Kerajaan Janggala: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Epermana (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Nusantara1945 (bicara) ke revisi terakhir oleh Turmadan
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(175 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{no footnotes}}
{{Kegunaanlain|jenggala}}
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Kerajaan Janggala
| common_name = Janggala
| continent = Asia
| region = Southeast Asia
| country = Indonesia
| religion = [[Kejawen]],= [[Hinduisme]], [[Buddhisme]], [[Animisme]]
| p1 = =Kerajaan Kahuripan
| s1 = Kerajaan Kadiri
| year_start = 10451042
| year_end = 11361135
| date_start =
| date_end =
| event_start = [[Airlangga]] membagi [[Kerajaan Kahuripan]]=
|event_end event1 = RuntuhDibagi darioleh [[Kerajaan KadiriAirlangga]] dandari bergabung[[Kerajaan lagiKahuripan|Medang menjadi satuKahuripan]]
|image_flag date_event1 = 1042
| event_end = Ditaklukkan oleh [[Jayabaya]] dan menjadi bagian [[Panjalu|kerajaan Kadiri]]
|image_coat =
|symbol_type image_flag =
|image_map image_coat = Kediri Kingdom id.svg=
| symbol_type =
|image_map_caption = Kerajaan Janggala dan Panjalu (Kediri), kemudian bersatu menjadi Kerajaan Kediri
|capital image_map = KahuripanKediri Kingdom id.svg
| image_map_caption = Letak wilayah Janggala (ibukota [[Kahuripan]]) dan Panjalu (ibukota [[Daha]]) kemudian bersatu menjadi Kerajaan [[Kadiri|Panjalu]]/Kadiri
|common_languages = [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]], [[Sansekerta]]
|government_type capital = [[MonarkiKahuripan]]<br>(1042 - 1135)
| common_languages = [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]], [[Sansekerta]]
|title_leader = Raja
|leader1 government_type = [[Mapanji GarasakanMonarki]]
|year_leader1 title_leader = 1044-1052Sri/Maharaja
|leader2 leader1 = [[AlanjungMapanji AhyesGarasakan]]
|year_leader2 year_leader1 = 10521042 -1059 1052
|leader3 leader2 = [[SamarotsahaAlanjung Ahyes]]
|year_leader3 year_leader2 = 10591052 -? 1059
|currency leader3 = Koin emas dan= perak[[Samarotsaha]]
|footnotes year_leader3 = 1059 - ?
| currency = Koin emas dan perak
| today = {{flag|Indonesia}}
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
'''Kerajaan Janggala''' atau '''Kerajaan Jenggala''' adalah salah satu dari dua pecahan kerajaan yang dipimpin oleh [[Airlangga]] dari [[Wangsa Isyana]]. Kerajaan ini berdiri tahun 1042, dan berakhir sekitar tahun 1130-an. Lokasi pusat kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di wilayah [[Kabupaten Sidoarjo]], [[Jawa Timur]].
'''Kerajaan Janggala''' ({{lang-jv|ꦏꦼꦫꦗꦄꦤ꧀ꦗꦁꦒꦭ}}) adalah sebuah [[Monarki|kerajaan]] [[Hindu]]-[[Buddhisme|Buddha]] yang terdapat di [[Jawa]] [[Jawa Timur|Timur]], [[Indonesia]], antara tahun [[1042]] dan berakhir disekitar tahun [[1135]]-an. Wilayah Jenggala membentang dari [[Mojokerto]] hingga [[Banyuwangi]], yang saat ini menjadi pusat wilayah kebudayaan wetanan. Janggala Merupakan salah satu kerajaan hasil pembelahan yang juga didirikan oleh [[Airlangga]]. Kerajaan ini dipimpin oleh [[wangsa Isyana]]. Lokasi pusat kerajaan diperkirakan sekarang berada di wilayah [[Porong, Sidoarjo]].<ref>https://www.britannica.com/place/Janggala</ref>
 
