Sarwo Edhie Wibowo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(127 revisi perantara oleh 73 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan}}
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix = =
|name = Sarwo Edhie Wibowo
|honorific-suffix =
|image = SarwoediSarwo Edhie Wibowo, Irian Barat dari Masa ke Masa, p155-156.jpg
|order office = 4[[Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan]]
|office term_start = PangdamMei Trikora1973
|term_startterm_end = [[2 Juli]]= Mei [[1968]]1978
|term_end = [[20 Februari]] [[1970]]
|president = [[Soeharto]]
|predecessor = [[R.Leonardus BintoroBenyamin Moerdani]]<br/><small>''Pejabat Duta Besar''</small>
|successor = [[AcubKaharuddin ZaenalNasution]]
|office2 = [[Kategori:Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih|Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih]]
|order2 = 5
|term_start2 = 2 Juli 1968
|office2 = Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus|Danjen Kopassus
|term_start2term_end2 = 196420 Februari 1970
|term_end2president2 = 1967[[Soeharto]]
|predecessor2 = [[MungR. ParahadimulyoBintoro]]
|successor2 = [[WidjoyoAcub SuyonoZaenal]]
|office4 = Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus{{!}}Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat
|order4 = ke-5
|term_start4 = 1964
|order2 term_end4 = 51967
|predecessor4 = [[Mung Parhadimulyo]]
|successor4 = [[Widjoyo Suyono]]
|office3 = [[Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan|Panglima Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan]]
|term_start3 = 25 Juni 1967
|term_end3 = 2 Juli 1968
|predecessor3 = [[Sobiran]]
|successor3 = [[Leo Lopulisa]]
|birth_date = {{Birth date|1925|7|25}}
|birth_place = {{negara|Hindia Belanda}} [[KabupatenPangenjuru Tengah, Purworejo, Purworejo|Pangenjuru]], [[Purworejo]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1989|11|9|1925|7|25}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Kota Jakarta|Jakarta]], [[Indonesia]]
|nationality = [[{{flag|Indonesia]]}}
|spouse = Ny. Sunarti Sri Hadiyah
|relations =
|children = {{unbulleted list|1. Wijiasih Cahyasasi<br|2. />Wrahasti Cendrawasih<br|3. />[[Kristiani Herrawati]]<br|4. />Mastuti Rahayu<br|5. />[[Pramono Edhie Wibowo|Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo]]<br|6. Retno Cahyaningtyas|7. />[[Hartanto Edhie Wibowo]]}}
|relations = {{unbulleted list|1. [[Susilo Bambang Yudhoyono|Jenderal TNI Susilo Bambang Yudhoyono]] (menantu)|2. [[Erwin Sujono|Letjen TNI Erwin Sujono]] (menantu)|3. [[Hadi Utomo|Kolonel Inf Hadi Utomo]] (menantu)}}
|allegiance = {{flag|Indonesia}}
|occupation = Tentara
|branch = [[Berkas:Lambang TNI AD.png|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
|allegiance = {{unbulleted list|{{flag|Kekaisaran Jepang}} (1942—1945)|{{flag|Indonesia}} (1945—1975)}}
|serviceyears = 1942 - 1975
|branch = [[Berkas:LambangInsignia TNIof ADthe Indonesian Army.pngsvg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
|serviceyears = 1942 - 19751942—1975
|rank = [[Berkas:Pdu letjendtni staf.png|25px]] [[Letnan Jenderal TNI]]
|unit = [[Infanteri]] ([[Kopassus|RPKAD]])
}}
'''[[Letnan Jenderal]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) Sarwo Edhie Wibowo''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Purworejo|Purworejo]], [[Jawa Tengah]]|25|7|1925|[[Jakarta]]|9|11|1989}}) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia adalah ayah dari [[Kristiani Herrawati]], [[Ibu Negara Indonesia|ibu negara Republik Indonesia]] dan istri dari Presiden Republik Indonesia ke-6, [[Susilo Bambang Yudhoyono]]. Ia juga ayah dari mantan [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|KSAD]], [[Pramono Edhie Wibowo]]. Ia memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan Pemberontakan [[Gerakan 30 September]] dalam posisinya sebagai panglima [[RPKAD]] (atau disebut [[Kopassus]] pada saat ini). Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua [[Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila|BP-7]] Pusat, Duta besar Indonesia untuk [[Korea Selatan]] serta menjadi Gubernur [[AKABRI]].
 
