tetapi, ada sesuatu yang lain di dalam diri Syafei kecil yang membuat kedua orang tua yang tidak memiliki anak kandung ini untuk berketetapan hati mengangkat Engku Mohammad Syafei sebagai anak mereka.
Engku Mohammad Syafei menikah dengan
=== Pendidikan ===
Baris 54:
[[Berkas:Engku Mohammad Syafei before his departure to the Netherlands.jpg|jmpl|Potrait Engku Mohammad Syafei sebelum keberangkatan belajar ke negeri Belanda]]
[[Berkas:Engku Mohammad Syafei and his Indonesian colleagues in the Netherlands.jpg|jmpl|Engku Mohammad Syafei di negeri Belanda berpose bersama teman-teman pelajar Indonesia di sana. Engku M. Syafei berdiri di belakang (berpangku tangan), di kanannya (berkacamata) Malikoes (pendidikan guru). Tiga orang di kirinya berturut-turut: Soearno (agak pendek) (pendidikan arsitektur), Hermin (BB/Indologi), dan Soedjono (hukum/Meester). Yang duduk, dari kiri ke kanan: Mas Aloei (Boekhouder Gemeente Semarang yang sedang verlof di Belanda), Ismail (pendidikan guru), dan Prio (juga pendidikan guru).]]
Menurut AA Navis yang mengutip majalah Budaya Jaya, sebenarnya yang ingin dikirimkan oleh Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] adalah Engku Sukardi, salah seorang anak angkat lainnya. Namun karena situasi dunia saat itu setelah [[Perang Dunia I|Perang Dunia Pertama]] dan keadaan Engku Sukardi yang telah berkeluarga membuat biaya pengiriman Engku Sukardi belajar ke negeri [[Belanda]] menjadi mahal sekali. Hal ini diakali oleh Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] dengan menjadi guru bahasa Melayu di Kursus Melayu Gunung Sahari, [[Batavia|Betawi]]<ref>Lihat tulisan berjudul M. Safe’I ke Eropa di majalah Boedi Tjaniago No. 7 Tahun 1, 1922, hlm. 2-4</ref>. Namun, penghasilan dari memberikan pelajaran bahasa Melayu untuk orang asing ini tidak banyak membantu. Untuk menghemat uang , tak jarang keluarga Anduang Khalijah dan Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] makan nasi dan garam saja<ref>AA Navis mengutip Majalah Budaya Jaya, No. 132 Tahun 1979, dalam bukunya Filsafat dan Strategi pendidikan M. Syafei Ruang Pendidikan INS Kayutanam. Jakarta: Grasindo, 1996 halaman 11-12. Kutipan ini bisa dilihat dalam Ajisman ''Dinamika Perkembangan INS Kayutanam 1926-1998''. Padang: BPSNT Padang
Pada tanggal 31 Mei 1922, Engku Mohammad Syafei berangkat ke Belanda untuk belajar pendidikan kerajinan tangan dengan menumpang kapal Oranje menuju [[Genova|Genoa]], [[Italia]]. Pelepasan keberangkatan Engku Mohammad Syafei diadakan dengan meriah di [[Sekolah Kartini|Kartini School]], sekolah tempat beliau mengajar pada tanggal 25 April 1922<ref name=":0">Lihat tulisan berjudul M. Safe’I ke Eropa di majalah Boedi Tjaniago No. 7 Tahun 1, 1922, hlm. 2-4.</ref><ref>{{Cite web|date=2015-08-30|title=Minang Saisuak #233 – Moehammad Sjafei di Belanda (1924)|url=https://niadilova.wordpress.com/2015/08/31/minang-saisuak-233-moehammad-sjafei-di-belanda-1924/|website=Dr. Suryadi {{!}} LIAS - SAS Indonesië, Universiteit Leiden, Belanda|language=en|access-date=2022-11-24}}</ref>. Pada acara yang sama, Engku Sukardi saudara angkat Engku Mohammad Syafei berpidato ikut melepas<ref name=":0" />. Kepergian Engku Mohammad Syafei ke [[Belanda]] adalah untuk melihat dinamika kenapa dan bagaimana sebuah negeri kecil yang daratannya lebih rendah dari permukaan air laut di Eropa Barat itu bisa maju dan kuat serta mampu menguasai [[Nusantara]] begitu lamanya.
Di negeri [[Belanda]], Engku Mohammad Syafei ingin menelisik industri kerajinan apa saja yang menunjang kemajuan mereka. Engku Mohammad Syafei juga berkesempatan mengunjungi sekolah yang didirikan oleh [[:en:Georg Kerschensteiner|Dr. Georg Kerchebsteiner]] di [[München|Munchen]], [[Jerman]]<ref>Lihat Ajisman ''Dinamika Perkembangan INS Kayutanam 1926-1998''. Padang: BPSNT Padang
Bagi Engku Mohammad Syafei, pelajaran kerajinan tangan dan pendidikan kerajinan tangan itu berbeda. Menurut beliau, kursus atau pelatihan singkat dapat menyediakan pelajaran kerajinan tangan untuk keterampilan kerja. Sifat dari kegiatan singkat ini hanya akan menghasilkan para pekerja siap pakai tapi tidak memiliki sifat atau kamauan untuk berubah dari dari sendiri. Pendidikan kerajinan tangan lebih dari itu. Pendidikan ini berfungsi membangkitkan minat kerajinan dan kemauan untuk bekerja<ref name=":2" />.
