Anussati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up |
|||
(12 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 27:
:* Perenungan terhadap Sangha
:* Perenungan terhadap [[Sila (Buddhisme)|sila]] (Pali: ''{{Lang|pi|sīlānussati}}'')
:* Perenungan terhadap [[Dewa (Buddhisme)|para dewa]] (''{{Lang|pi|devatānussati}}
Menurut Sang Buddha, bagi seseorang yang mempraktikkan perenungan seperti ini: "batinnya menjadi tenang, dan kegembiraan muncul; [[Pengotor batin|kekotoran]] dalam pikirannya ditinggalkan".{{Sfnp|Thanissaro|1997b}}
Baris 62:
{{Anchor|Buddhānussati|Buddhanussati|Perenungan terhadap Buddha}}Kitab [[Aṅguttaranikāya|Aṅguttara Nikāya]] menyampaikan syair (''{{Lang|pi|[[Gatha (India)|gāthā]]}}'') berikut untuk merenungi Sang Buddha:
{{blockquote|''‘itipi so bhagavā arahaṁ sammāsambuddho vijjācaraṇasampanno sugato lokavidū anuttaro purisadammasārathi satthā devamanussānaṁ buddho bhagavā’ti.''{{br}}{{br}}"Sang Bhagavā adalah seorang [[Arahat]], tercerahkan sempurna, sempurna dalam [[Kebijaksanaan (Buddhisme)|pengetahuan sejati]] dan [[Sila (Buddhisme)|perilaku]], yang sempurna menempuh [[Jalan Mulia Berunsur Delapan|Sang Jalan]], pengenal [[Loka (Buddhisme)|dunia]], pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para ''[[Dewa (Buddhisme)|deva]]'' dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
Telah dikemukakan bahwa perenungan terhadap Sang Buddha yang diidentifikasi dalam [[Tripitaka Pali]] milik [[Theravāda]] mungkin menjadi dasar bagi perenungan visual yang lebih rumit, yang merupakan ciri khas dalam [[Buddhisme Tibet]].{{Sfnp|Kamalashila|1996|p=227}}{{Efn|For an example of the subject of a typically Tibetan Buddhist visualisation, see [[Tara (Buddhism)]].}}
Baris 69:
{{Anchor|Dhammānussati|Dhammanussati|Perenungan terhadap Dhamma}}Kitab [[Aṅguttaranikāya|Aṅguttara Nikāya]] menjelaskan syair berikut untuk merenungi {{Lang|pi|Dhamma}} (ajaran Buddha):
{{blockquote|''‘svākkhāto bhagavatā dhammo sandiṭṭhiko akāliko ehipassiko opaneyyiko paccattaṁ veditabbo viññūhī’ti.''{{br}}{{br}}"Dhamma telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Bhagavā, terlihat langsung, segera, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi [dalam batin masing-masing] oleh para bijaksana."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
Ajaran Sang Buddha (Dhamma) memiliki enam kualitas utama:
* '''{{Lang|pi|Svākkhāto}}''' ("telah sempurna dibabarkan"). Ajaran Buddha tidak dipandang sebagai filsafat spekulatif, melainkan pemaparan [[Niyāma|Hukum Alam]] yang berdasarkan analisis sebab-akibat fenomena alam. Oleh karena itu, ajaran Buddha dipandang oleh umat Buddha sebagai suatu ilmu pengetahuan, bukan sebatas sistem kepercayaan sektarian. [[Pariyatti, paṭipatti, paṭivedha|Pemahaman penuh]] ([[Bodhi|kecerahan]]) terhadap ajaran tersebut mungkin memerlukan waktu yang bervariasi, tetapi umat Buddha secara tradisional mengatakan bahwa jalan pembelajarannya "indah di awal (''[[Sila (Buddhisme)|sīla]]''; 'prinsip moral'), indah di pertengahan (''[[Samādhi (Buddhisme)|samādhi]]''; 'konsentrasi'), dan indah di akhir (''[[Kebijaksanaan (Buddhisme)|paññā]]''; 'kebijaksanaan')".{{Sfnp|Goenka|2003}}
* '''{{Lang|pi|Sandiṭṭhiko}}''' ("berada sangat dekat; dapat diperiksa"). Dhamma terbuka terhadap penyelidikan ilmiah dan jenis penyelidikan lainnya, dan tidak didasarkan semata-mata pada keyakinan, meskipun keyakinan awal diperlukan.{{Efn|The Buddha had in fact required that his teaching be scrutinised to see for oneself.
