Rajegwesi, Pagerbarang, Tegal: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kang Waryo (bicara | kontrib) |
Kang Waryo (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(19 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 10:
|penduduk=
|kepadatan=
|Lurah=Sapuro, S.Pd}}'''Rajegwesi''' adalah sebuah [[desa]] yang berada di Kecamatan [[Pagerbarang, Tegal|Pagerbarang]], Kabupaten [[Kabupaten Tegal|Tegal]], Provinsi [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Desa Rajegwesi terletak di wilayah barat [[Kabupaten Tegal]]. Jarak Balai Desa Rajegwesi ke Pendopo Amangkurat Kabupaten Tegal adalah 16,8 KM (jika ditempuh melalui jalur utara yakni lewat Jatibarang), sementara jika ditempuh melalui jalur timur (
'''
Penetapan nama Rajegwesi sendiri kira-kira pada tahun 1672 pada masa P. A. Martloyo hampir berakhir. Kami ingi tahu tentang awal pemerintahan yang ada di Desa Rajegwesi, setelah terbentuknya suatu wilayah hukum dalam masyarakat yang mempunyai batas-batas wilayah. Maka mulailah ada suatu bentuk tatanan keluarga pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Baris 18:
Namun mulai tahun 1672 sampai dengan sekitar tahun 1887 kami tidak mengetahui secara pasti siapa yang menjadi kepala desa atau kepala pemerintahannya. Setelah kami telusuri ke beberapa sumber dan narasumber yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahwa kepala desa pada masa itu (1887) yaitu Bapak “ Suwargi Taham”.
'''Sejarah Pemerintahan di Desa Rajegwesi''' (Sumber: https://faridulansor.blogspot.com/ / No.1 s/d No. 14)
# Pemerintahan Kepala Desa Taham (1888-1896)
# Pemerintahan Kepala Desa Rasijam (1896-1907)
# Pemerintahan Kepala Desa Banda Lancong / Bancong (1907-1919)
# Pemerintahan Kepala Desa Surawijaya (1919-1933). Beliau lahir pada tahun 1869. Surawijaya adalah anak seorang pensiunan wedono yang bernama Ki Gede Wangsa. Surawijaya dikenal dengan gelar Ki Gerda Wana, yang karena jasanya beliau dianugerahi oleh pemerintah berupa sebidang tanah (hak guna istimewa) di wilayah hutan sebelah utara jalan raya untuk digunakan sebagai pemakaman bagi dirinya beserta anak/cucunya. (Menurut
# Pemerintahan Kepala Desa Suradiwangsa (1933-1949). Beliau adalah anak dari KI Gerda Wana.atau cucu dari Ki Gede Wangsa (sang mantan wedono). (Menurut
# Pemerintahan Kepala Desa Dullah (1949-1951)
# Pemerintahan Kepala Desa Kaslani (1952-1954)
# Pemerintahan Kepala Desa Sibun (1954-1954)
# Pemerintahan Kepala Desa Kaslani (1954-1956)
# Pemerintahan Kepala Desa Soemarjo Wijaya (1956-1975). Beliau adalah cucu dari Surawijaya alias Ki Gerda Wana yang lahir pada tahun 1927. Pada masa beliau inilah Desa Rajegwesi memiliki balai desa (kantor desa) dan dibangunnya jembatan penghubung antara blok kidul dan blok lor yang sebelumnya masih menggunakan bambu diganti dengan BUK (Beton Batu Bata Merah), dan diperolehnya tanah lapangan bola di desa Sidomulyo. (Menurut
# Pemerintahan Kepala Desa Tarmoedi S. (1975-1986)
# Pemerintahan Kepala Desa Tohir (1986-1997). Saat beliau memimpin dibuatlah gapura masuk desa yang sering disebut GERBANG DESA
# Pemerintahan Kepala Desa Warjo (1997-2007)
# Pemerintahan Kepala Desa Haryoto (2007-2013). Pada masa kepemimpinan beliau, dibangunlah jembatan penghubung antara Rajegwesi Blok Wetan (Rawet)
# Pemerintahan Kepala Desa Tanuri (2013-2019). Di masa ini warga Rajegwesi secara gotong royong membangun masjid yang ke-2 (Masjid Baiturrahim 2)
# Pemerintahan Kepala Desa Sapuro, S.Pd. (2019-sekarang)
Menurut keterangan dari Bapak Tohari, selaku
