Bidah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
←Mengalihkan ke Bid'ah
Tag: Pengalihan baru
 
(86 revisi perantara oleh 39 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
#Alih[[bid'ah]]
{{Underlinked|date=April 2016}}
{{cakupan}}
 
'''Bid'ah''' ([[Bahasa Arab|Arab]]:<font size=4>بدعة</font>) adalah perbuatan yang dikerjakan tidak menurut contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi ketetapan yang tidak sesuai dengan syariat islam.<ref>[http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php/ Bidah dalam KamusBesarBahasaIndonesia.go.id]</ref> Secara [[linguistik]], istilah ini memiliki arti inovasi, pembaruan, atau doktrin sesat.<ref>Wehr, Hans (1994). Arabic-English Dictionary. Spoken Language Services, Inc.. pp. 57.</ref>
 
== Pengertian Bid'ah ==
 
=== '''Definisi Secara Bahasa''' ===
Bid’ah secara bahasa berarti membuat sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya.(Dalam ''Al Mu’jam Al Wasith'', 1/91, ''Majma’ Al Lugoh Al ‘Arobiyah''-Asy Syamilah)
 
Hal ini sebagaimana dapat dilihat dalam firman Allah,
 
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
 
''“Allah Pencipta langit dan bumi.”''<nowiki> (QS. Al Baqarah [2] : 117, Al An’am [6] : 101), maksudnya adalah mencipta (membuat) yang mana tidak ada contoh pada sebelumnya.</nowiki>
 
Juga firman-Nya,
 
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ
 
''“Katakanlah: ‘Aku bukanlah yang menyampaikan hal yang baru di antara rasul-rasul’.”'' (QS. Al Ahqaf [46] : 9) , maksudnya aku bukanlah Rasul pertama yang diutus ke dunia ini dan menyampaikan hal Baru (Melainkan Tauhid yang sama seperti Pendahuluku). ''Lisanul ‘Arob'', 8/6 -Asy Syamilah
 
=== Definisi Secara Istilah ===
Definisi bid’ah secara istilah yang paling bagus adalah definisi yang dikemukakan oleh Al Imam Asy Syatibi dalam ''Al I’tishom''. Beliau mengatakan bahwa bid’ah adalah:
 
عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ
 
''Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil, pen) yang menyerupai syari’at (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala''
 
== Perbuatan tercela ==
 
=== Dalil ===
Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah ''radhiyallahu ‘anhuma'', beliau berkata, “Jika Rasulullah ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' berkhutbah matanya memerah, suaranya begitu keras, dan kelihatan begitu marah, seolah-olah beliau adalah seorang panglima yang meneriaki pasukan ‘Hati-hati dengan serangan musuh di waktu pagi dan waktu sore’. Lalu beliau ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' bersabda, ''“Jarak antara pengutusanku dan hari kiamat adalah bagaikan dua jari ini.'' [Beliau ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' berisyarat dengan jari tengah dan jari telunjuknya]. Lalu beliau ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' bersabda,
 
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
 
''“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat.”'' (HR. Muslim no. 867)
 
Dalam riwayat An Nasa’i dikatakan,
 
وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
 
''“Setiap kesesatan tempatnya di neraka.”'' (HR. An Nasa’i no. 1578. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani di ''Shohih wa Dho’if Sunan An Nasa’i'')
 
Diriwayatkan dari Al ‘Irbadh bin Sariyah ''radhiyallahu ‘anhu'', beliau berkata, “Kami shalat bersama Rasulullah ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' pada suatu hari. Kemudian beliau mendatangi kami lalu memberi nasihat yang begitu menyentuh, yang membuat air mata ini bercucuran, dan membuat hati ini bergemetar (takut).” Lalu ada yang mengatakan,
 
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا
 
''“Wahai Rasulullah, sepertinya ini adalah nasihat perpisahan. Lalu apa yang engkau akan wasiatkan pada kami?”'' Nabi ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' bersabda,
 
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
 
''“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memimpin kalian adalah budak Habsyi. Karena barangsiapa yang hidup di antara kalian setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, kalian wajib berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rosyidin yang mendapatkan petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”'' (HR. Abu Daud no. 4607 dan Tirmidzi no. 2676. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam ''Shohih wa Dho’if Sunan Abu Daud'' dan ''Shohih wa Dho’if Sunan Tirmidzi'')
 
=== '''Dalil dari Perkataan Sahabat''' ===
Ibnu Abbas ''radhiyallahu ‘anhuma'' berkata,
 