'''[[Letnan Jenderal]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) '''Sarwo Edhie Wibowo''' ({{lahirmati|[[KabupatenPangenjuru Tengah, Purworejo, Purworejo|Pangenjuru]], [[Purworejo]], [[Jawa Tengah]]|25|7|1925|[[Jakarta]]|9|11|1989}}) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia adalah ayah dari [[Kristiani Herrawati]], [[Ibu Negara Indonesia|ibu negara Republik Indonesia]], danyang merupakan istri dari Presiden Republik Indonesia ke-6 Republik Indonesia, [[Susilo Bambang Yudhoyono]]. Ia juga ayah dari mantan [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|KSAD]], [[Pramono Edhie Wibowo]]. Ia memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan Pemberontakan [[Gerakan 30 September]] dalam posisinya sebagai panglima [[RPKAD]] (atau disebut [[Kopassus]] pada saat ini). Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua [[Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila|BP-7]] Pusat, Duta besar Indonesia untuk [[Korea Selatan]] serta menjadi Gubernur [[AKABRI]].
== Awal kehidupan ==
 
== Awal kehidupan ==
Sarwo Edhie lahir di [[Purworejo]], [[Jawa Tengah]] berasal dari keluarga [[PNS]] bekerja untuk [[Imperium Belanda|Pemerintah Kolonial Belanda]]. Sebagai seorang anak, ia belajar [[silat]] sebagai bentuk pertahanan diri. Saat ia tumbuh, Sarwo Edhie membentuk kekaguman terhadap [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang|Tentara Jepang]] dan kemenangan mereka melawan Pasukan [[Sekutu]] yang ditempatkan di Pasifik dan Asia.
Ia lahir pada tanggal 25 Juli 1927 di [[Pangenjuru Tengah, Purworejo, Purworejo|Desa Pangenjuru]], [[Purworejo, Purworejo|Purworejo]] dari Pasangan Raden Kartowilogo dan Raden Ayu Sutini berasal dari keluarga [[PNS]] bekerja untuk [[Imperium Belanda|Pemerintah Kolonial Belanda]]. dan kemudian diberi nama Edhie. Namun karena sering sakit sakitan sesuai dengan adat Jawa, nama Edhie pundi ditambah Dengan Sarwo. Dan akhirnya namanya menjadi Sarwo Edhie, bahkan setelah menikah namanya menjadi Sarwo Edhie Wibowo. Sesuai pesan ayahnya, dengan harapan kelak ia memiliki kewibawaan. Meski berdarah bangsawan. Edhie tak segan-segan mengikuti permainan anak desa. Orangtuanya tidak pernah mengajarkan perbedaan kedudukan dengan orang lain. Sebagai seorang anak, ia belajar [[silat]] sebagai bentuk pertahanan diri. Saat ia tumbuh, Sarwo Edhie membentuk kekaguman terhadap [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang|Tentara Jepang]] dan kemenangan mereka melawan Pasukan [[Sekutu]] yang ditempatkan di Pasifik dan Asia.
 
Pada tahun 1942, ketika Jepang menguasai Indonesia, Sarwo Edhie pergi ke [[Surabaya]] untuk mendaftarkan diri sebagai prajurit [[Pembela Tanah Air]] ([[PETA]]), yang merupakan kekuatan tambahan Jepang yang terdiri dari tentara Indonesia.
Baris 47 ⟶ 58:
=== Karier hingga 1965 ===
 
Karier Sarwo Edhie di ABRI, dia pernah menjadi Komandan Batalion di [[Kodam IV/Diponegoro|Divisi Diponegoro]] (1945-19511945—1951), Komandan Resimen Divisi Diponegoro (1951-19531951—1953), Wakil Komandan Resimen di [[Akademi Militer Nasional]] (1959-19611959—1961), Kepala Staf Resimen Pasukan Komando (RPKAD) (1962-19641962—1964), dan Komandan RPKAD (1964-19671964—1967).
 
