Daftar Sultan Sulu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adesio2010 (bicara | kontrib) |
→Raja pra-kesultanan: Penambahan konten Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(13 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 41:
|-
| align="center" |1
| align="center" |Raja Barat
|}
Keturunan [[Paduka Pahala]], melalui kedua putranya, tinggal di [[Dezhou#Wangsa Kerajaan Sulu|Dezhou, Tiongkok]] memiliki nama marga
Hashemite [[Syariful Hasyim|Sharif ul-Hasyim Sulu]] tiba di Sulu dan menikahi Putri Dayang-dayang Paramisuli dari keluarga kerajaan sebelumnya, yang mendirikan Kesultanan Sulu.
Baris 57:
| align="center" |1
| align="center" |[[Syariful Hasyim|Sultan Syariful Hasyim]]<br />1405–??
|Pendiri kesultanan Sulu, yang nama aslinya adalah Sayyid
|-
| align="center" |2
Baris 73:
| align="center" |5
| align="center" |Sultan Muizzul-Mutawadi-in<br />1527–1548
|Dia adalah [[Maharaja]] Upo (cucu) Sharif ul-Hashim.
|-
| align="center" |6
Baris 89:
| align="center" |9
| align="center" |Sultan [[Muwallil Wasit I]]<br />1610–1650
|Keponakan Sultan Batara Shah Tengah (putra saudara perempuannya yang menikahi Sultan Hassan dari Brunei). Dia dikenal oleh orang-orang Spanyol sebagai Raja Bongsu; garis keturunan bangsawannya adalah Brunei. Salah satu putrinya menikah Sultan Qudarat dari [[Maguindanao]], sementara putri lain menikahi Balatamay (Baratamay), penguasa [[Rajah Buayan, Maguindanao|Buayan]] pada tahun 1657. Sekitar tahun 1650, putranya Bachtiar mengambil alih kesultanan.
|-
| align="center" |10
| align="center" |[[Muhammad Kudarat|Sultan Nasir ud-Din II]]<br />1645–1648
|Baik putra Sultan Muwallil Wasit yang memerintah menyusul kekalahan ayahnya di tangan orang-orang Spanyol di Jolo, atau diyakini sebagai
|-
| align="center" |11
Baris 113:
| align="center" |15
| align="center" |Sultan Shahabud-Din<br />1685–1710
|Putra Salah ud-Din. Dialah yang membunuh Sultan Kahar ud-Din Kuda dari Maguindanao pada tahun 1702 dan "menyerahkan"
|-
| align="center" |16
Baris 125:
| align="center" |18
| align="center" |Sultan Nasarud-Din<br />1732–1735
|Dia adalah putra atau cucu laki-laki (oleh anak perempuan) Shahab ud-Din dan dikenal oleh orang-orang Spanyol sebagai Datu Sabdula (bahasa Arab, Abdullah).
|-
| align="center" |19
| align="center" |Sultan [[Azim ud-Din I|Alimud-Din I]]<br />1735–1748<br />1764–1773
|Putra Badarud-Din. Keluarga kerajaannya kemudian dikenal sebagai "Keluarga Kesultanan Pertama Kesultanan Sulu." Ayahnya memproklamirkannya sebagai penguasa di Tawi-Tawi pada tahun 1735.
|-
| align="center" |20
Baris 145:
| align="center" |23
| align="center" |Sultan Sharapud-Din<br />1789–1808
|Anak laki-laki lain dari Alimud-Din I, dia hidup sampai usia yang sangat tua.
|-
| align="center" |24
Baris 161:
| align="center" |27
| align="center" |Sultan Jamalul-Kiram I<br />1823–1844
|Menurut beberapa sumber, nama aslinya adalah Muwalil Wasit (sepupu Sultan Brunei Nasiruddin yang keponakannya — suami Mohandun — adalah Maharaja Anddin dari Brunei). Muwalil Wasit adalah putra Alimud-Din III.
|-
| align="center" |28
| align="center" |Sultan Moh. Pulalun Kiram<br />1844–1862
|Putra Jamalul-Kiram I, yang sepupunya Maharaja Adinda (putra Mohandun) pada tahun 1859 dijadikan Putra Mahkota Sultan Pulalun, karena yang terakhir tidak memiliki anak.
