Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 98:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentasepersentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.
Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah :
a) Memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
Baris 219:
PRAKTIKAN TEKNOLOGI BENIH DESA SUKA KARYA – L. LINGGAU
[[Berkas:Contoh.jpg--[[Pengguna:Herry A Situmorang|Herry A Situmorang]] ([[Pembicaraan Pengguna:Herry A Situmorang#top|bicara]]) 10:09, 12 Februari 2011 (UTC)--[[Pengguna:Herry A Situmorang|Herry A Situmorang]] ([[Pembicaraan Pengguna:Herry A Situmorang#top|bicara]]) 10:09, 12 Februari 2011 (UTC)]]
 
== LAPORAN HERBISIDA ==
 
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA
 
“HERBISIDA”
 
 
 
 
Oleh:
HERRY A SITUMORANG
05081001022
 
 
 
PROGRAM STUDI AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2010
 
BAB I
PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG
Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing (Jatmiko et al. 2002).
Gulma merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya atau keberadaannya tidak dikehendaki. Munculnya suatu jenis gulma di sekitar areal tanaman budidaya dapat dikendalikan dengan menggunakan bahan kimia yang dinamakan herbisida.
Herbisida adalah senyawa kimia peracun gulma, dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan tumbuhan tersebut. Sedangkan substansi pengatur tumbuhan adalah gugusan organik yang bukan nutrisi, dalam jumlah sedikit dapat menghambat atau memodifikasi proses fisiologis tumbuhan yang mungkin dapat pula berarti pemodifikasian pertumbuhan, herbisida translokasi, dan herbisida sistemik. Dalam klasifikasi herbisida dapat dibedakan :
1) Menurut waktu apilkasi.
2) Menurut cara kerja.
3) Menurut sifat bahan kimianya
Penggunaan salah satu jenis herbisida secara terus menerus dapat menyebabkan gulma menjadi resisten. Untuk menghindari hal tersebut, maka diusahakan mencampurkan dua jenis herbisida dalam mengendalikan gulma.
Berbagai bahan kimia dipandang mem-punyai prospek yang baik untuk mengendalikan gulma, akan tetapi efektif tidaknya suatu herbisida yang digunakan bergantung pada jenis dan dosis herbisida yang suatu diberikan serta besar kecilnya pengaruh lingkungan. Penggunaan herbisida sebagai pengendali gulma mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah gulma dapat dikendalikan dalam waktu yang relatif singkat dan mencakup areal yang luas. Lagi pula bahaya erosi dan kerusakan akar tanaman tidak perlu dikhawatirkan kareana gulma yang mati oleh herbisida menutupi permukaan tanah. Adapun dampak negatif penggunaan herbisida adalah merusak tanaman, karena itu penggunaannya harus hati-hati. Pemakaian yang salah dapat merugikan lingkungan, tanaman yang diusahakan bahkan manusia. Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit mengendali-kannya.
Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan aktif atau sama cara kerja) secara berulang-ulang dalam periode yang lama pada suatu areal maka ada dua kemungkinan masalah yang timbul pada areal tersebut; yaitu terjadi dominansi populasi gulma resisten-herbisida atau dominansi gulma toleran herbisida.
Pada suatu populasi gulma yang dikendalikan menggunakan satu jenis herbisida dengan hasil memuaskan, ada kemungkinan satu individu dari sekian juta individu yang diberi herbisida memiliki gen yang membuat individu tersebut kebal terhadap herbisida tersebut. Individu yang kebal tersebut tumbuh normal dan menghasilkan regenerasi, sejumlah individu yang juga tahan terhadap herbisida yang sama pada aplikasi herbisida berikutnya. Demikian seterusnya secara berulang-ulang, setiap pengaplikasian herbisida yang sama akan mematikan individu-individu yang sensitif dan meninggalkan individu-individu yang resisten. Jumlah individuindividu yang resisten tersebut pada suatu ketika menjadi signifikan dan menyebabkan kegagalan dalam pengendalian.
 
