Jurnalisme pacuan kuda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambahkan data dan referensi Tag: VisualEditor-alih pranala ke halaman disambiguasi |
|||
Baris 2:
Dalam [[Kewartawanan|jurnalisme]] pacuan kuda, media menghadirkan liputan aksi saling serang secara verbal di antara pendukung masing-masing kontestan untuk meramaikan perlombaan. Liputan ini tak ubahnya sedang menonton pacuan kuda.{{sfn|Wijayanto|26 April 2019}} Media mereduksi kompleksitas persoalan dalam kontestasi politik hanya menjadi siapa yang menjadi pihak yang menang dan siapa pula sosok yang bakal menjelma sebagai pecundang.{{sfn|Lukmantoro|2024}}
Walau jurnalisme pacuan kuda banyak dikritik, tetapi pemberitaan jenis ini dianggap tidak akan berkurang bahkan semakin meningkat.{{sfn|Marie Ordway|2023}} ▼
== Efek negatif jurnalisme pacuan kuda ==
Baris 9 ⟶ 7:
=== Memperuncing konflik ===
Jurnalisme pacuan kuda akan berpotensi memperuncing konflik di antara masing-masing pendukung.{{sfn|Wijayanto|26 April 2019}} Hal ini terjadi karena media lebih fokus pada laporan siapa yang menang (''who's leading'') dan siapa yang kalah (''who's losing out''). Akibatnya perang wacana yang bersifat menyerang akan mendominasi.{{sfn|Masduki|2004}}
=== Depolitisasi ===
Bagi pemilih yang terdidik, ruang publik yang hanya dipenuhi angka-angka polling terbaru dan persaingan dangkal di antara kedua kubu hanya akan melahirkan [[sinisme]] dan [[Apatis|apatisme]] terhadap proses pemilu.{{sfn|Wijayanto|26 April 2019}}
Baris 18 ⟶ 16:
=== Ketidak percayaan terhadap media ===
Jurnalisme pacuan kuda yang diikuti dengan lembaga [[survei opini publik]] yang hanya mengejar [[efek bandwagon]] hanya akan melahirkan ketidak percayaan masyarakat terhadap media. Peneliti media dari Harvard Kennedy School, Thomas E.Patterson telah mengingatkan bahwa media berita hanya akan mengecewakan pemirsanya jika memprioritaskan hasil jajak pendapat dan strategi kampanye dibandingkan diskusi tentang kualifikasi kandidat, gaya kepemimpinan, dan posisi kebijakan.{{sfn|Marie Ordway|2023}}
Survei palsu yang diberitakan dalam sejumlah media massa masih kerap terjadi. Sejumlah lembaga yang justru dipesan untuk memanipulasi elektabilitas peserta pemilu tertentu. Yang paling menonjol, memanipulasi elektabilitas figur yang berintensi maju di pemilihan presiden (pilpres).{{sfn|Anjani|2024}}
== Jurnalisme pacuan kuda di Pemilu Indonesia ==
Jurnalisme pacuan kuda terjadi di semua liputan Pemilu baik pemilihan anggota legislatif (Pileg), pemilihan presiden (Pilpres), maupun pemilihan kepala daerah (Pilkada).
Permasalahan politik juga muncul ketika pemilik media berada dalam pusaran politik yang berpengaruh pada orientasi politik pemberitaan dari bisnis media yang dimilikinya.{{sfn|Kasman|2024}}
=== Pemilu 2014 ===
Pada [[Pemilu 2014]] KPU mengajak media massa untuk tidak terjebak praktik jurnalisme pacuan kuda. Pers sebaiknya mewartakan pokok pikiran dan program semua partai maupun kandidat peserta pemilu. Ini akan menempatkan posisi pers dalam pendidikan politik masyarakat.{{sfn|Prabowo|2014}} KPI pada pemilu 2014 juga meminta media massa tidak terjebak pada jurnalisme “pacuan kuda” atau persaingan antar kandidat, sebab hal ini akan mengaduk psikologis konstituen dan berpotensi melahirkan distabilitas sosial dan politik.{{sfn|KPI|2014}}
=== Pemilu 2019 ===
Pada [[Pemilu 2019]], Dewan Pers mengingatkan media agar menghindari jurnalisme pacuan kuda yang hanya fokus terhadap polling data, persepsi publik terhadap suatu kebijakan seorang kandidat dan persaingan serta perbedaan seorang kandidat dengan kandidat yang lainnya.{{sfn|Pradana|2018}} Contoh pemberitaan media di Pemilu 2019. ''Jokowi Diunggulkan 10 Lembaga Survei, Prabowo Masih Mengekor'' (CNN Indonesia, 6 Maret 2019); ''Sebulan Jelang Pemilu, Ini Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi Menurut 3 Lembaga Survei''. (Kompas, 20 Maret 2019).
