Halo, Herry A Situmorang, selamat datang di Wikipedia bahasa Indonesia!
Memulai
Memulai
Memulai
  • Para pengguna baru dapat melihat Pengantar terlebih dahulu.
  • Anda bisa mengucapkan selamat datang kepada Wikipediawan lainnya di Halaman perkenalan
  • Bingung mulai menjelajah dari mana? Kunjungi Halaman sembarang
  • Untuk mencoba-coba menyunting, silakan gunakan bak pasir.
  • Baca juga Pancapilar sebelum melanjutkan. Ini adalah lima hal penting yang mendasari hari-hari Anda bersama Wikipedia di seluruh dunia.
Bantuan
Bantuan
Bantuan
  • Bantuan:Isi - tempat mencari informasi tentang berkontribusi di Wikipedia, sebelum bertanya kepada pengguna lain.
  • FAQ - pertanyaan yang sering diajukan tentang Wikipedia.
  • Portal:Komunitas - informasi aktivitas di Wikipedia.
Tips
Tips
Tips
Membuat kesalahan?
Membuat kesalahan?
Membuat kesalahan?
  • Jangan takut! Anda tidak perlu takut salah ketika menyunting atau membuat halaman baru, menambahkan atau menghapus kalimat.

    Pengurus dan para pengguna lainnya yang memantau perubahan terbaru akan segera menemukan kesalahan Anda dan mengembalikannya seperti semula.

Welcome! If you are not an Indonesian speaker, you may want to visit the Indonesian Wikipedia embassy or a slight info to find users speaking your language. Enjoy!
Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!
 tatasport  bicara  09:28, 12 Februari 2011 (UTC)

perbenihan desa sika karya, linggau

sunting

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH

“Perbenihan Didesa Suka Karya”



Oleh: HERRY A SITUMORANG 05081001022


PROGRAM STUDI AGRONOMI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan hutan tanaman, benih memainkan peranan yang sangat penting. Benih yang digunakan untuk pertanaman saat ini akan menentukan mutu tegakan yang akan dihasilkan dimasa mendatang. Dengan menggunakan benih yang mempunyai kualitas fisik fisiologis dan genetik yang baik merupakan cara yang strategis untuk menghasilkan tegakan yang berkualitas pula. Mendapatkan benih bermutu bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk memperoleh benih yang bermutu dan bagaimana teknik perkecambahannya.Kekuatan benih kalau dalam istilah biasanya disebut vigor, bisa dipilah atas dua macam kekuatan, ialah kekuatan benih untuk tumbuh di lapang dan untuk tetap berkekuatan selama disimpan sebelum ditanam, masing-masing disebut dengan istilah kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Benih yang baik sesudah varietasnya dilahirkan oleh para pemulia tanaman dengan keunggulan genetik tertentu, harus dijamin secara teknologi memiliki kekuatan sehingga petani yang menanamnya tidak dikecewakan. Ukurannya, kalau dalam kondisi suboptimum pun, baik di lapang produksi maupun selama disimpan, benih tetap memiliki kekuatan yang bisa dijamin prima. Kekuatan benih seperti itu sebenarnya harus sudah diupayakan sewaktu proses keunggulan varietas diciptakan. Karena itu sudah seyogyanya kalau di lembaga-lembaga penelitian atau di kalangan perguruan tinggi ada kerjasama yang tangguh antara para pemulia tanaman dan para teknologi benih. Dengan demikian, begitu varietas baru unggul dilahirkan sudah termasuk keunggulannya dalam kekuatan benih menghadapi berbagai kondisi sub optimum, baik di lapang produksi maupun penyimpanan yang harus bisa diyakinkan kepada petani oleh para teknolog benih.


B. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum lapangan yang diadakan di desa Suka Karya ini adalah untuk mengetahui cara – cara dan teknologi perbenihan yang ada didesa tersebut.











BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung persentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah : a) Memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan b) Membandingkan kualitas benih antar seed lot (kelompok benih) c) Menduga storabilitas (daya simpan) benih d) Memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang

   berlaku.