RPKAD adalah usaha Indonesia untuk menciptakan sebuah unit pasukan khusus (yang kemudian akan menjadi [[Kopassus]]) dan pengangkatan Sarwo Edhie sebagai komandan unit elit ini berkat Ahmad Yani. Pada tahun 1964, Yani telah menjadi [[Kepala Staf Angkatan Darat]] dan menginginkan seseorang yang bisa dia percaya sebagai Komandan RPKAD.<ref>{{cite book|last= Djarot|first= Eros|authorlink=Eros Djarot|coauthorslast2= et al.|title= Siapa Sebenarnya Soeharto: Fakta dan Kesaksian Para Pelaku Sejarah G-30-S PKI|year= 2006|edition= 1|publisher= PT Agromedia Pustaka|location= Tangerang|language= Indonesia|page= 63}}</ref>
 
=== Menumpas Gerakan G30S ===
Baris 66 ⟶ 77:
 
=== Transisi dari Orde Lama ke Orde Baru ===
Setelah mengambil alih Pangkalan Udara Halim, Sarwo Edhie bergabung dengan SuhartoSoeharto karena keduanya dipanggil ke [[Bogor]] oleh Presiden [[Soekarno]]. Sementara SuhartoSoeharto diperingatkan oleh Soekarno karena mengabaikan perintahnya, Sarwo Edhie terkejut dengan ketidakpekaan Soekarno dengan kematian enam Jenderal. Sarwo Edhi bertanya "Di mana para Jenderal?", Sukarno menjawab "Bukankah ini hal yang normal dalam revolusi?".<ref>{{cite book|last= Dake|first= Antonie C.A|title= Sukarno File: Kronologi Suatu Keruntuhan|year= 2005|edition= 4th|publisher= Aksara Karunia|location= Jakarta|language= Indonesian|page= 194}}</ref>
 
Pada tanggal 4 Oktober 1965, pasukan Sarwo Edhie memimpin penggalian dari mayat para jenderal dari sumur [[Lubang Buaya]].
 
Pada tanggal 16 Oktober 1965, SuhartoSoeharto diangkat menjadi [[KSAD|Panglima Angkatan Darat]] oleh Soekarno. Pada saat itu, [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) telah dituduh sebagai penyebab dari G30S dan sentimen anti-Komunis telah membangun cukup untuk mendapatkan momentum. Sarwo Edhie diberi tugas melenyapkan anggota PKI di lahan subur komunis di [[Jawa Tengah]]. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pembunuhan massal yang keji pada bulan Oktober-Desember 1965 di [[Jawa]], [[Bali]], dan beberapa bagian dari [[SumateraSumatra]].
 
Ada banyak perkiraan mengenai jumlah orang yang tewas selama berbulan-bulan. Jumlah perkiraan awal sedikitnya setengah juta orang dan satu juta orang paling banyak menjadi korban.<ref>{{cite book|last = Hughes|first = John|title = The End of Sukarno: A Coup That Misfired A Purge That Ran Wild|publisher = Archipelago Press|year = 2002|location = Singapore|isbn = 981-4068-65-9|page = 194 }}</ref> Pada bulan Desember 1965, angka yang diberikan kepada Soekarno adalah 78.000 meskipun setelah ia jatuh, hal itu direvisi menjadi 780.000. Angka 78.000 itu adalah sebuah cara untuk menyembunyikan jumlah korban tewas dari Soekarno.<ref name="Hughes 2002 195">{{cite book|last = Hughes|first = John|title = The End of Sukarno: A Coup That Misfired A Purge That Ran Wild|publisher = Archipelago Press|year = 2002|location = Singapore|isbn = 981-4068-65-9|page = 195 }}</ref> Spekulasi terus berlanjut sepanjang tahun, mulai dari 60.000 sampai 1.000.000. Meskipun konsensus tampaknya telah menetapkan sekitar 400.000 jiwa.<ref name="Hughes 2002 195"/> Akhirnya, pada tahun 1989, sebelum kematiannya, Sarwo Edhie memberi pengakuan kepada anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR) bahwa 3 juta orang<ref>[http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=17 : Kolektif Info Coup d'etat 65 :. - Dokumen<!-- Bot generated title -->]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> tewas dalam pertumpahan darah ini.
 
Pada awal tahun 1966, sentimen anti-Komunis dikombinasikan dengan tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan Soekarno mulai kehilangan popularitasnya di mata Rakyat. Saat itu terjadi protes anti-Soekarno, yang dipimpin oleh gerakan pemuda seperti dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia ([[KAMI]]). Pada 10 Januari 1966, KAMI mengeluarkan [[Tritura|tiga tuntutan]] kepada Soekarno. Mereka ingin PKI harus dilarang, simpatisan PKI dalam Kabinet ditangkap, dan harga-harga harus diturunkan.
 