مَا أَتَى عَلَى النَّاسِ عَامٌ إِلا أَحْدَثُوا فِيهِ بِدْعَةً، وَأَمَاتُوا فِيهِ سُنَّةً، حَتَّى تَحْيَى الْبِدَعُ، وَتَمُوتَ السُّنَنُ
 
''“Setiap tahun ada saja orang yang membuat bid’ah dan mematikan sunnah, sehingga yang hidup adalah bid’ah dan sunnah pun mati.”'' (Diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam ''Al Mu’jam Al Kabir'' no. 10610. Al Haytsamiy mengatakan dalam ''Majma’ Zawa’id'' bahwa para perowinya tsiqoh/terpercaya)
 
Ibnu Mas’ud ''radhiyallahu ‘anhu'' berkata,
 
اتَّبِعُوا، وَلا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ، كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ
 
''“Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen), janganlah membuat bid’ah. Karena (sunnah) itu sudah cukup bagi kalian. Semua bid’ah adalah sesat.”'' (Diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam ''Al Mu’jam Al Kabir'' no. 8770. Al Haytsamiy mengatakan dalam ''Majma’ Zawa’id'' bahwa para perowinya adalah perawi yang dipakai dalam kitab shohih)
 
== Dampak buruk ==
Sudah sepatutnya kita menjauhi berbagai macam bid’ah mengingat dampak buruk yang ditimbulkan. Berikut beberapa dampak buruk dari bid’ah.
 
=== Amalan tertolak ===
Rasulullah ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' bersabda,
 
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
 
''“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.”'' (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
 
Orang yang berbuat bid’ah inilah yang amalannya merugi. Allah Ta’ala berfirman,
 
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
 
''“Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”'' (QS. Al Kahfi [18] : 103-104)
 
=== Terhalang untuk bertaubat ===
Dari Anas bin Malik, Rasulullah ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' bersabda,
 
إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ
 
''“Allah betul-betul akan menghalangi setiap pelaku bid’ah untuk bertaubat sampai dia meninggalkan bid’ahnya.”'' (HR. Thabrani. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam ''Shohih At Targib wa At Tarhib'' no. 54)
 
=== Tidak mendapat syafaat ===
Nabi ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' bersabda,
 
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
 
''“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “'' (HR. Bukhari no. 7049)
 
Dalam riwayat lain dikatakan,
 
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى
 
''“(Wahai Rabbku), mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengatakan, “'''Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.”''''' (HR. Bukhari no. 7051)
 
Inilah do’a laknat untuk orang-orang yang mengganti ajaran Nabi ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' dan berbuat bid’ah.
 
Ibnu Baththol mengatakan, “Demikianlah, seluruh perkara bid’ah yang diada-adakan dalam perkara agama tidak diridhoi oleh Allah karena hal ini telah menyelisihi jalan kaum muslimin yang berada di atas kebenaran (al haq). Seluruh pelaku bid’ah termasuk orang-orang yang mengganti ajaran Nabi ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' dan yang membuat-buat perkara baru dalam agama. Begitu pula orang yang berbuat zholim dan yang menyelisihi kebenaran, mereka semua telah membuat sesuatu yang baru dan telah mengganti dengan ajaran selain Islam. Oleh karena itu, mereka juga termasuk dalam hadits ini.” (Lihat ''Syarh Ibnu Baththol'', 19/2, Asy Syamilah) -Semoga Allah menjauhkan kita dari berbagai perkara bid’ah dan menjadikan kita sebagai umatnya yang akan menikmati al haudh sehingga kita tidak akan merasakan dahaga yang menyengsarakan di hari kiamat, Amin Ya Mujibad Du’a-
 
=== Berdosa jika perbuatannya tertular orang lain ===
Rasulullah ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' bersabda,
 
مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ
 
''“Barangsiapa yang membuat sunnah yang baik lalu diikuti oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu sunnah yang buruk lalu diikuti oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran yg buruk seperti orang yang mengamalkan, tanpa mengurangi dosa si pemberi misal.”'' (HR. Muslim no. 1017)
 
== Referensi ==
* https://muslim.or.id/388-mengenal-seluk-beluk-bidah-1.html
* https://muslim.or.id/389-mengenal-seluk-beluk-bidah-2.html
* https://muslim.or.id/391-mengenal-seluk-beluk-bidah-4.html
== Lihat pula ==
 
[[Kategori:Islam]]
[[Kategori:Istilah Islam]]
[[Kategori:Bidah]]