Pengujian daya berkecambah benih diperlukan untuk memberikan informasi kepada para produsen, pedagang dan pengguna mengenai nilai benih sebagai bahan tanam (planting value of seed ). Selama penyimpanan benih-benih dalam keadaan dormansi (tidur) dan pelu dilakukan perlakuan sebelum di kecambahkan. Benih dikatakan dormansi apabila benih itu sebenarnya hidup (viable) tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan dan periode dormansi ini dapat berlangsung semusim atau tahunan tergantung pada tipe dormansinya. Ada beberapa tipe dari dormansi dan kadang-kadang lebih dari satu tipe terjadi didalam benih yang sama. Tipe dari kejadian lingkungan yang dapat mematahkan dormansi tergantung pada tipe dormansi. Benih yang dorman dapat menguntungkan atau merugikan dalam penanganan benih. Keuntungannya benih yang dorman adalah dapat mencegah agar tidak berkecambah selama penyimpanan. Sesungguhya benih-benih yang tidak dorman seperti benih rekalsitran sagat sulit untuk ditangani, karena perkecambahan dapat terjadi selama pengangkutan atau penyimpanan sementara.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Adapun hasil yang didapat dari praktikum lapangan yang diadakan di desa Suka Karya ini antara lain : 1. Jenis tanaman yang dibudidayakan Adapun jenis tanaman yang dibudiyakan antara lain : - Kayu africa - Trembesu - Kayu putat - Trembesi - Kayu medang puyau - Bambang lanang - Kayu aren - Mahoni - Kayu gaharu - Pinang - Kayu ketapang - Durian - Kayu mindi - Kayu jati super

2. Media yang digunakan Adapun media yang digunakan yaitu berupa tanah, dan perkecambahan benih dengan menggunkan polybag.

3. Cara perbanyakan tanaman yang dibudidayakan  Generatif : yaitu dengan menggunakan biji  Gaharu : baru disuntik oleh dinas kehutanan untuk menambah wanginya.  Dijemur : untuk mematahkan dormansi (africa, putat, medang).

4. Permasalahan yang dihadapi dilapangan Adapun masalah yang dihadapi oleh petani didesa suka karya dalam kegiatan perbenihan ini antara lain : - Media : jenis tanah yang digunakan umumnya menjadi kendala, karena pada umumnya jenis tanah didesa tersebut kurang baik. - Cara pemeliharaan - Setelah dilakukannya pemeliharaan, dan pembibitan tapi tidak ada yang membeli (sehingga petani tersebut menjadi rugi). - Adanya pemindahan proyek yang lebih memilih untuk beralih ke CV ketimbang proyek pertanian.

5. Solusi dari masalah yang dihadapi Solusi yang dapat diberikan dalam kegiatan pembenihan didesa Suka Karya tersebut adalah dengan adanya perhatian khusus dari pemerintah sendiri untuk memajukan kegiatan pembenihan didesa tersebut, sehingga kegiatan tersebut dapat maju dan semakin berkembang. Selain itu dengan adanya bantuan dana akan sangat membantu para petani benih tersebut dalam menjalankan usahanya sehingga kegiatan tersebut tidak akan berpindah menjadi proyek CV atau proyek lainnya diluar proyek pertanian.








B. Pembahasan Desa Suka Karya merupakan salah satu desa yang berada didaerah Linggau dan yang diapit oleh empat bukit ini merupaka daerah yang indah dengan pemandangan dan air terjun sebagai sarana wisatanya. Desa ini dipimpin oleh kepala desa yang akti dalam kegiatan pelestarian lingkungan sehingga dalam pembenahan lingkungan desanya dapat dilakukan dengan sangat baik. Desa ini belum terlalu dipenuhi oleh banyak penduduk, malah masih tergolong sedikit, namun para penduduk ini dapat menunjukkan sikap yang ramah pada setiap pengunjung desa mereka. Dengan sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani dibidang pembenihan. Desa ini telah lama menjalani kegiatan pembenihan sebagai mata pencaharian mereka, namun belakangan ini para petani dari desa tersebut sudah banyak yang berpindah pekerjaan kesektor yang lain, banyak hal yang mendukung perpindahan mata pencaharian penduduk desa ini salah satu diantaranya adalah dengan banyaknya bidang lain yang masuk kedesa tersebut, misalnya sektor pembangunan yang mungkin menghasilkan uang yang lebih pasti, atau yang lain dikarenakan oleh pihak pemerintah yang kurang memberikan perhatian dalam kegiatan penduduk desa ini sehingga pada saat penjualan mereka kurang mendapatkan pembeli, sehingga benih mereka gagal jual yang mengakibatkan mereka menjadi rugi. Disamping oleh kurangnya perhatian pihak pemerintah pada kegiatan pertanian penduduk desa ini, hal utama yang mengakibatkan kegiatan pembenihan berbagai benih didesa ini kurang berkembang adalah dikarenakan oleh kurangnya bantuan dana dari pihak pemerintah juga sehingga dalam mengembangkan usaha atau kegiatan mereka ini menjadi terkendala. Selain daripada kendala – kendala tersebut kegiatan pembenihan desa ini juga mulai berkembang, hasil yang terlihat dari kegiatan ini adlah pada saat pengamatan telah banyak jenis benih yang ditanam dan telah menunjukkan hasil. Disamping itu sebagian pihak juga sudah mulai memperhatikan kegiatan ini antara lain, salah satu dinas kehutanan yang telah melakukan suntik pada salah satu jenis tanman yaitu Gaharu untuk menambah wanginya. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum lapangan teknologi benih yang dilaksanakan didesa Suka Karya ini adalah : 1. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani benih. 2. Kegiatan pembenihan penduduk desa ini sudah mengalami kemajuan. 3. Banyak kendala yang dihadapi oleh para petani benih desa ini dalam mempertahankan usaha/kegiatan ini. 4. Benih yang ditanaman berbagai macam tergantung tingkat kebutuhan pasar dan harga dari benih tersebut. 5. Dalam mengembangkan kegiatan pembenihan ini masyarakat/penduduk desa ini telah mendapat perhatian dari sebagian pihak yang peduli terhadap kegiatan ini, salah atu diantaranya adalah dari Dinas Kehutanan.