|-
| align="center" |29
| align="center" |Sultan Jamal ul-Azam<br />1862–1881
|Proksi Mohammad Pulalun Kiram. Pada tanggal 22 Januari 1878, ia menandatangani perjanjian di mana wilayah bagian timur Kalimantan utara diserahkan kepada konsul Austro-Hungaria, [[Baron von Overbeck]].<ref>{{cite book|author=International Court of Justice|title=Summaries of Judgments, Advisory Opinions, and Orders of the International Court of Justice, 1997-2002|url=https://books.google.com/books?id=QhIhqVaIpawC&pg=PA268|year=2003|publisher=United Nations Publications|isbn=978-92-1-133541-5|pages=268–}}</ref> Sultan Jamalul Azam I berputra Datu Muharram gelar Datu Panglima Besar berputra Datin Rimba atau Aji Meretam bergelar Aji Ratu Rubia gelar Aji Ratu Agung I (Permaisuri Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Isteri Sultan Aji Muhammad Sulaiman dan Ibu dari Sultan Aji Muhammad Alimuddin dan Aji Pangeran Ainuddin).
|-
| align="center" |30
Baris 181:
| align="center" |32
| align="center" |Sultan Jamalul-Kiram II<br />1894–1936
|Adik laki-laki Badarud-Din II. Dia memproklamasikan Sultan Sulu oleh pengikutnya pada tahun 1884 sebagai putra Jamalul A'Lam. Menurut beberapa sumber, nama aslinya adalah Amirul Kiram Awal-II.
|}
=== Daftar Sultan dari tahun 1936 hingga 1950 ===
Kedaulatan politik Kesultanan dihapuskan pada 1915.<ref name="last recognised Sultan">{{cite web|url=http://www.dailyexpress.com.my/news.cfm?NewsID=84741|title=Why 'Sultan' is dreaming|publisher=[[Daily Express (Malaysia)|Daily Express]]|date=27 March 2013|accessdate=1 January 2016|archiveurl=https://web.archive.org/web/20150610203111/http://www.dailyexpress.com.my/news.cfm?NewsID=84741|archivedate=10 June 2015|deadurl=yes}}</ref><ref name="Psychology Press">{{cite book|author1=Graham Kemp|author2=Douglas P. Fry|title=Keeping the Peace: Conflict Resolution and Peaceful Societies Around the World|url=https://books.google.com/books?id=mimdCjpaGN0C&pg=PA124|year=2004|publisher=Psychology Press|isbn=978-0-415-94761-9|pages=124–}}</ref><ref name="books.google.com">{{cite book|author1=K. S. Nathan|author2=Mohammad Hashim Kamali|title=Islam in Southeast Asia: Political, Social and Strategic Challenges for the 21st Century|url=https://books.google.com/books?id=O8d6BwAAQBAJ&pg=PA52|date=January 2005|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=978-981-230-282-3|pages=52–}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.gov.ph/1915/03/22/memorandum-carpenter-agreement-march-22-1915/ |title=Memorandum: Carpenter Agreement |publisher=[[Government of the Philippines]] |date=22 March 1915 |accessdate=17 October 2015 |archiveurl=https://web.archive.org/web/20151017015534/http://www.gov.ph/1915/03/22/memorandum-carpenter-agreement-march-22-1915/ |archivedate=17 October 2015 |deadurl=yes |df= }}</ref>
Setelah kematian Sultan Jamalul-Kiram II pada tahun 1936, Pemerintah Filipina, para penerus kedaulatan ke Amerika Serikat, memutuskan untuk tidak mengakui keberlangsungan kesultanan Sulu, menurut sebuah surat kepada Gubernur Kalimantan Utara tanggal 28 Juli 1936, dari Konsul Jenderal Kerajaan Inggris di Manila. Setelah keputusan itu, beberapa penggugat yang sah dan pretender takhta Sulu muncul. Selama Perang Dunia II, pasukan Jepang dan Amerika memberikan pengaruh dalam urusan kesultanan, masing-masing mengakui pendukung pretensi dari agenda mereka.