== Etimologi ==
{{Main|Prasasti Kamalagyan}}
Nama Janggala diperkirakan berasal kata "Hujung Galuh", atau disebut "Jung-ya-lu" berdasarkan catatan China. Hujung Galuh terletak di daerah muara sungai [[Brantas]] yang diperkirakan kini menjadi bagian kota [[Surabaya]]. Kota ini merupakan pelabuhan penting sejak zaman kerajaan Kahuripan, Janggala, Kediri, Singhasari, hingga Majapahit. Pada masa kerajaan Singhasari dan Majapahit pelabuhan ini kembali disebut sebagai Hujung Galuh.
Nama Janggala diperkirakan berasal kata "Hujung Galuh", atau disebut "Jung-ya-lu" berdasarkan catatan China tahun 1225, buku ''[[Zhu fan zhi]]'' yang ditulis oleh [[Zhao Rugua]].<ref name="ReferenceA">F. Hirth and W.W. Rockhill, Chau Ju-kua, St Petersburg, 1911</ref> Pada masa Kerajaan Medang, dan Kahuripan, Hujung Galuh dikenal sebagai pelabuhan, kemungkinan terletak di daerah [[Canggu, Jetis, Mojokerto]]. Sumber otentik yang dapat dipakai sebagai dasar acuan. Yakni [[Prasasti Kamalagyan]]. Prasasti Kamalagyan adalah sebuah prasasti yang dibuat Airlangga pada tahun 959 Saka atau 1037 M.
 
Dengan berjalannya waktu, hingga Raja Airlangga membagi dua kerajaannya, sebutan daerah Hujung Galuh yang terletak di daerah aliran [[Sungai Brantas]] meluas, mencakup wilayah [[Mojokerto]], [[Lamongan]], [[Surabaya]], [[Sidoarjo]] hingga [[Pasuruan]], hingga bagian timur kerajaan Kahuripan, yang kemudian disebut wilayah "Jenggala", dengan menjadikan [[Kali Mas]] dan [[Kali Porong]] sebagai pintu gerbang Kerajaan pada saat itu.
== Pembagian Kerajaan oleh Airlangga ==
Pusat pemerintahan Janggala terletak di [[Kahuripan]]. Menurut prasasti Terep, kota [[Kahuripan]] didirikan oleh [[Airlangga]] tahun 1032, karena ibu kota yang lama, yaitu Watan Mas direbut seorang musuh wanita.
 
Pada masa kerajaan Kadiri, Singhasari dan Majapahit, daerah kali porong, Sidoarjo, kembali disebut Kahuripan dan pelabuhan yang berada di Kali Mas, Surabaya, tetap bernama Hujung Galuh. Pelabuhan di daerah Surabaya ini akhirnya menjadi pelabuhan penting sejak zaman kerajaan Singhasari, Majapahit hingga Hindia Belanda.
Berdasarkan prasasti Pamwatan dan ''[[Serat Calon Arang]]'', pada tahun 1042 pusat pemerintahan [[Airlangga]] sudah pindah ke [[Daha]]. Tidak diketahui dengan pasti mengapa [[Airlangga]] meninggalkan [[Kahuripan]].
 
== Berdirinya kerajaan Janggala ==
Pada tahun 1042 itu pula, [[Airlangga]] turun takhta. Putri mahkotanya yang bernama [[Sanggramawijaya Tunggadewi]] lebih dulu memilih kehidupan sebagai pertapa, sehingga timbul perebutan kekuasaan antara kedua putra [[Airlangga]] yang lain, yaitu [[Sri Samarawijaya]] dan [[Mapanji Garasakan]].
 
Pusat pemerintahan Janggala terletak di [[Kahuripan]]. Menurut [[prasasti Terep]], kota [[Kahuripan]] (''kahuripan i bhumi janggala'') didirikan oleh [[Airlangga]] tahun 1032, karena satu tahun sebelumnya 1031, ibu kota lama yaitu "Watan Mas" ([[Wotanmas Jedong, Ngoro, Mojokerto]]) dihancurkan seorang musuh wanita, yaitu Ratu Dyah Tulodong, yang merupakan salah satu raja Kerajaan Lodoyong (sekarang wilayah [[Tulungagung]], [[Jawa Timur]])
Akhir November 1042, [[Airlangga]] terpaksa membagi dua wilayah kerajaannya. [[Sri Samarawijaya]] mendapatkan [[Kerajaan Kadiri]] di sebelah barat yang berpusat di kota baru, yaitu [[Daha]]. Sedangkan [[Mapanji Garasakan]] mendapatkan Kerajaan Janggala di sebelah timur yang berpusat di kota lama, yaitu [[Kahuripan]].
 