B . TUJUAN
1. Untuk mengetahui beberapa merek dagang dan bahan aktifnya suatu herbisida.
2. Untuk mengetahui takaran herbisida dalam aplikasi di lapangan dan diperuntukkan apa herbisida tersebut.
 
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
Muncul dan berkembangnya jenis-jenis gulma dalam suatu lahan pertanian selain di-pengaruhi oleh iklim, keadaan tanah dan sifat biologi jenis gulma sendiri, juga ditentukan oleh sistem pola tanam, pengolahan tanah dan cara pengendalian (Everaat, 1981). Sukman dan Yakub (1991), mengemukakan bahwa penggunaan herbisida pada suatu lahan sering menyebabkan perubahan species gulma yang lain menjadi dominan, misalnya pengendalian gulma Imperata cylindrica diikuti pertumbuhan Paspalum conjugatum.
Berbagai bahan kimia dipandang mem-punyai prospek yang baik untuk mengen-dalikan gulma, akan tetapi efektif tidaknya suatu herbisida yang digunakan bergantung pada jenis dan dosis herbisida yang suatu diberikan serta besar kecilnya pengaruh lingkungan (Akobundu, 1987).
Herbisida yaitu bahan kimia yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan normal bagi gulma. Herbisida dapat dikelompokkan berdasarkan : Cara kerja, pemakaian, mekanisme kerja dan srtktur kimia. Berdasarkan struktur kimianya herbisida dapat dikenal sebagai herbisida anorganik dan organik. NaCl, H2SO4 dan CuSO4 merupakan contoh herbisida anorganik. Sedangkan glifosat Melolakhlor dan Alakhlor merupakan contoh herbisida organik. Ada beberapa herbisida dengan merek dagang berbeda, tetapi bahan aktifnya sama yang membedakan adalah kandungan bahan aktif dalam kemasan atau persentase bahan aktif dalam formulasi misalnya Round Up, Polaris dengan bahan aktif Glyphosat. Ada juga bahan aktifnya sama tetapi merek dagangnya berbeda seperti bahan aktif 2.4 D dengan merek dagang DMAG, Herbasol, Basgran, Rilof.
Pengendalian secara khemis dilakukan dengan cara penyemprotan pada sepanjang strip sepanjang barisan tanaman. Dengan pengaplikasian herbisida maka gulma yang mati disekitar tanaman tidak terbongkar keluar sehingga bahaya erosi dapat ditekan sekecil mungkin disamping pekerjaan pengendalian dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih cepat dibanding dengan metoda lain seperti membabat dan mengikis.(petunjuk pemakaian herbisida,wikipedia.com)
Dalam klasifikasi ini dibedakan atas herbisida golongan anorganik dan golongan organik.
1. Herbisida anorganik.
Merupakan suatu herbisida yang tersusun secara anorganik, seperti CuSO4(gandum), natrium arsenat(herbisida selektif), natrium arsenit (perkebunan), natrium klorat, natrium metabolat, arsen trioksida(AS203), sebagai soil sterilant.
Ammonium sulfanat, akan memperpanjang masa dormansi sampai cadangan karbohidrat dan gula menjadi habis dan meyebabkan kematian. Ammonium sulfat, menyebabkan peningkatan nilai PH pada cairan tubuh tumbuhan yang terkena ammonium, yang menyebabkan tumbuhan cepat mati. Ammonium juga beracun pada protoplasma.sel. Ammonium tiosianat, menyebabkan racun pada sel tumbuhan, menghambat enzim katalase dan mengkaogulasikan protein. Kalsium sianamida dapat mengkoagulasikan protein sel. Tembaga sulfat, nitrat, dan fero sulfat, tembaga sulfat dapat melemahkan kerja dan menyebabkan protein mengendap.
2. Hebisida organik.
Merupakan suatu herbisida yang tersusun secara organik. Pada 1932 dikenal 3,5-dinitro-0-kresol atau DNOC. Perkembangan hebisida organik menjdi pesat setelah ditemukannya 2,4-D. Golongan herbisida ini ialah :minyak (aromaterapi polisiklik), alifatik (dalapon), amida (Alochor), arsenikal (MSMA), benzoat (dicamba), bipyrilium (paraquat), karbamat (prophan), dinitroanilin (trifluralin), nitril (dichlobenil) fenol (dinozeb) dan lain sebagainya.(jenis herbisida,google.com)
Pengendalian gulma dengan herbisida dapat menimbulkan terbentuknya populasi gulma resisten atau toleran herbisida. Peringatan kemungkinan resistensi akan muncul telah ada tidak lama setelah penemuan herbisida fenoksi 2,4-D.
Pemilihan herbisida yang sesuai untuk pengendalian gulma di pertanaman karet merupakan suatu hal yang sangat penting. Pemilihan dilakukan dengan memperhatikan daya efikasi herbisida terhadap gulma dan ada tidaknya titotoksisitas pada tanaman. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan meliputi keamanan terhadap lingkungan (organisme bukan sasaran), harga dan ketersediaan. (Nasution, 1986).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum acara kedua ini yaitu Pengenalan Herbisida dilakukan pada hari senin tanggal 11 Oktober 2010 pada pukul 15.00 sampai selesai di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Petrtanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Inderalaya, Sumatera Selatan.
 