SuhartoSoeharto menyadari pentingnya dalam menyelaraskan Angkatan Darat dengan para pengunjuk rasa. Selama bulan-bulan pertama tahun 1966, Sarwo Edhie bersama-sama dengan Kepala Staf Kostrad, [[Kemal Idris]] aktif menyelenggarakan dan mendukung protes sementara membuat nama untuk dirinya sendiri di antara para pengunjuk rasa KAMI dalam proses.<ref>{{cite book|last= Elson|first= Robert|title= Suharto: A Political Biography|year= 2001|publisher= The Press Syndicate of the University of Cambridge|location= UK|language=|isbn=0-521-77326-1|page= 130}}</ref> Pada 26 Februari 1966, KAMI secara resmi dilarang oleh Soekarno tetapi dengan dorongan dari Sarwo Edhie dan Kemal mereka masih terus memprotes. Dalam menunjukkan solidaritas dengan mahasiswa, Sarwo Edhie terdaftar di [[Universitas Indonesia]].<ref>{{cite book|last= Elson|first= Robert|title= Suharto: A Political Biography|year= 2001|publisher= The Press Syndicate of the University of Cambridge|location= UK|language=|isbn=0-521-77326-1|page= 134}}</ref>
 
Meskipun ia tumbuh menjadi lawan politik terbesar Soekarno, SuhartoSoeharto, seorang tradisionalis Jawa yang kuat, selalu berhati-hati untuk menghindari menantang SukarnoSoekarno secara langsung. Namun pada Maret 1966, ia siap untuk memaksa Soekarno. Pada awal bulan, ia memerintahkan RPKAD untuk menangkap simpatisan PKI dalam kabinet Soekarno. Suharto berubah pikiran di menit terakhir, berpikir bahwa keamanan Soekarno mungkin dapat dikompromikan. Namun, itu sudah terlambat untuk menarik perintah.
 
Pada pagi hari 11 Maret 1966, pada saat rapat kabinet di mana Soeharto tidak hadir, Sarwo Edhie dan pasukannya mengepung [[Istana Presiden]] tanpa identifikasi. Soekarno, takut dirinya dievakuasi ke Bogor. Kemudian dipada hari itu juga ia mentransfer kekuasaan eksekutifnya kepada SuhartoSoeharto melalui surat yang disebut [[Supersemar]].
 
Pada tahun 1967, Sarwo Edhie dipindahkan ke SumateraSumatra dan menjadi Panglima [[Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan|Kodam II/Bukit Barisan]]. Di SumateraSumatra, Sarwo Edhie lanjut melemahkan kekuasaan Soekarno dengan melarang [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI) di seluruh pulau.
<!--
===Orde Baru===
Sarwo Edhie dukungan tegas dengan Soeharto sebagai yang terakhir mulai membuat bergerak untuk naik ke Kepresidenan. Factionally berbicara Namun, Sarwo Edhie milik faksi dijuluki oleh para ahli sebagai "Orde Baru Radikal". Bersama dengan [[Kemal Idris]] dan [[Kodam VI / Siliwangi]] Komandan [[Hartono Rekso Dharsono]], Sarwo Edhie ingin partai-partai politik harus dibongkar dan diganti dengan kelompok-kelompok non-ideologis yang menekankan pembangunan dan modernisasi.
-->
 
=== Penentuan Pendapat Rakyat ===
 
Baris 99 ⟶ 111:
Ketika Soeharto didirikan [[Pancasila Indonesia |pancasila]] sebagai Ideologi Nasional pada tahun 1984, Sarwo Edhie ditugaskan dari proses indoktrinasi setelah ditunjuk Ketua Badan Pengawas Pelaksanaan Pedoman Pemahaman dan Praktik Pancasila (BP-7 ) Dia terpilih untuk [[Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR) pada tahun 1987 dan mengundurkan diri dari posisinya pada tahun 1988 sebagai protes [[Sudharmono]] nominasi 's kepada Wakil Kepresidenan.
-->
 
== Kehidupan pribadi ==
Sarwo Edhie menikah dengan Sunarti Sri Hadiyah binti Danu Sunarto, mereka mempunyai 7 anak: Wijiasih Cahyasasi, Wrahasti Cendrawasih, [[Kristiani Herrawati]], Mastuti Rahayu, [[Pramono Edhie Wibowo]], Retno Cahyaningtyas dan [[Hartanto Edhie Wibowo]]. [[Susilo Bambang Yudhoyono]], kelak presidenPresiden keenam Republik Indonesia, adalah menantunya yang menikah dengan [[Kristiani Herrawati]].
 