Berdasarkan [[prasasti Pamwatan]] dan ''[[Serat Calon Arang]]'', pada tahun 1042 pusat pemerintahan [[Airlangga]] sudah pindah ke ibukota baru yaitu [[Daha]] wilayah Panjalu.
== Raja-Raja Janggala ==
Pembagian kerajaan sepeninggal [[Airlangga]] terkesan sia-sia, karena antara kedua putranya tetap saja terlibat perang saudara untuk saling menguasai.
 
Pada tahun 1042 itu pula, [[Airlangga]] turun takhta. Putri mahkotanya yang bernama [[Sanggramawijaya Tunggadewi]] memilih kehidupan sebagai pertapa, sehingga timbul perebutan kekuasaan antara kedua putra [[Airlangga]] yang lain, yaitu [[Sri Samarawijaya]] dan [[Mapanji Garasakan]].
Pada awal berdirinya, Kerajaan Janggala lebih banyak meninggalkan bukti sejarah daripada [[Kerajaan Kadiri]]. Beberapa orang raja yang diketahui memerintah Janggala antara lain:
# [[Mapanji Garasakan]], berdasarkan prasasti Turun Hyang II (1044), prasasti Kambang Putih, dan prasasti Malenga (1052).
# [[Alanjung Ahyes]], berdasarkan prasasti Banjaran (1052).
# [[Samarotsaha]], berdasarkan prasasti Sumengka (1059).
 
=== AkhirPembagian Kerajaan Janggalaoleh Airlangga ===
Akhir November 1042, [[Airlangga]] terpaksa membagi dua wilayah kerajaannya. [[Sri Samarawijaya]] menjadi Raja wilayah [[Kerajaan Kadiri|Panjalu]], di sebelah barat, yang berpusat di ibukota baru, yaitu [[Daha]]. Sedangkan [[Mapanji Garasakan]] menjadi Raja wilayah Janggala di sebelah timur, yang berpusat di ibukota lama, yaitu [[Kahuripan]].
Meskipun raja Janggala yang sudah diketahui namanya hanya tiga orang saja, namun kerajaan ini mampu bertahan dalam persaingan sampai kurang lebih 90 tahun lamanya. Menurut prasasti Ngantang (1135), Kerajaan Janggala akhirnya ditaklukkan oleh [[Sri Jayabhaya]] raja [[Kadiri]], dengan semboyannya yang terkenal, yaitu ''Panjalu Jayati'', atau ''Kadiri Menang''.
 
Menurut ''[[Nagarakretagama]]'', sebelum dibelah menjadi dua (kerajaan Janggala dan Panjalu), [[Airlangga]] memindahkan ibukota kerajaan ke [[Daha]] wilayah Panjalu. Sebelum pembelahan kerajaan, kerajaan pimpinan Airlangga bernama [[kerajaan Kahuripan|Medang Kahuripan]] atau disebut juga [[Kerajaan Kahuripan]].<ref name=":1">{{Cite book|last=Wignjosoebroto|first=Wiranto|url=https://books.google.com/books?id=kKpgEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA27&dq=medang+koripan&hl=en|title=MENCARI JEJAK KAHURIPAN; Kerajaan Hindu Tertua dan Terlama di Tanah Jawa|publisher=Penerbit K-Media|isbn=978-602-6287-19-9|language=id}}</ref>
Sejak saat itu Janggala menjadi bawahan [[Kadiri]]. Menurut ''[[Kakawin Smaradahana]]'', raja [[Kadiri]] yang bernama [[Sri Kameswara]], yang memerintah sekitar tahun 1182-1194, memiliki permaisuri seorang putri Janggala bernama '''Kirana'''.
 
:<blockquote>... 1. Nahan tatwanikaɳ kamal/ widita deniɳ sampradaya sthiti, mwaɳ çri pañjalunatha riɳ daha te- (122a) wekniɳ yawabhumy/ apalih, çri airlanghya sirandani ryyasihiran/ panak/ ri saɳ rwa prabhu, ...</blockquote>
== Janggala sebagai Bawahan Majapahit ==
Setelah [[Kadiri]] ditaklukkan [[Singhasari]] tahun 1222, dan selanjutnya oleh [[Majapahit]] tahun 1293, secara otomatis Janggala pun ikut dikuasai.
 