=== Pemilu 2024 ===
Pada [[Pemilu 2024]], jurnalisme pacuan kuda terlihat pada sejumlah pemberitaan antara lain: ''Survei Indikator: Prabowo-Gibran Unggul “Head to Head” Lawan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud'' (Kompas.com, 19 Januari 2024); ''Survei CSIS Prabowo-Gibran Unggul di 8 Zona Pemilih, Ini Detailnya'' (Detik.com, 27 Desember 2023); ''Survei Indikator Politik: Prabowo-Gibran Unggul 56,2 Persen di Jatim'' (CNN Indonesia, 1 Februari 2024); ''Survei SPIN: Elektabilitas Prabowo-Gibran tembus 54,8 persen'' (Antara, 10 Februari 2024); dan, ''Quick Count PRC Sudah 100%, Prabowo-Gibran Unggul 59,22%'' (CNBC Indonesia, 18 Februari 2024).{{sfn|Lukmantoro|2024}}
== Semakin marak ==
▲Walau jurnalisme pacuan kuda banyak dikritik, tetapi pemberitaan jenis ini dianggap tidak akan berkurang bahkan semakin meningkat.{{sfn|Marie Ordway|2023}}
Salah satu bentuk keinginan media massa untuk tetap menggunakan jurnalisme pacuan kuda terlihat saat [[The Washington Post|Washington Post]] menugaskan wartawan baseball Chelsea Janes dalam kampanye 2020 di Amerika Serikat. Kebijakan ini dikritik profesor dari Columbia University Todd Gitlin yang menyebut bahwa “ (jurnalisme) pacuan kuda adalah hal yang terpenting bagi media besar.”{{sfn|Shafer|2019}}
== Catatan Kaki ==
Baris 32 ⟶ 41:
== Daftar Pustaka ==
*{{cite web
|url = https://www.kompas.id/baca/polhuk/2023/03/23/lembaga-survei-abal-abal-masif-bermunculan-bahaya-mengintai
|title = Lembaga Survei Abal-abal Masif Bermunculan, Bahaya Mengintai
|last = Anjani
|first = Ayu Octavi
|date = 28 Maret 2023
|website = Kompas.id
|publisher =
|access-date = 15 Desember 2024
|ref = {{sfnref|Anjani|2024}}
}}
*{{cite journal
| last1 = Banducci
Baris 67 ⟶ 87:
| access-date = 15 Desember 2024
|ref = {{sfnref|Broh|1980}}
}}
*{{cite journal
| last1 = Kasman
| first1 = Suf
| last2 = Jumarni
| first2 =
| last3 = Yanti
| first3 = Sukma Dewi
| date = 2024
| title = Problematika Keikutsertaan Media Pers Bertarung dalam Pemilu
| url = https://journal-nusantara.com/index.php/JIM/article/view/2901/2344
| journal = Ulil Albab
| volume = 3
| issue = 2
| pages =
| doi =
| access-date = 15 Desember 2024
|ref = {{sfnref|Kasman|2024}}
}}
*{{cite web
Baris 78 ⟶ 116:
|access-date = 15 Desember 2024
|ref = {{sfnref|Lukmantoro|2024}}
}}
*{{cite web
|url = https://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/31926-media-mesti-sanggup-berpuasa-dari-godaan-partisanship?detail3=23807&detail5=23751
|title = Media Mesti Sanggup Berpuasa dari Godaan Partisanship
|last = KPI
|first =
|date = 12 Maret 2014
|website = KPI
|publisher =
|access-date = 15 Desember 2024
|ref = {{sfnref|KPI|2014}}
}}
*{{cite web
Baris 89 ⟶ 138:
|access-date = 15 Desember 2024
|ref = {{sfnref|Marie Ordway|2023}}
}}
*{{cite journal
| last1 = Masduki
| first1 =
| last2 =
| first2 =
| last3 =
| first3 =
| date = 1 Juli 2004
| title = Jurnalisme Politik: Keberpihakan Media dalam Pemilu 2004
| url = https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11059/8300
| journal = Jurnal Ilmu Sosial & Ilmu Politik
| volume = 8
| issue = 1
| pages = 83
| doi =
| access-date = 15 Desember 2024
|ref = {{sfnref|Masduki|2004}}
}}
*{{cite web
Baris 100 ⟶ 167:
|access-date = 15 Desember 2024
|ref = {{sfnref|Pradana|2018}}
}}
*{{cite web
|url = https://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/02/23/kpu-pers-jangan-terjebak-jurnalisme-pacuan-kuda
|title = KPU: Pers Jangan Terjebak Jurnalisme Pacuan Kuda
|last = Prabowo
|first = Danang Setiaji
|date = 23 Oktober 2014
|website = Tribunnews
|publisher =
|access-date = 15 Desember 2024
|ref = {{sfnref|Prabowo|2014}}
}}
*{{cite web
|url = https://www.politico.com/magazine/story/2019/01/09/why-horse-race-political-journalism-awesome-223867/
|title = Why Horse-Race Political Journalism Is Awesome
|last = Shafer
|first = Jack
|date = 9 Januari 2019
|website = Politico
|publisher =
|access-date = 15 Desember 2024
|ref = {{sfnref|Shafer|2019}}
}}
*{{cite web
|