B. BAHAN DAN ALAT
Bahan : Beberapa jenis herbisida
Alat :
1. Alat-alat tulis
 
C. CARA KERJA
Adapun cara kerja dari praktikum acara kedua ini yaitu :
1. Beberapa herbisida yang telah dipersiapkan, praktikan diharuskan memperhatikan dan mengamati semua herbisida yang ada.
2. Semua praktikan diharuskan mencatat apa saja yang tertera pada label herbisida yang ada seperti ; takaran (dosis), bahan aktif, merek dagang, formulasi dll.
3. Pekerjaan no.2 di ACC-kan petugas praktikum sebagai laporan sementara.
4. Laporan resmi akan dikumpulkan seminggu kemudian.
 
 
 
 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Nama herbisida : Para-col
Herbisida ini berbentuk larutan berwarna krem dan mengandung bahan aktif 2 macam, yaitu paraquat diklorida dan diuron. Cara kerja para-col adalah secara kontak dan dapat digunakan sebagai herbisida pratumbuh maupun pasca tumbuh.
Takaran : 1.5 – 3 l/ha
Bahan aktif : parakuat diklorida 276 g/l & diuron 200 g/l
Merek dagang : para-col
Formulasi : cair
Kegunaan : Membrantas gulma golongan berdaun lebar dan golongan
rumput dipertanaman karet, kelapa sawit, padi pasang
surut dan dipertanaman.
 
2. Nama herbisida : DMA6
Herbisida ini merupakan herbisida purna tumbuh yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma.
Takaran : Karet : 1.5 – 3 l/ha
Teh : 1.0 – 1.5 l/ha
Tebu : 1.0 – 2.0 l/ha
Padi : 1.0 – 2.5 l/ha
Bahan aktif : 2,4 D – dimetil amina 865 g/l
Merek dagang : DMA6
Formulasi : cair
Kegunaan : Mengendalikan gulma. berdaun lebar pada tanaman karet,
padi, tebu, teh, bisa juga digunakan untuk memberantas
teki yang tumbuh diantara tanaman padi.
 
3. Nama herbisida : Round-up
Merupakan herbisida berbentuk cairan, yang digunakan purna tumbuh.
Takaran : Karet dan kelapa sawit : 5 l/ha
Kelapa : 4 – 6 l/ha
Kopi dan cokelat : 2,5 – 3 l/ha
Teh : 2,5 l/ha
Cengkeh 5 – 6 l/ha
Bahan aktif : isopropil amina glifosat
Merek dagang : round-up
Formulasi : cair
Kegunaan : Dapat mengendalikan gulma berdaun lebar seperti
ageratum conyzoides, borreria alata, euparatorium
riparium, euphorbia hirta dan berbagai gulma yang
tumbuh dipertanaman karet, kelapa sawit, kopi, cokelat,
teh dan cengkeh.
 