# Sebidang tanah fasum seluas 8.900 m2, dimana 100 m x 60,6 m digunakan untuk lapangan sepakbola, sebagian yang lain untuk jalan umum, hutan desa dan sumur PAMSIMAS serta fasiltas lainnya (joging). Menurut informasi dari beberapa sumber terpercaya (mantan kades Bapak Tohir dan lainnya), tanah tersebut diperoleh dan dibeli dari warga desa Sidomulyo pada tahun 1957 (masa pemerintahan kepala desa Soemardjo Widjaja) secara swadaya dan gotong royong oleh masyarakat desa Rajegwesi (hasil lumbung padi). Oleh karenanya fasilitas umum ini (lapangan sepakbola) terletak di wilayah desa Sidomulyo bukan di wilayah desa Rajegwesi. Jadi, tanah lapangan ini merupakan hak milik masyarakat desa Rajegwesi dan bukanlah tanah kas desa/bengkok, meskipun secara administrasi diatasnamakan Pemerintah Desa Rajegwesi. Penulis menyebutnya sebagai tanah ulayat. Yang menarik bagi masyarakat Rajegwesi dan sekitarnya adalah keberadaan dan kondisi lapangan sepakbola Rajegwesi yang selalu terlihat bagus dan terpelihara (dipotong rumputnya) serta adanya instalasi air di area lapangan (memanfaatkan keberadaan kolam PAMSIMAS) yang digunakan pada saat kemarau datang, sehingga rumput selalu terlihat hijau atau setidaknya lapangan tidak gundul sepanjang tahun. Hal itu juga tak lepas dari kepedulian warganya misalnya dengan memanfaatkan mesin pemotong rumput milik pribadi ataupun pemberian pihak lain. Terpeliharanya lapangan bola seharusnya menjadi motivasi bagi pemuda untuk terus meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga kesebelasan tersebut dan juga diperlukan perhatian khusus dari pemerintah, bukan hanya dukungan materi tapi juga moril. Tidak seharusnya lapangan bola dipelihara, tapi nihil prestasi. Lapangan bola ini juga sangat berpotensi besar bagi wisata kekinian seperti Bumi Perkemahan.
Baris 43:
# Sebidang Tanah Kas Desa seluas 6,565 Ha, yang dikelola oleh kepala desa dan perangkatnya menurut ketentuan yang berlaku, dan seluas 1.750 m2 digunakan untuk Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Desa Rajegwesi. Kedepan mudah-mudahan TPS ini dapat dikelola secara maksimal, misalnya dengan memanfaatkan sampah organik menjadi bubur pakan maggot (larva lalat BSF). Yang kemudian maggotnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, baik ayam maupun ikan.
Yang tak kalah uniknya lagi, pada 10 tahun terakhir komoditas pertanian di wilayah desa Rajegwesi dan sekitarnya banyak berubah dari hanya bertanam padi dan jagung
Satu lagi yang unik di desa Rajegwesi TEMPE GORENGE KEMLETHIK. Bagi para pelancong/pemudik yang kebetulan lewat di jalur/jalan Jatibarang - Margasari (arah bumiayu/purwokerto) pada pukul 23.00 WIB, jangan lupa mampir dulu di desa Rajegwesi, madang/nikmati dulu SEGA GODONG JATI plus TEMPE GORENG SING KEMLETHIK. Ada 2 tempat yang bisa anda kunjungi yakni SEGA WARSA (berlokasi di selatan
== Batas-batas Wilayah ==
Baris 65:
Pembagian wilayahnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
RW.001 : Meliputi wilayah Rajegwesi bagian utara sungai dan barat jalan desa yang membentang dari toko trisno ke lorong
RW.002 : Meliputi wilayah Rajegwesi bagian utara sungai dan timur jalan desa yang membentang dari lorong
RW.003 : Meliputi wilayah Rajegwesi bagian selatan sungai dan timur/utara jalan desa (dikenal dengan blok
RW.004 : Meliputi wilayah Rajegwesi bagian selatan jalan
RW.005 : Meliputi wilayah Rajegwesi bagian selatan sungai dan barat/selatan jalan desa (dikenal dengan blok balai desa dan blok kedo), terdapat 4 Rukun Tetangga.
== Penduduk & Perekonomian ==
Bersumber dari https://www.slawiayu.com/, jumlah penduduk Desa Rajegwesi per Juli 2023 adalah 4.859 orang (2443 laki-laki dan 2416 perempuan). Bahasa yang di gunakan oleh penduduk adalah Bahasa Jawa Dialek Rajegwesi yang memiliki kemiripan dengan Dialek Kebumen/Gombong/Wonosobo.