B. Saran Saran yang dapat diberikan adalah diharapkan pada pihak pemerintah setempat hendaknya memberika sedikit perhatian pada kegiatan pembenihan rakyat ini, sehingga dengan adanya perhatian dan bantuan dari pihak pemerintah ini maka kegiatan ini akan dapat maju dan berkembang menjadi lebih baik lagi. Dan untuk masyarakat setempat mau untuk mempertahan kan kegiatan pmbenihan rakyat ini sampai seterusnya.



DAFTAR PUSTAKA Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung. Anonim, 1998. pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Departemen Kehutanan Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Derektorat Jendral Tanaman Pangan. 2005. Evaluasi Kecambah Pengujian Daya Kecambah. Depok . Jawa barat Direktorat pembenihan tanaman hutan. 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik – Fisiologi Benih. Jakarta





LAMPIRAN GAMBAR.


     (Biji kayu africa)				(Hutan lindung desa Suka Karya)


     (Bibit tanaman salak)			      (Bibit tanaman durian)


(Bibit tanaman rambutan) (Bibit tanaman siap jual)


(Biji kayu Africa gagal berkecambah) (Biji kayu Africa)


(Tempat pembibitan rakyat) (Petani pemelihara benih)


  Kayu Gaharu yang telah mendapat suntikan untuk menambah wanginya




   PRAKTIKAN TEKNOLOGI BENIH DESA SUKA KARYA – L. LINGGAU

[[Berkas:Contoh.jpg--Herry A Situmorang (bicara) 10:09, 12 Februari 2011 (UTC)--Herry A Situmorang (bicara) 10:09, 12 Februari 2011 (UTC)]]

LAPORAN HERBISIDA

sunting

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA

“HERBISIDA”