4. Nama herbisida : Sidamin
Merupakan herbisida sistemik
Takaran : 1.5 – 3 l/ha
Bahan aktif : parakuat diklorida
Merek dagang : Sidamin
Formulasi : cair
Kegunaan : Merupakan herbisida sistemik, berguna dalam membrantas
gulma yang tumbuh pada areal tanaman padi atau karet.
 
5. Nama herbisida : Polaris
Merupakan herbisida kontak.
Takaran : 1.5 – 3 l/ha
Bahan aktif : parakuat diklorida
Merek dagang : Polaris
Formulasi : cair
Kegunaan : Membrantas gulma berdaun lebar dan golongan teki.
6. Nama herbisida : Gromoxone
Herbisida ini berbentuk larutan, penggunaan herbisida ini setelah gulma-gulma tersebut tumbuh baru dilakukan penyemprotan dan bekerja secara kontak.
Takaran : 1.5 – 3 l/ha
Bahan aktif : parakuat diklorida
Merek dagang : Gromoxone
Formulasi : cair
Kegunaan : Dapat membrantas alang-alang dan rumput pada karet,
rumput pada tanaman cokelat, gulma berdaun lebar
diantara tanaman kopi, rumput jelamparan dan
dipertanaman kapas dan karet.
 
7. Nama herbisida : Target
Merupakan herbisida berbentuk tepung berwarna putih kecoklatan dan bila dicampur dengan air akan membentuk suspensi.
Takaran : 16 – 18 kg/ha
Bahan aktif : usulam 25 % dan dalapon 38 %
Merek dagang : target
Formulasi : tepung
Kegunaan : Kegunaan herbisida ini mengendalikan alang-alang
(imperata cylindrica)
 
8. Nama herbisida : Ronstar
Herbisida ini berbentulk cairan yang dapat diemulsikan dalam air.
Takaran : untuk volume semprot 400 – 700 l/ha
Kedelai
Gulma berdaun lebar : 2 l/ha
Padi sawah
Gulma berdaun lebar : 1,5 – 2 l/ha
Bahan aktif : parakuat diklorida
Merek dagang : Ronstar
Formulasi : cair
Kegunaan : Merupakan herbisida pra tumbuh yang digunakan untuk
membunuh rumput sebelum rumput tersebut tumbuh.
 
9. Nama herbisida : Indamin
Merupakan herbisida sistemik.
Takaran : Padi 0.5 – 1,5 l/ha
Karet 0,5 – 2 l/ha
Bahan aktif : 2,4 D dimetil amina 865 g/l
Merek dagang : indamin
Formulasi : cair
Kegunaan : Kegunaan herbisida ini untuk membrantas gulma yang
tumbuh pada areal tanaman padi dan karet.
 
10. Nama herbisida : Lasso
Merupakan herbisida pra tumbuh yang berbentuk pekatan.
Takaran : alakhlor 480 g/l
Bahan aktif : parakuat diklorida
Merek dagang : Lasso
Formulasi : cair
Kegunaan : Herbisida ini dapat membrantas gulma jenis rerumputan
digitaria sanguinalis dan eleusine indica, dan gulma
berdaun lebar pada tanaman karet.
 