Sebagian besar penduduk
Geliat perekonomian masyarakat dalam bidang perdagangan lebih terlihat di sepanjang jalan Raya Jatibarang - Margasari seperti SPBU mini, jasa pengobatan patah tulang, jasa pemancingan, warung sate blengong, warung kelapa muda, warung makan, barber shop, warung bakso/mie ayam, warung soto, kopi cafe, tempat cuci motor/mobil, bengkel las, bengkel motor, depot kayu murah, warung masakan padang, warung kopi, bengkel tambal ban, warung sate kambing, disertai dengan rest area dan fasilitas parkirnya yang luas, nyaman dan gratis, ada pula usaha peternakan ayam cukup besar.
Baris 84:
Kegiatan perekonomian di lingkungan pemukiman antara lain, kuliner nasi godong jati, mie ayam, bakso, bengkel motor, toko pertanian, lapak hasil pertanian sayur/buah, toko alat tulis/fotokopi, toko kelontong, toko sembako, toko pakaian, toko online, kios seluler, toko kue, warung rujak, warung lawuhan, warung sayur-mayur, warung sate blengong, penggilingan padi mini, home industri tempe daun jati, jasa penjahit, toko besi, peternakan ikan lele, peternakan domba, ternak entok, budidaya jamur tiram, bengkel las listrik/karbit, bengkel sepeda onthel, produksi batu bata merah, dan lainnya.
# '''''Obyek Wisata''.''' Potensi yang sangat mungkin dikembangkan, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, menurut salah satu pengurus LMDH (Bapak H. Kholidin), adalah wilayah hutan milik perhutani yang masuk dalam kewilayahan Desa Rajegwesi untuk obyek wisata semacam bumi perkemahan, flying fox, kolam pemancingan, dan lainnya. Namun demikian butuh dukungan besar dari masyarakat desa untuk tidak membuang limbah rumah tangga (air cucian) ke sungai, karena aliran sungai tersebut mengalir ke wilayah hutan yang memliki potensi obyek wisata tersebut.
# '''''Budidaya Maggot (Larva Lalat BSF)''.''' Kesan kotor dan jorok yang ada pada budidaya maggot sudah saatnya dihilangkan dari pikiran kita. Sebab lalat BSF bukanlah lalat pembawa penyakit, karena ia hidup hanya untuk kawin/bertelur, dan sesudahnya mati. Lalat BSF bukan pula hama bagi tanaman buah sebagaimana disangkakan oleh para petani. Lalat BSF bukanlah klanceng, ia tdak punya mulut. Sekali lagi, lalat BSF hidup hanya sebentar untuk kawin dan bertelur, sesudah itu mati. Budidaya maggot dengan memanfaatkan sampah-sampah organik hanyalah salah satu solusi penanganan sampah yang efektif, sementara jika budidaya maggot dalam skala besar masih mengandalkan ketersediaan sampah organik rumah tangga, maka sangat mungkin akan terkendala ketersediaan bahan baku pakan maggot, karena sifat rakus maggot. Untuk pakan maggot, bisa memanfaatkan tanaman gulma ataupun limbah-limbah dari pertanian buah dan sayuran seperti tanaman krokot, daun ubi jalar, daun ketela/singkong, sisa-sisa/limbah panen tomat, semangka, melon, kacang tanah, kubis, bayam, kangkung. Syaratnya bahan-bahan pakan tersebut harus disterilkan dulu dari pestisida dengan cara dicuci menggunakan air yang mengalir. Maggot ini, baik yang masih hidup ataupun kering, dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak ikan maupun unggas.
# '''''Kebun dan Ternak Mini''''' di setiap pekarangan / halaman rumah warga. Perlunya kesadaran warga untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi bagi keluarganya. Salah satu langkah yang mungkin mudah dan murah adalah dengan berkebun dan beternak di pekarangan/halaman rumah dalam skala kecil.
== Lembaga Pendidikan & Agama ==
Baris 118:
Di Desa Rajegwesi terdapat banyak tempat ibadah, diantaranya :
# Masjid Baiturrohim 1 (RW.3)
# Masjid Baiturrohim 2 (RW.2)
# Mushola
# Mushola
# Mushola
# Mushola
# Mushola
# Mushola
# Mushola
# Mushola
# Mushola Al Ikhsan (RW.4)
# Mushola
{{Pagerbarang, Tegal}}
|