Oleh: HERRY A SITUMORANG 05081001022


PROGRAM STUDI AGRONOMI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2010

BAB I PENDAHULUAN A . LATAR BELAKANG Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing (Jatmiko et al. 2002). Gulma merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya atau keberadaannya tidak dikehendaki. Munculnya suatu jenis gulma di sekitar areal tanaman budidaya dapat dikendalikan dengan menggunakan bahan kimia yang dinamakan herbisida. Herbisida adalah senyawa kimia peracun gulma, dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan tumbuhan tersebut. Sedangkan substansi pengatur tumbuhan adalah gugusan organik yang bukan nutrisi, dalam jumlah sedikit dapat menghambat atau memodifikasi proses fisiologis tumbuhan yang mungkin dapat pula berarti pemodifikasian pertumbuhan, herbisida translokasi, dan herbisida sistemik. Dalam klasifikasi herbisida dapat dibedakan : 1) Menurut waktu apilkasi. 2) Menurut cara kerja. 3) Menurut sifat bahan kimianya Penggunaan salah satu jenis herbisida secara terus menerus dapat menyebabkan gulma menjadi resisten. Untuk menghindari hal tersebut, maka diusahakan mencampurkan dua jenis herbisida dalam mengendalikan gulma. Berbagai bahan kimia dipandang mem-punyai prospek yang baik untuk mengendalikan gulma, akan tetapi efektif tidaknya suatu herbisida yang digunakan bergantung pada jenis dan dosis herbisida yang suatu diberikan serta besar kecilnya pengaruh lingkungan. Penggunaan herbisida sebagai pengendali gulma mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah gulma dapat dikendalikan dalam waktu yang relatif singkat dan mencakup areal yang luas. Lagi pula bahaya erosi dan kerusakan akar tanaman tidak perlu dikhawatirkan kareana gulma yang mati oleh herbisida menutupi permukaan tanah. Adapun dampak negatif penggunaan herbisida adalah merusak tanaman, karena itu penggunaannya harus hati-hati. Pemakaian yang salah dapat merugikan lingkungan, tanaman yang diusahakan bahkan manusia. Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit mengendali-kannya. Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan aktif atau sama cara kerja) secara berulang-ulang dalam periode yang lama pada suatu areal maka ada dua kemungkinan masalah yang timbul pada areal tersebut; yaitu terjadi dominansi populasi gulma resisten-herbisida atau dominansi gulma toleran herbisida. Pada suatu populasi gulma yang dikendalikan menggunakan satu jenis herbisida dengan hasil memuaskan, ada kemungkinan satu individu dari sekian juta individu yang diberi herbisida memiliki gen yang membuat individu tersebut kebal terhadap herbisida tersebut. Individu yang kebal tersebut tumbuh normal dan menghasilkan regenerasi, sejumlah individu yang juga tahan terhadap herbisida yang sama pada aplikasi herbisida berikutnya. Demikian seterusnya secara berulang-ulang, setiap pengaplikasian herbisida yang sama akan mematikan individu-individu yang sensitif dan meninggalkan individu-individu yang resisten. Jumlah individuindividu yang resisten tersebut pada suatu ketika menjadi signifikan dan menyebabkan kegagalan dalam pengendalian.

B . TUJUAN

           1. Untuk mengetahui beberapa merek dagang dan bahan aktifnya suatu    herbisida.
           2. Untuk mengetahui takaran herbisida dalam aplikasi di lapangan dan diperuntukkan apa herbisida tersebut.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Muncul dan berkembangnya jenis-jenis gulma dalam suatu lahan pertanian selain di-pengaruhi oleh iklim, keadaan tanah dan sifat biologi jenis gulma sendiri, juga ditentukan oleh sistem pola tanam, pengolahan tanah dan cara pengendalian (Everaat, 1981). Sukman dan Yakub (1991), mengemukakan bahwa penggunaan herbisida pada suatu lahan sering menyebabkan perubahan species gulma yang lain menjadi dominan, misalnya pengendalian gulma Imperata cylindrica diikuti pertumbuhan Paspalum conjugatum. Berbagai bahan kimia dipandang mem-punyai prospek yang baik untuk mengen-dalikan gulma, akan tetapi efektif tidaknya suatu herbisida yang digunakan bergantung pada jenis dan dosis herbisida yang suatu diberikan serta besar kecilnya pengaruh lingkungan (Akobundu, 1987). Herbisida yaitu bahan kimia yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan normal bagi gulma. Herbisida dapat dikelompokkan berdasarkan : Cara kerja, pemakaian, mekanisme kerja dan srtktur kimia. Berdasarkan struktur kimianya herbisida dapat dikenal sebagai herbisida anorganik dan organik. NaCl, H2SO4 dan CuSO4 merupakan contoh herbisida anorganik. Sedangkan glifosat Melolakhlor dan Alakhlor merupakan contoh herbisida organik. Ada beberapa herbisida dengan merek dagang berbeda, tetapi bahan aktifnya sama yang membedakan adalah kandungan bahan aktif dalam kemasan atau persentase bahan aktif dalam formulasi misalnya Round Up, Polaris dengan bahan aktif Glyphosat. Ada juga bahan aktifnya sama tetapi merek dagangnya berbeda seperti bahan aktif 2.4 D dengan merek dagang DMAG, Herbasol, Basgran, Rilof. Pengendalian secara khemis dilakukan dengan cara penyemprotan pada sepanjang strip sepanjang barisan tanaman. Dengan pengaplikasian herbisida maka gulma yang mati disekitar tanaman tidak terbongkar keluar sehingga bahaya erosi dapat ditekan sekecil mungkin disamping pekerjaan pengendalian dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih cepat dibanding dengan metoda lain seperti membabat dan mengikis.(petunjuk pemakaian herbisida,wikipedia.com) Dalam klasifikasi ini dibedakan atas herbisida golongan anorganik dan golongan organik. 1. Herbisida anorganik. Merupakan suatu herbisida yang tersusun secara anorganik, seperti CuSO4(gandum), natrium arsenat(herbisida selektif), natrium arsenit (perkebunan), natrium klorat, natrium metabolat, arsen trioksida(AS203), sebagai soil sterilant. Ammonium sulfanat, akan memperpanjang masa dormansi sampai cadangan karbohidrat dan gula menjadi habis dan meyebabkan kematian. Ammonium sulfat, menyebabkan peningkatan nilai PH pada cairan tubuh tumbuhan yang terkena ammonium, yang menyebabkan tumbuhan cepat mati. Ammonium juga beracun pada protoplasma.sel. Ammonium tiosianat, menyebabkan racun pada sel tumbuhan, menghambat enzim katalase dan mengkaogulasikan protein. Kalsium sianamida dapat mengkoagulasikan protein sel. Tembaga sulfat, nitrat, dan fero sulfat, tembaga sulfat dapat melemahkan kerja dan menyebabkan protein mengendap.