:"{{lang|pi|Thathagathappavedito bhikkave dhamma vinayo vivato virochathi, no patichchanto.}}"
Baris 89:
{{Anchor|Saṅghānussati|Sanghanussati|Perenungan terhadap Sangha}}Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair-syair berikut untuk merenungi Sangha:
{{blockquote|''‘suppaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, ujuppaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, ñāyappaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, sāmīcippaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, yadidaṁ cattāri purisayugāni aṭṭha purisapuggalā, esa bhagavato sāvakasaṅgho āhuneyyo pāhuneyyo dakkhiṇeyyo añjalikaraṇīyo anuttaraṁ puññakkhettaṁ lokassā’ti.''{{br}}{{br}}"Saṅgha para siswa Sang Bhagavā mempraktikkan jalan yang baik, mempraktikkan jalan yang lurus, mempraktikkan jalan yang benar, mempraktikkan jalan yang selayaknya; yaitu empat pasang makhluk, delapan jenis individu - Saṅgha para siswa Sang Bhagavā ini layak menerima [[Dāna|pemberian]], layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan [[Kebajikan (Buddhisme)|jasa]] yang tiada taranya di [[Loka (Buddhisme)|dunia]]."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
{{blockquote|''‘lābhā vata me, suladdhaṁ vata me, yassa me kalyāṇamittā anukampakā atthakāmā ovādakā anusāsakā’ti.''{{br}}{{br}}Sungguh suatu keberuntungan dan nasib baik bagiku bahwa aku memiliki teman-teman baik yang [[Karuna (Buddhisme)|berbelas kasihan]] padaku, yang menginginkan kebaikanku, yang menasihati dan mengajariku.|Nandiya Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.13){{sfnp|Sujato|2015}}}}
Berlatih dengan baik, atau berlatih dengan integritas, berarti berbagi apa yang telah dipelajari dengan orang lain.
Baris 98:
Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair berikut untuk mengingat kebajikan:
{{blockquote|''... attano sīlāni anussareyyāsi akhaṇḍāni acchiddāni asabalāni akammāsāni bhujissāni viññuppasatthāni aparāmaṭṭhāni samādhisaṁvattanikāni.''{{br}}{{br}}"
== Perenungan terhadap kedermawanan (''Cāgānussati'') ==
Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair berikut untuk merenungi kemurahan hati:
{{blockquote|''‘lābhā vata me, suladdhaṁ vata me, yohaṁ maccheramalapariyuṭṭhitāya pajāya vigatamalamaccherena cetasā agāraṁ ajjhāvasāmi muttacāgo payatapāṇi vossaggarato yācayogo dānasaṁvibhāgarato’ti.''{{br}}{{br}}"Sungguh suatu keberuntungan dan nasib baik bagiku bahwa dalam populasi yang dikuasai oleh [[Noda batin|noda]] [[Kekikiran (Buddhisme)|kekikiran]], aku berdiam di rumah dengan batin yang hampa dari noda kekikiran, dermawan dengan bebas, bertangan terbuka, bersenang dalam pelepasan, menekuni derma, bersenang dalam memberi dan berbagi."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
== Perenungan terhadap para dewa (''Devatānussati'') ==
Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair-syair berikut untuk merenungi [[Dewa (Buddhisme)|para dewa]]:
{{blockquote|''‘santi devā cātumahārājikā, santi devā tāvatiṁsā, santi devā yāmā, santi devā tusitā, santi devā nimmānaratino, santi devā paranimmitavasavattino, santi devā brahmakāyikā, santi devā tatuttari. Yathārūpāya saddhāya samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpā saddhā saṁvijjati. Yathārūpena sīlena samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpaṁ sīlaṁ saṁvijjati. Yathārūpena sutena samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpaṁ sutaṁ saṁvijjati. Yathārūpena cāgena samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpo cāgo saṁvijjati. Yathārūpāya paññāya samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpā paññā saṁvijjatī’ti.''