Baris 198:
| align="center" |2
| align="center" |Muwallil Wasit II<br /><br />1936
|Dia adalah adik dari Sultan Badarud-Din II dan Sultan Jamalul-Kiram II dan Raja Muda (putra mahkota) kesultanan. Dia secara sah dipilih oleh Ruma Bichara, Datus dan Syarif, sebagai sultan baru. Enam bulan kemudian, sebelum upacara penobatan resmi berlangsung, dia dibunuh.<ref>{{cite web|url=http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,757014,00.html|title=THE PHILIPPINES: Wasit to Paradise|publisher=[[Time (magazine)|Time]]|date=30 November 1936|access-date=2018-11-17|archive-date=2013-08-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20130827025158/http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,757014,00.html|dead-url=yes}}</ref>
|-
| align="center" |3
Baris 211:
=== Daftar Sultan dari tahun 1950 hingga 1986 ===
[[Berkas:Sulusultanategenaolgy.jpg|jmpl|200x200px|Silsilah yang dikeluarkan oleh Lembaran Negara Republik Filipina pada puncak [[Konflik Sabah 2013]].]]
Pada tahun 1962, Presiden Filipina
Daftar berikut ini menjelaskan pemegang gelar Sultan antara tahun 1950 dan 1986, yang secara resmi diakui oleh Pemerintah Filipina.
Baris 220:
| align="center" |1
| align="center" |Sultan [[Mohammed Esmail Kiram I]] <br /><br />(Esmail E. Kiram I)<br /><br />1950-1974
|Dia adalah putra tertua Raja Muda Muwallil Wasit II dan penerus yang diakui secara hukum untuk Sultan Sulu.
|-
| align="center" |2
| align="center" |Sultan [[Mohammed Mahakuttah Abdullah Kiram]]<br /><br />1974-1986
|Dia adalah putra tertua Sultan Mohammed Esmail E. Kiram I dan pewaris takhta. Dia adalah Sultan terakhir Sulu yang diakui secara resmi oleh Ruma Bichara dan oleh pemerintah Filipina. Dalam Memorandum Order 427 (1974), Presiden Filipina saat itu
|}
=== Daftar Sultan yang memproklamirkan diri dari tahun 1980 hingga 2013, sebagaimana diakui oleh Pemerintah Provinsi Sulu<ref name="Sulu Government"/> ===
Setelah kematian Sultan Mahakuttah A. Kiram, pemerintah nasional Filipina gagal secara resmi mengakui Sultan yang baru.
{| class="wikitable"
! width="140" |Sultan
Baris 235:
| align="center" |1
| align="center" |Mohammed Punjungan Kiram<br /><br />1980-1983
|Adik laki-laki Sultan Esmail E. Kiram I. Pada 11 Oktober 1939, Pengadilan Sesi Borneo Utara memberinya hak administrasi atas properti dan kredit dari almarhum ayahandanya, Raja Muda Muwallil Wasit II. Punjungan Kiram dijadikan Mahkota Pangeran di bawah Sultan Esmail E. Kiram I, dengan syarat bahwa ia mengalihkan haknya menjadi putra Sultan ketika putranya berusia dewasa. (Kondisi ini jarang digunakan, karena hukum suksesi akan dipersulit oleh ketentuan-ketentuan yang tidak normal tersebut. Undang-undang hak anak sulung dari suksesi hanya memungkinkan untuk pewaris lelaki pemegang gelar, dan penerus Punjungan Kiram harus menjadi putra tertuanya [[Jamalul Kiram III]].) Ketika kondisi itu dipenuhi, bukannya mengundurkan diri dari posisinya sebagai Raja Muda, Punjungan Kiram mengasingkan dirinya ke Malaysia dan kemudian kembali ke kontes pemerintahan keponakannya Mahakuttah A. Kiram, yang telah secara sah menggantikannya sebagai Putra Mahkota, dan yang kemudian diakui oleh Presiden Ferdinand Marcos sebagai Sultan, berdasarkan Mahakuttah A Kiram menjadi Putra Mahkota dan atas rekomendasi Abraham Rasul.