  2. Hebisida organik.

Merupakan suatu herbisida yang tersusun secara organik. Pada 1932 dikenal 3,5-dinitro-0-kresol atau DNOC. Perkembangan hebisida organik menjdi pesat setelah ditemukannya 2,4-D. Golongan herbisida ini ialah :minyak (aromaterapi polisiklik), alifatik (dalapon), amida (Alochor), arsenikal (MSMA), benzoat (dicamba), bipyrilium (paraquat), karbamat (prophan), dinitroanilin (trifluralin), nitril (dichlobenil) fenol (dinozeb) dan lain sebagainya.(jenis herbisida,google.com) Pengendalian gulma dengan herbisida dapat menimbulkan terbentuknya populasi gulma resisten atau toleran herbisida. Peringatan kemungkinan resistensi akan muncul telah ada tidak lama setelah penemuan herbisida fenoksi 2,4-D. Pemilihan herbisida yang sesuai untuk pengendalian gulma di pertanaman karet merupakan suatu hal yang sangat penting. Pemilihan dilakukan dengan memperhatikan daya efikasi herbisida terhadap gulma dan ada tidaknya titotoksisitas pada tanaman. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan meliputi keamanan terhadap lingkungan (organisme bukan sasaran), harga dan ketersediaan. (Nasution, 1986). BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM A. WAKTU DAN TEMPAT Praktikum acara kedua ini yaitu Pengenalan Herbisida dilakukan pada hari senin tanggal 11 Oktober 2010 pada pukul 15.00 sampai selesai di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Petrtanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Inderalaya, Sumatera Selatan.

B. BAHAN DAN ALAT Bahan : Beberapa jenis herbisida Alat : 1. Alat-alat tulis

C. CARA KERJA Adapun cara kerja dari praktikum acara kedua ini yaitu : 1. Beberapa herbisida yang telah dipersiapkan, praktikan diharuskan memperhatikan dan mengamati semua herbisida yang ada. 2. Semua praktikan diharuskan mencatat apa saja yang tertera pada label herbisida yang ada seperti ; takaran (dosis), bahan aktif, merek dagang, formulasi dll. 3. Pekerjaan no.2 di ACC-kan petugas praktikum sebagai laporan sementara. 4. Laporan resmi akan dikumpulkan seminggu kemudian.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nama herbisida : Para-col Herbisida ini berbentuk larutan berwarna krem dan mengandung bahan aktif 2 macam, yaitu paraquat diklorida dan diuron. Cara kerja para-col adalah secara kontak dan dapat digunakan sebagai herbisida pratumbuh maupun pasca tumbuh. Takaran  : 1.5 – 3 l/ha Bahan aktif  : parakuat diklorida 276 g/l & diuron 200 g/l Merek dagang  : para-col Formulasi  : cair

Kegunaan 	    : Membrantas gulma golongan berdaun lebar dan golongan
                             rumput dipertanaman karet, kelapa sawit, padi pasang 
                             surut dan dipertanaman.