==Meninggal Dunia==
Sarwo Edhie meninggal pada 9 November 1989 pada usia 64 tahun karena penyebab alami. Ia dimakamkan di daerah asalnya di tempat pemakaman keluarga Purworejo tepatnya di Kampung Ngupasan, Kelurahan [[Pangenjurutengah, Purworejo, Purworejo|Pangenjurutengah]], [[Purworejo]], [[Jawa Tengah]].<ref>[{{Cite web |url=http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/2288-jenderal-brilian-dan-jujur |title=Biografi Sarwo Edhie Wibowo] |access-date=2014-07-23 |archive-date=2014-01-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140128074055/http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/2288-jenderal-brilian-dan-jujur |dead-url=yes }}</ref>
 
==Riwayat Referensi Jabatan==
* Komandan Batalion Divisi Diponegoro (1945-1951)
* Komandan Resimen Divisi Diponegoro (1951-1953)
* Wakil Komandan Resimen AMN (1959-1961)
* Wadan RPKAD (1962-1964)
* Komandan RPKAD (1964-1967)
* Pangdam II/Bukit Barisan (1967-1968)
* Pangdam XVII/Tjenderawasih (1968-1970)
* Gubernur AKABRI (1970-1974)
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
== Pranala luar ==
{{portal|Indonesia}}
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/282-ensiklopedi/2287-sarwo-edhie-wibowo Sarwo Edhie Wibowo (1925-1989) Jenderal Brilian dan Jujur] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131004074837/http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/282-ensiklopedi/2287-sarwo-edhie-wibowo |date=2013-10-04 }}
 
{{kotak mulai}}
{{Ss-mil}}
{{kotak suksesi
| jabatan = [[Komando Daerah Militer XVII/Trikora#Pejabat Pangdam|Pangdam Trikora]]
| tahun = 1968—1970
| pendahulu = [[R. Bintoro]]
| pengganti = [[Acub Zaenal]]
}}
{{kotak suksesi
|office2 jabatan = [[Komandan JenderalJendral Komando Pasukan Khusus|Danjen Kopassus]]
| tahun = 1964—1967
| pendahulu = [[Mung Parhadimulyo]]
| pengganti = [[Widjoyo Suyono]]
}}
{{Ss-enddip}}
{{kotak suksesi
| jabatan = [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan|Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan]]
| tahun = 1974—1978
| pendahulu = [[Leonardus Benyamin Moerdani]]<br/>''Pejabat Duta Besar''
| pengganti = [[Kaharuddin Nasution]]
}}
{{kotak selesai}}
 
{{S-start}}
{{S-mil}}
{{Succession box |jabatan = [[Komando Daerah Militer XVII/Trikora#Pejabat Pangdam|Pangdam Trikora]] |years = [[2 Juli]] [[1968]] - [[20 Februari]] [[1970]] |before = [[R. Bintoro]] |after = [[Acub Zaenal]] }}
{{Succession box |jabatan = [[Komandan Jendral Komando Pasukan Khusus|Danjen Kopassus]] |tahun = 1964 - 1967 |pendahulu = [[Mung Parahadimulyo]] |pengganti = [[Widjoyo Suyono]]}}
{{S-end}}
{{Susilo Bambang Yudhoyono |state=collapsed}}
{{Authority control}}
{{Normdaten}}
{{DEFAULTSORT:Wibowo, Sarwo, Edhie}}
 
{{DEFAULTSORT:Wibowo, Sarwo, Edhie}}
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih]]
[[Kategori:Anggota Pembela Tanah Air]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan]]
[[Kategori:Tokoh Jawa TengahKopassus]]
[[Kategori:Komandan Jenderal Kopassus]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih]]
[[Kategori:Susilo Bambang Yudhoyono]]
[[Kategori:Tokoh dari Purworejo]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:SusiloTokoh BambangJawa YudhoyonoTengah]]
[[Kategori:Tokoh Orde Baru]]