|-
| align="center" |2
Baris 243:
| align="center" |3
| align="center" |[[Jamalul Kiram III|Jamal ul-Kiram III]]<br /><br />1983-1990 <br /><br /> 2012-2013
|Putra sulung Punjungan Kiram dan kakak laki-laki dari Esmail Kiram II.<ref>[http://www.royalsulu.com/] {{webarchive |url=https://web.archive.org/web/20130513130126/http://www.royalsulu.com/ |date=13 May 2013 }}</ref>
|-
| align="center" |4
Baris 251:
| align="center" |5
| align="center" |[[Ismael Kiram II|Esmail Kiram II]]<br /><br />1999-2015
|Putra kedua Punjungan Kiram dan adik laki-laki [[Jamalul Kiram III]]. Karena ejaan regional yang berbeda, seperti yang dapat ditemukan di situs pemerintah dan surat kabar, namanya muncul sebagai Esmail, Esmael, Ismail, atau Ismael.
|}
Baris 272:
|Sultan Muedzul Lail Tan Kiram — putra tertua, pewaris sah, dan pengganti Sultan Mohammed Mahakuttah A. Kiram (sultan 1974–1986) —adalah kepala Wangsa Kerajaan Sulu, dari tanggal 16 Februari 1986 hingga saat ini. Sebagai anak delapan tahun, pada 24 Mei 1974, ia dinobatkan sebagai Raja Muda (Putra Mahkota, pewaris takhta) dari Kesultanan Sulu, pada hari yang sama ayahandanya dinobatkan sebagai Sultan Sulu.
- Penobatan ini - dari Sultan dan Raja Muda - didukung oleh Ferdinand Marcos dalam kapasitasnya sebagai Presiden Filipina.
Pada tanggal 16 Februari 1986, setelah Sultan Mohammed Mahakuttah A. Kiram dari Sulu dan Borneo Utara meninggal, Muedzul Lail Tan Kiram menjadi Kepala Wangsa Kerajaan Sulu dan Kalimantan Utara (Dinasti Kiram).
Baris 280:
Pada tahun 2011, Muedzul Lail Tan Kiram menjalankan hak-hak dinasnya sebagai honour kehormatan (font of honour) untuk melembagakan dan mendirikan Royal dan Hashemite Order of the Pearl of Sulu, menjadi Grand Sayyid (Grand Master) pertama dari urutan ini.
Muedzul Lail Tan Kiram dimahkotai sebagai Sultan Sulu dan Borneo Utara ke-35 pada tanggal 16 September 2012. Acara penobatan berlangsung di Mainbung (Sulu), di hadapan para pejabat agung, pejabat setempat, tamu asing, pejabat lainnya, dan sejumlah besar orang-orang Sulu. Setelah penobatan, Yang Mulia menegaskan kembali, sebagai sultan de jure, institusi dinasti sebelumnya dari Royal Order of the Pearl, juga menegaskan kembali posisinya dalam Ordo sebagai Grand Sayyid.<ref>{{Cite web |url=http://www.royalhouseofsulu.org/the-sultan.html |title=Salinan arsip |access-date=2018-11-17 |archive-date=2018-01-31 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180131153502/http://www.royalhouseofsulu.org/the-sultan.html |dead-url=yes }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.gov.ph/2013/02/26/line-of-succession-of-the-sultans-of-sulu-of-the-modern-era/ |title=Salinan arsip |access-date=2018-11-17 |archive-date=2013-03-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130302155243/http://www.gov.ph/2013/02/26/line-of-succession-of-the-sultans-of-sulu-of-the-modern-era/ |dead-url=yes }}</ref>
|}
Baris 292:
== Pranala luar ==
* [http://www.gov.ph/2013/02/26/line-of-succession-of-the-sultans-of-sulu-of-the-modern-era/ Line of succession of the Sultans of Sulu of the Modern Era] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130302155243/http://www.gov.ph/2013/02/26/line-of-succession-of-the-sultans-of-sulu-of-the-modern-era/ |date=2013-03-02 }}
* [http://www.bunyoro-kitara.org/106.html Treaty of Friendship between the Kingdom of Bunyoro-Kitara (Uganda) and the Sultanate of Sulu and North Borneo]
|