:<blockquote>... 1. Demikian sejarah Kamal menurut tutur yang dipercaya, Dan Sri Nata Panjalu di Daha, waktu bumi Jawa dibelah, Karena cinta raja Airlangga kepada dua puteranya, ...<br>— (''Kakawin Nagarakretagama'', ''Pupuh 68'').</blockquote>
Pada zaman [[Majapahit]] nama [[Kahuripan]] lebih populer daripada Janggala, sebagaimana nama [[Daha]] lebih populer daripada [[Kadiri]]. Meskipun demikian, pada prasasti Trailokyapuri (1486), [[Girindrawardhana]] raja [[Majapahit]] saat itu menyebut dirinya sebagai penguasa ''Wilwatikta-Janggala-Kadiri''.
 
Setelah turun takhta, [[Airlangga]] menjalani hidup sebagai pertapa sampai meninggal sekitar tahun 1049. Menurut ''[[Serat Calon Arang]]'' ia kemudian bergelar ''Resi Erlangga Jatiningrat'', sedangkan menurut [[Babad Tanah Jawi]] ia bergelar ''Resi Gentayu''. Namun yang paling dapat dipercaya adalah [[prasasti Gandhakuti]] (1042) yang menyebut gelar kependetaan Airlangga adalah ''Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana''.
 
== Perkembangan kerajaan ==
Perkembangan kerajaan Janggala sepeninggal [[Airlangga]] dipenuhi oleh Perang saudara, antara Janggala melawan [[Kadiri|Panjalu]]. Mula-mula kemenangan berada di pihak Janggala.
 
Pada tahun 1044, berdasarkan [[Prasasti Turun Hyang]], Mapanji Garasakan memenangkan pertempuran melawan Panjalu, karena para pemuka desa Turun Hyang setia membantu Janggala melawan [[Kadiri|Panjalu]].
 
Pada tahun 1050, berdasarkan [[Prasasti Kambang Putih]], Raja Sri Mapanji Garasakan mempertahankan istana dari pasukan Kambang Putih yang menyerang Istana Kerajaan Janggala. Kambang Putih (sekarang daerah [[Tuban]]) merupakan wilayah kekuasaan [[Kerajaan Kadiri|kerajaan Panjalu]].
 
Pada tahun 1052, berdasarkan [[Prasasti Malenga]], Mapanji Garasakan mengalahkan '''Aji Linggajaya''' raja Tanjung. Aji Linggajaya ini merupakan raja bawahan Panjalu.
 
Pada tahun 1052, berdasarkan [[Prasasti Banjaran]], Janggala di serang oleh musuh dari [[Kadiri]] yang berhasil menyingkirkan [[Mapanji Garasakan]] dan keluarganya keluar dari ibukota Janggala. Raja Janggala kedua, [[Alanjung Ahyes]] melarikan diri ke hutan "Marsma" untuk menyusun kekuatan, ia kemudian berhasil merebut kembali ibukota Janggala berkat bantuan para pemuka desa Banjaran.<ref>{{Cite web|date=2021-04-09|title=Jayati Seni ing Tlatah Jenggala {{!}} beritajatim.com|url=https://beritajatim.com/sorotan/jayati-seni-ing-tlatah-jenggala/|website=beritajatim.com|language=en-US|access-date=2021-12-29}}</ref>
 
Pada tahun 1053, berdasarkan [[Prasasti Garaman]], Mapanji Garasakan mengalahkan '''Aji Panjalu''' dari [[Kadiri]] dibantu oleh pasukan dari desa Garaman.<ref>http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156408.pdf</ref>
 
Pada tahun 1059, berdasarkan [[Prasasti Sumengka]], Raja ketiga Janggala, [[Samarotsaha]], dibantu para pemuka desa Sumengka, memperbaiki saluran air peninggalan '''[[Airlangga]]''' yang dimakamkan di ''tirtha'' atau pemandian ([[Petirtaan Belahan]]).
 