{{br}}{{br}}Ada para [[Dewa (Buddhisme)|dewa]] [yang dipimpin oleh] [[Catur Maharaja Kayika|empat raja dewa]], para dewa [[Tāvatiṁsa]], para dewa [[Yāma]], para dewa [[Tusita]], para dewa yang bersenang dalam penciptaan, para dewa yang mengendalikan ciptaan para dewa lain, para dewa kumpulan [[Brahma (Buddhisme)|Brahmā]], dan para deva yang lebih tinggi daripada para deva ini. Dalam diriku juga terdapat keyakinan seperti yang dimiliki oleh para dewata itu yang karenanya, ketika mereka meninggal dunia dari sini, mereka [[Punarbawa|terlahir kembali]] di sana; dalam diriku juga terdapat [[Sila (Buddhisme)|perilaku bermoral]] … pembelajaran … kedermawanan … [[Kebijaksanaan (Buddhisme)|kebijaksanaan]] seperti yang dimiliki oleh para dewata itu yang karenanya, ketika mereka meninggal dunia dari sini, mereka terlahir kembali di sana.|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
{{blockquote|''‘yā devatā atikkammeva kabaḷīkārāhārabhakkhānaṁ devatānaṁ sahabyataṁ aññataraṁ manomayaṁ kāyaṁ upapannā, tā karaṇīyaṁ attano na samanupassanti katassa vā paticayaṁ’.''{{br}}{{br}}"Para [[Dewa (Buddhisme)|dewata]] itu yang telah [[Punarbawa|terlahir kembali]] dalam tubuh ciptaan-batin dalam kumpulan para dewa yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan tidak melihat apa pun dalam diri mereka yang masih harus dilakukan atau [apa pun yang perlu] ditingkatkan atas apa yang telah dilakukan, demikianlah para dewata itu yang telah terlahir kembali dalam tubuh ciptaan-batin dalam kumpulan para dewa yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan."|Nandiya Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.13){{sfnp|Sujato|2015}}}}
== Perenungan terhadap kematian (''{{Lang|pi|Maraṇānussati}}'') ==
{{Utama|Maraṇasati}}
{{Anchor|Maraṇānussati|Marananussati|Perenungan terhadap kematian}}Perenungan terhadap kematian (''{{Lang|pi|maraṇānussati}}'') atau perhatian-penuh terhadap kematian (''{{Lang|pi|maraṇasati}}'') dilakukan dengan merenungi kenyataan bahwa: "Kematianku pasti terjadi. Aku bisa mati kapan saja. Ketika mati, aku harus meninggalkan segalanya."<ref>{{Cite book|last=Vijjānanda|first=Handaka|date=2023|title=Mā Bhāyi: Jangan Takut|publisher=Ehipassiko Foundation|isbn=978-623-7449-10-2|editor-last=Dīpaloka|editor-first=Andreas|edition=2|pages=39|language=id|url-status=live}}</ref>
{{blockquote|<i>“Katamāni pañca?{{br}}
[1] ‘Jarādhammomhi, jaraṁ anatīto’ti ...{{
== Perenungan terhadap kedamaian ==
{{Utama|Nirwana}}
Perenungan terhadap kedamaian (''{{Lang|pi|upasamānussati}}'') merujuk pada perenungan terhadap sifat-sifat [[Nirwana]], seperti berakhirnya [[Penderitaan (Buddhisme)|penderitaan]] dan seterusnya.<ref>{{Cite book|last=Maha Thera|first=Narada|date=1987|url=https://archive.org/details/abhidhamma_201807|title=A Manual of Abhidhanmna: Orginal Pali Text with English Translation|location=Kuala Lumpur|publisher=Buddhist Missionary Society|isbn=967-9920-42-9|url-status=live}}</ref>
== Perenungan terhadap napas dan tubuh ==
{{Utama|Ānāpānasati|Ānāpānasati Sutta|Kāyagatāsati Sutta}}
Dua perenungan terakhir, yaitu [[Perhatian penuh (Buddhisme)|perhatian-penuh]] terhadap napas (''{{Lang|pi|[[ānāpānasati]]}}'') dan perhatian-penuh terhadap tubuh (''{{Lang|pi|[[kāyagatāsati]]}}'') dijelaskan dalam diskursus-diskursus (''sutta'') terkait di [[Tripitaka Pali]]:
* [[Ānāpānasati Sutta]] untuk penjelasan ''{{Lang|pi|[[ānāpānasati]]}}''
* [[Kāyagatāsati Sutta]] untuk penjelasan ''{{Lang|pi|kāyagatāsati}}''
== Lihat juga ==
* [[Kammaṭṭhāna]] (Objek Meditasi Theravāda)
* [[Dhammapada]] (syair 296 sampai 301)
* [[
* [[Patikulamanasikara]]
* [[Pelatihan bertahap]] (''Paṭipatti'')
Baris 161 ⟶ 172:
* [http://www.accesstoinsight.org/lib/study/recollections.html The Ten Recollections: A Study Guide], oleh Thanissaro Bhikkhu (1999).
{{Topik Buddhisme}}{{Meditasi}}
[[Kategori:Webarchive template wayback links]]
[[Kategori:Artikel mengandung aksara Han]]
|