 
B. PEMBAHASAN
Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat mematikan ataupun menghambat pertumbuhan normal bagi gulma. Berdasarkan struktur kimianya herbisida dapat dikenal sebagai herbisida anorganik dan organik. NaCl, H2SO4 dan CuSO4 merupakan contoh herbisida anorganik. Sedangkan glifosat Melolakhlor dan Alakhlor merupakan contoh herbisida organik. Ada beberapa herbisida dengan merek dagang berbeda, tetapi bahan aktifnya sama yang membedakan adalah kandungan bahan aktif dalam kemasan atau persentase bahan aktif dalam formulasi misalnya Round Up, Polaris dengan bahan aktif Glyphosat.
Beberapa merek/jenis herbisida yang saya amati antara lain : Para-col,
DMA6, Round-up , Sidamin, Polaris, Gromoxone, Target, Ronstar, Indamin, Lasso.
Para-col :Herbisida ini berbentuk larutan berwarna krem dan mengandung bahan aktif 2 macam, yaitu paraquat diklorida dan diuron. Cara kerja para-col adalah secara kontak dan dapat digunakan sebagai herbisida pratumbuh maupun pasca tumbuh. DMA6 : Herbisida ini merupakan herbisida purna tumbuh yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma. Round-up : Merupakan herbisida berbentuk cairan, yang digunakan purna tumbuh. Sidamin : Merupakan herbisida sistemik. Polaris : Merupakan herbisida kontak. Gromoxone : Herbisida ini berbentuk larutan, penggunaan herbisida ini setelah gulma-gulma tersebut tumbuh baru dilakukan penyemprotan dan bekerja secara kontak. Target : Merupakan herbisida berbentuk tepung berwarna putih kecoklatan dan bila dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Ronstar : Herbisida ini berbentulk cairan yang dapat diemulsikan dalam air. Lasso : Merupakan herbisida pra tumbuh yang berbentuk pekatan. Indamin : Merupakan herbisida sistemik.
Penggunaan hebisida dalam penelitian tidak boleh menggunakan merek dagang, harus memakai bahan aktifnya. Dalam menggunakan herbisida tidak boleh sembarangan karena dapat berakibat negtif terhadap lingkungan maupun penggunanya. Oleh sebab itu sebelum menggunakan dibaca labelnya sehingga tidak membuat kesalahan dalam aplikasi dilapangan.
 
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma), jenis-jenis herbisida dapat dilihat berdasarkan sifat herbisida dan cara aplikasinya.
2. Herbisida yang selektif merupakan suatu herbisida yang sangat beracun untuk suatu jenis tumbuhan tertentu, akan tetapi tidak beracun untuk tumbuhan lainnya yang berbeda terutama familinya.
3. Sedangkan herbisida nonselektif merupakan herbisida yang beracun untuk setiap jenis tumbuhan.
4. Cara aplikasi berdasarkan waktu dibedakan menjadi herbisida pratanam, pascatanam, herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide).
5. Cara aplikasi menurut konsentrasi, waktu aplikasi dan volume semprot merupakan penentuan derajat keberhasilan pengendalian gulma.
6. Herbisida dikelompokkan berdasarkan cara kerja, mekanisme kerja, pemakaian dan struktur kimia.
 
B. Saran
Dalam praktikum pengenalan herbisida sebaiknya pengamatan dilakukan lebih teliti dalam pengamatan pada label jenis herbisda yang diamati dan lebih banyak hal yang diamati dan jenis herbisida yang digunakan lebih banyak lagi, agar praktikan lebih banyak mengenal jenis herbisida yang digunakan.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Everaats, A. P. 1981. Weed of Vegetation In The Highlands of Java. Horticultural Research Institute. Pasar Minggu. Jakarta.
 
Sukman, Y. dan Yakub. 1991. Gulma dan Teknis Pengendaliannya. Rajawali. Jakarta
Akobundu, I. O. 1987. Weed Science In The Tropics Principles and Practices. Wiley. Interscience Publication. New York.
Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di perkebunan karet Sumatera Utara
dan Aceh. PT. Gramedia, Jakarta, 269 hal.
 
Petunjuk Pemakaian Herbisida,wikipedia.com
Jenis Herbisida, google.com
 
 
[[Pengguna:Herry A Situmorang|Herry A Situmorang]] ([[Pembicaraan Pengguna:Herry A Situmorang#top|bicara]]) 10:37, 12 Februari 2011 (UTC)