== Raja - raja Janggala ==
Pada awal berdirinya, Kerajaan Janggala merupakan Pecahan dari Kerajaan Medang Kahuripan yang dipimpin [[Airlangga]] raja raja yang diketahui memerintah Janggala yaitu:
# [[Mapanji Garasakan]], berdasarkan [[prasasti Turun Hyang]] II (1044), [[prasasti Kambang Putih]], dan [[prasasti Malenga]] (1052).
# Sri Mapanji [[Alanjung Ahyes]], berdasarkan [[prasasti Banjaran]] (1052).
# Sri [[Samarotsaha]], berdasarkan [[prasasti Sumengka]] (1059).
# Sri [[Sri Jayamerta|Jayamertha]] ,berdasarkan prasasti Sukun ( 1161)
# Putri Candhra Kirana (Putri dari Jayamerta/ Istri Raja Kertajaya Panjalu/Kediri)
 
kerajaan ini mampu bertahan dalam kurun waktu kurang lebih 90 tahun lamanya. Lalu kerajaan ini dilanjutkan Oleh [[Ken Arok]] / Sang Girinatha Putra Sebagai Trah Keturunan Jenggala dari Raja Sri Jayamerta Girindratama Girinatha wiswarupa.Lalu Ken Arok Mendirikan kerajaan [[Kerajaan Singasari|Singosari]].
 
== Akhir kerajaan Janggala ==
 
Pada tahun 1194 menurut [[Prasasti Sukun|prasasti sukun]], sempat Kerajaan Jenggala dipimpin [[Sri Jayamerta]] ,Lalu memerintah Ken Arok Menaklukan kerajaan Panjalu Kediri pimpinan Raja Kertajaya, dalam hal ini yang terlibat adalah Ken Arok sebagai Putra dari Sri Jayamerta, Ken Arok Merebut wilayah Malang dari pengaruh Kediri.
 
== Janggala sebagai bawahan Majapahit ==
Setelah [[Kadiri]] ditaklukkan [[Singhasari]] tahun 1222, dan selanjutnya diteruskan oleh [[Majapahit]] tahun 1293, secara otomatis Janggala pun ikut dikuasai Majapahit.
 
Pada zaman [[Majapahit]] nama [[Kahuripan]] lebih populer daripada Janggala, sebagaimana nama [[Daha]] lebih populer daripada [[Panjalu]]. Meskipun demikian, pada prasasti Trailokyapuri (1486), [[Girindrawardhana]] raja [[Majapahit]] saat itu menyebut dirinya sebagai penguasa ''Wilwatikta-Janggala-Kadiri''.
 
=== Bhre Kahuripan ===
# [[Tribhuwana Wijayatunggadewi|Tribhuwana]] [[1309]]-[[1328]], [[1350]]-[[1375]] [[Pararaton]].27:18,19; 29:32 [[Naakretagama|Nagarakertagamanegarakertagama]].2:2
# [[Hayam Wuruk]] [[1334]]-[[1350]] [[Prasasti Tribhuwana]]
# [[Wikramawardhana]] [[1375]]-[[1389]] [[Suma Oriental]](?)
# [[Surawardhani]] [[1389]]-[[1400]] [[Pararaton]].29:23,26; 30:37
# [[Ratnapangkaja]] [[1400]]-[[1446]] Pararaton .30:5,6; 31:35
# [[Rajasawardhana]] [[1447]]-[[1451]] Pararaton.32:11; [[Prasasti Waringin Pitu]]
# [[Samarawijaya]] [[1451]]-[[1478]] Pararaton .32:23
 