Baris 64:
Engku Mohammad Syafei selain belajar pendidikan kerajinan tangan juga berkesempatan untuk mengajar di sekolah rendah di Mook Hoek, [[Rotterdam]]. Kesempatan itu digunakan oleh beliau untuk praktek mengajar di tengah-tengah anak didik Belanda<ref name=":2" /><ref name=":1">{{Cite web|date=2015-05-24|title=Minang Saisuak #224 – Mohammad Sjafei (1893 – 1969)|url=https://niadilova.wordpress.com/2015/05/25/minang-saisuak-224-mohammad-sjafei-1893-1968/|website=Dr. Suryadi {{!}} LIAS - SAS Indonesië, Universiteit Leiden, Belanda|language=en|access-date=2022-11-24}}</ref><ref>Suryadi Sunuri mengutip tulisan Pandji Poestaka bahwa ''“Toean Mohd. Sjafe’i sekarang ada dinegeri Belanda sedang menoentoet berbagai-bagai ‘ilmoe. Maksoednja jang teroetama kenegeri Belanda, boekanlah hendak mentjahari acte, akan tetapi akan mentjahari pengetahoean jang lebih dalam, bagaimana tjaranja djalan mendidik anak-anak, djoega mempeladjari kunst, seperti; pekerdjaan tangan, biola dan gambar. Oentoek beladjar mendidik, ia telah diberi izin mengadjar pada sekolah rendah di Mook Hoek (Rotterdam). Moedah-moedahan segala tjita-tjita toean Mohd. Sjafe’i itoe terkaboel hendaknja jang kemoedian hari dapatlah beliau membimbing bangsa dan tanah airnja kepada djalan ketjerdasan dan kepandaian.”'' Lihat tulisan Suryadi Sunuri di ''Minang Saisuak #233 – Moehammad Sjafei di Belanda (1924)'' <nowiki>https://niadilova.wordpress.com/2015/08/31/minang-saisuak-233-moehammad-sjafei-di-belanda-1924/</nowiki></ref>. Waktu yang kosong digunakan oleh beliau melihat pusat-pusat industri dan sekolah kerajinan tangan. Selain itu, Engku Mohammad Syafei juga aktif dalam organisasi pelajar Indonesia [[Perhimpunan Indonesia|''De'' ''Indische'' ''Vereeniging''/Perhimpunan Hindia]] (yang kemudian berubah menjadi ''De'' ''Indonesische'' ''Vereeniging''/Perhimpunan Indonesia). Di organisasi ini beliau berteman dengan para pelajar Indonesia lainnya yang juga tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia seperti [[Mohammad Hatta|Mohammad hatta]], Subarjo, dan [[Soekiman Wirjosandjojo|Sukiman]]<ref name=":1" />.
Engku Mohammad Syafei kembali ke [[Hindia Belanda|Indonesia]] pada tahun 1925. Pada tanggal 7 April 1926 Engku
== Perjuangan, pergerakan, dan kontribusi besar bagi Republik Indonesia ==
Baris 97:
=== Masa-masa usaha mengisi kemerdekaan Indonesia ===
[[Berkas:03 muhammadsjafei.jpg|jmpl|Sjafei sebagai Menteri Pengadjaran]]Setelah kemerdekaan, Engku Mohammad Syafei ikut aktif dalam membangun Republik Indonesia. Di masa awal kemerdekaan, Engku Mohammad Syafei diangkat sebagai [[
Pada peristiwa pergolakan daerah [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia|Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)]] yang berlangsung dari 1958-1961, situasi dan kondisi memaksa Engku Mohammad Syafei untuk bergabung dengan gerakan ini dengan menjadi Menteri Pendidikan dan Kesehatan PRRI<ref name=":2" /><ref>{{Cite journal|last=van der Kroef|first=Justus M.|date=1957|title=Instability in Indonesia|url=https://www.jstor.org/stable/3024060|journal=Far Eastern Survey|volume=26|issue=4|pages=49–62|doi=10.2307/3024060|issn=0362-8949}}</ref>. Walau pun perang hanya berlangsung selama tiga tahun, namun kegiatan belajar di sekolah INS Kayutanam terlantar cukup lama. Selama masa perang saudara itu, kampus INS Kayutanam mengalami kerusakan yang cukup parah. Pada tahun 1968, Engku Mohammad Syafei kembali ke [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayutanam]] untuk membangun [[INS Kayutanam|INS]] yang terlantar akibat perang. Selain membangun dunia pendidikan melalui [[INS Kayutanam]], Engku Mohammad Syafei juga turut membantu pendirian Sekolah Tinggi Hukum Pancasila di [[Kota Padang|Padang]], yang kemudian hari menjadi [[Fakultas Hukum Universitas Andalas]].
Baris 121:
{{Cquote|“Maka kami Bangsa Indonesia di Sumatera dengan ini mengakui Kemerdekaan Indonesia seperti dimaksud dalam Proklamasi di atas dan menjunjung keagungan kedua pemimpin Indonesia itu”.}}
Teks ini dibacakan pada pada tanggal 29 Agustus 1945. Mohammad Syafei dipercaya pula menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia daerah (KNID) dan kemudian menjadi [[Daftar Gubernur
== Penghargaan ==
Baris 138:
{{Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Sjafei,
[[Kategori:Tokoh pendidikan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Tokoh dari Ketapang]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
|