2. Nama herbisida : DMA6 Herbisida ini merupakan herbisida purna tumbuh yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma. Takaran  : Karet : 1.5 – 3 l/ha Teh  : 1.0 – 1.5 l/ha Tebu  : 1.0 – 2.0 l/ha Padi  : 1.0 – 2.5 l/ha Bahan aktif  : 2,4 D – dimetil amina 865 g/l Merek dagang  : DMA6 Formulasi  : cair

Kegunaan 	    : Mengendalikan gulma. berdaun lebar pada tanaman karet, 

padi, tebu, teh, bisa juga digunakan untuk memberantas

                            teki yang tumbuh diantara tanaman padi.

3. Nama herbisida : Round-up Merupakan herbisida berbentuk cairan, yang digunakan purna tumbuh. Takaran  : Karet dan kelapa sawit : 5 l/ha Kelapa : 4 – 6 l/ha Kopi dan cokelat : 2,5 – 3 l/ha Teh : 2,5 l/ha Cengkeh 5 – 6 l/ha Bahan aktif  : isopropil amina glifosat Merek dagang  : round-up Formulasi  : cair Kegunaan  : Dapat mengendalikan gulma berdaun lebar seperti ageratum conyzoides, borreria alata, euparatorium riparium, euphorbia hirta dan berbagai gulma yang

     tumbuh dipertanaman karet, kelapa sawit, kopi, cokelat, 
     teh dan  cengkeh.

4. Nama herbisida : Sidamin Merupakan herbisida sistemik Takaran  : 1.5 – 3 l/ha Bahan aktif  : parakuat diklorida Merek dagang  : Sidamin Formulasi  : cair Kegunaan  : Merupakan herbisida sistemik, berguna dalam membrantas gulma yang tumbuh pada areal tanaman padi atau karet.

5. Nama herbisida : Polaris Merupakan herbisida kontak. Takaran  : 1.5 – 3 l/ha Bahan aktif  : parakuat diklorida Merek dagang  : Polaris Formulasi  : cair Kegunaan  : Membrantas gulma berdaun lebar dan golongan teki. 6. Nama herbisida : Gromoxone Herbisida ini berbentuk larutan, penggunaan herbisida ini setelah gulma-gulma tersebut tumbuh baru dilakukan penyemprotan dan bekerja secara kontak. Takaran  : 1.5 – 3 l/ha Bahan aktif  : parakuat diklorida Merek dagang  : Gromoxone Formulasi  : cair Kegunaan  : Dapat membrantas alang-alang dan rumput pada karet, rumput pada tanaman cokelat, gulma berdaun lebar

      diantara tanaman kopi, rumput jelamparan dan 

dipertanaman kapas dan karet.

7. Nama herbisida : Target Merupakan herbisida berbentuk tepung berwarna putih kecoklatan dan bila dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Takaran  : 16 – 18 kg/ha Bahan aktif  : usulam 25 % dan dalapon 38 % Merek dagang  : target Formulasi  : tepung Kegunaan  : Kegunaan herbisida ini mengendalikan alang-alang (imperata cylindrica)

8. Nama herbisida : Ronstar Herbisida ini berbentulk cairan yang dapat diemulsikan dalam air. Takaran  : untuk volume semprot 400 – 700 l/ha

   Kedelai
    Gulma berdaun lebar : 2  l/ha
    Padi sawah
    Gulma berdaun lebar : 1,5 – 2 l/ha

Bahan aktif  : parakuat diklorida Merek dagang  : Ronstar Formulasi  : cair Kegunaan  : Merupakan herbisida pra tumbuh yang digunakan untuk

     membunuh rumput sebelum rumput tersebut tumbuh.

9. Nama herbisida : Indamin Merupakan herbisida sistemik. Takaran  : Padi 0.5 – 1,5 l/ha Karet 0,5 – 2 l/ha Bahan aktif  : 2,4 D dimetil amina 865 g/l Merek dagang  : indamin Formulasi  : cair Kegunaan  : Kegunaan herbisida ini untuk membrantas gulma yang tumbuh pada areal tanaman padi dan karet.

10. Nama herbisida : Lasso Merupakan herbisida pra tumbuh yang berbentuk pekatan. Takaran  : alakhlor 480 g/l Bahan aktif  : parakuat diklorida Merek dagang  : Lasso Formulasi  : cair Kegunaan  : Herbisida ini dapat membrantas gulma jenis rerumputan

      digitaria sanguinalis dan eleusine indica, dan gulma 

berdaun lebar pada tanaman karet.