== Situs budaya Janggala ==
*'''Candi Prada''', Dusun Reno Pencil, [[Kabupaten Sidoarjo]]. (Candi Prada berada di dusun Reno Pencil kabupaten Sidoarjo, namun sayang sekali candi tersebut telah dirusak oleh penduduk di tahun 1965. Sangat disayangkan peninggalan candi Prada ini sudah tidak ada karena rusak)
*'''Situs tumpukan batu bata''', [[Urangagung, Sidoarjo, Sidoarjo|Urang Agung]], [[Kabupaten Sidoarjo]]. (situs bersejarah di area persawahan desa Urang Agung, Sidoarjo yang di duga peninggalan kerajaan jenggala. Situs bersejarah yang ditemukan berupa tumpukan batu bata yang menyerupai tangga dengan luas sekitar 4 m2. Situs bersejarah peninggalan kerajaan jenggala tersebut pertamakali ditemukan oleh salah seorang penduduk desa di area sawah saat sedang menggali)
*'''Situs Sumur Kuno''', [[Pepe, Sedati, Sidoarjo|Pepe Tambak]], [[Kabupaten Sidoarjo]].
*[[Prasasti Terep]] (1032 M)
*[[Prasasti Turun Hyang]] (1044 M), di daerah [[Kemlagi, Mojokerto]].
*[[Prasasti Kambang Putih]] (1050 M), di daerah [[Kabupaten Tuban]].
*[[Prasasti Malenga]] (1052 M), di daerah [[Banjararum, Rengel, Tuban]].
*[[Prasasti Banjaran]] (1052 M)
*[[Prasasti Garaman]] (1053 M)
*[[Prasasti Sumengka]] (1059 M)
 
Peninggalan kerajaan Jenggala memang sangat terbatas, malah hampir tidak dikenali. Dengan terbatasnya peninggalan dari kerajaan jenggala, informasi mengenai kerajaan ini pun masih belum bisa menyeluruh.
 
== Janggala dalam karya sastra ==
 
Menurut ''[[Kakawin Smaradahana]]'', raja [[Kadiri]] yang bernama [[Sri Kameswara]], yang memerintah sekitar tahun 1182-1194, memiliki permaisuri seorang putri Janggala bernama '''Kirana'''.
 
== Janggala dalam Karya Sastra ==
Adanya Kerajaan Janggala juga muncul dalam ''[[Nagarakretagama]]'' yang ditulis tahun 1365. Kemudian muncul pula dalam naskah-naskah sastra yang berkembang pada zaman kerajaan-kerajaan [[Islam]] di [[Jawa]], misalnya ''[[Babad Tanah Jawi]]'' dan ''Serat Pranitiradya''.
 
Dalam naskah-naskah tersebut, raja pertama Janggala bernama '''Lembu Amiluhur''', putra Resi Gentayu alias [[Airlangga]]. Lembu Amiluhur ini juga bergelar Jayanegara. Ia digantikan putranya yang bernama [['''Panji Asmarabangun]]''', yang bergelar Prabu Suryawisesa.
 
[['''Panji Asmarabangun]]''' inilah yang sangat terkenal dalam kisah-kisah Panji. Istrinya bernama Galuh Candrakirana dari [[KediriKadiri]]. Dalam pementasan [[Ketoprak]], tokoh Panji setelah menjadi raja Janggala juga sering disebut [[Sri Kameswara]]. Hal ini jelas berlawanan dengan berita dalam [[Smaradahana]] yang menyebut [[Sri Kameswara]] adalah raja [[Kadiri]], dan Kirana adalah putri Janggala.
 
Selanjutnya, [['''Panji Asmarabangun]]''' digantikan putranya yang bernama Kuda Laleyan, bergelar Prabu Surya Amiluhur. Baru dua tahun bertakhta, Kerajaan Janggala tenggelam oleh bencana [[banjir]]. Surya Amiluhur terpaksa pindah ke barat mendirikan [[Kerajaan Pajajaran]].
 
Tokoh Surya Amiluhur inilah yang kemudian menurunkan Jaka Sesuruh, pendiri [[Majapahit]] versi dongeng. Itulah sedikit kisah tentang Kerajaan Janggala versi babad dan serat yang kebenarannya sulit dibuktikan dengan fakta sejarah.
 
== KepustakaanDaftar pustaka ==
* [[Andjar Any]]. 1989. ''Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon''. Semarang: Aneka Ilmu
* ''Babad Tanah Jawi''. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
* Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.
* [[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara
* [[Prasasti Sukun]] Malang
 
== Referensi ==
{{Kerajaan di Jawa}}
 
[[Kategori:Kerajaan Janggala| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Janggala]]
[[Kategori:Kerajaan di Jawa|Janggala]]
[[Kategori:Kerajaan di Jawa Timur|Janggala]]