B. PEMBAHASAN Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat mematikan ataupun menghambat pertumbuhan normal bagi gulma. Berdasarkan struktur kimianya herbisida dapat dikenal sebagai herbisida anorganik dan organik. NaCl, H2SO4 dan CuSO4 merupakan contoh herbisida anorganik. Sedangkan glifosat Melolakhlor dan Alakhlor merupakan contoh herbisida organik. Ada beberapa herbisida dengan merek dagang berbeda, tetapi bahan aktifnya sama yang membedakan adalah kandungan bahan aktif dalam kemasan atau persentase bahan aktif dalam formulasi misalnya Round Up, Polaris dengan bahan aktif Glyphosat.

 	Beberapa merek/jenis herbisida yang saya amati antara lain : Para-col, 

DMA6, Round-up , Sidamin, Polaris, Gromoxone, Target, Ronstar, Indamin, Lasso. Para-col :Herbisida ini berbentuk larutan berwarna krem dan mengandung bahan aktif 2 macam, yaitu paraquat diklorida dan diuron. Cara kerja para-col adalah secara kontak dan dapat digunakan sebagai herbisida pratumbuh maupun pasca tumbuh. DMA6 : Herbisida ini merupakan herbisida purna tumbuh yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma. Round-up : Merupakan herbisida berbentuk cairan, yang digunakan purna tumbuh. Sidamin : Merupakan herbisida sistemik. Polaris : Merupakan herbisida kontak. Gromoxone : Herbisida ini berbentuk larutan, penggunaan herbisida ini setelah gulma-gulma tersebut tumbuh baru dilakukan penyemprotan dan bekerja secara kontak. Target : Merupakan herbisida berbentuk tepung berwarna putih kecoklatan dan bila dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Ronstar : Herbisida ini berbentulk cairan yang dapat diemulsikan dalam air. Lasso : Merupakan herbisida pra tumbuh yang berbentuk pekatan. Indamin : Merupakan herbisida sistemik. Penggunaan hebisida dalam penelitian tidak boleh menggunakan merek dagang, harus memakai bahan aktifnya. Dalam menggunakan herbisida tidak boleh sembarangan karena dapat berakibat negtif terhadap lingkungan maupun penggunanya. Oleh sebab itu sebelum menggunakan dibaca labelnya sehingga tidak membuat kesalahan dalam aplikasi dilapangan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma), jenis-jenis herbisida dapat dilihat berdasarkan sifat herbisida dan cara aplikasinya. 2. Herbisida yang selektif merupakan suatu herbisida yang sangat beracun untuk suatu jenis tumbuhan tertentu, akan tetapi tidak beracun untuk tumbuhan lainnya yang berbeda terutama familinya. 3. Sedangkan herbisida nonselektif merupakan herbisida yang beracun untuk setiap jenis tumbuhan. 4. Cara aplikasi berdasarkan waktu dibedakan menjadi herbisida pratanam, pascatanam, herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide). 5. Cara aplikasi menurut konsentrasi, waktu aplikasi dan volume semprot merupakan penentuan derajat keberhasilan pengendalian gulma. 6. Herbisida dikelompokkan berdasarkan cara kerja, mekanisme kerja, pemakaian dan struktur kimia.

B. Saran Dalam praktikum pengenalan herbisida sebaiknya pengamatan dilakukan lebih teliti dalam pengamatan pada label jenis herbisda yang diamati dan lebih banyak hal yang diamati dan jenis herbisida yang digunakan lebih banyak lagi, agar praktikan lebih banyak mengenal jenis herbisida yang digunakan.


DAFTAR PUSTAKA Everaats, A. P. 1981. Weed of Vegetation In The Highlands of Java. Horticultural Research Institute. Pasar Minggu. Jakarta.

Sukman, Y. dan Yakub. 1991. Gulma dan Teknis Pengendaliannya. Rajawali. Jakarta Akobundu, I. O. 1987. Weed Science In The Tropics Principles and Practices. Wiley. Interscience Publication. New York. Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di perkebunan karet Sumatera Utara

        dan Aceh. PT. Gramedia, Jakarta, 269 hal.

Petunjuk Pemakaian Herbisida,wikipedia.com Jenis Herbisida, google.com


                                                              Herry A Situmorang (bicara) 10:37, 12 Februari 2011 (UTC)