Wildan Abdul Chamid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Hapus gelar Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(49 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim|image=[[Berkas:KH Wildan Abdul Chamid.jpg|170px]]|nama=Mohammad Wildan Abdul Chamid|bangsa=[[indonesia]]|etnis=[[Jawa]]|glr_islam_dpn=[[Kiai]] [[Haji]]|nama_ayah=KH. Abdulchamid|nama_ibu=Nyai Rochmah|negara1=[[Indonesia]]|status_hidup_wafat = WAFAT|negara_dilahirkan=[[Kendal, Kendal|Kendal]], [[Jawa Tengah]] era {{bendera|Hindia Belanda}}|relatives=[[Achmad Abdul Hamid Kendal]] (kakak)|spouse=Nyai Faizah|children=Wachidah Ghodif Wildan, Rochmah Wildan, Fauziyah Wildan, Robiatul Adawiyah Wildan, Nur Azizah Wildan, Atikah Wildan, Nihayah Wildan, Mohammad Farid Fad Wildan
K.H. Mohammad Wildan Abdulchamid dilahirkan di Kendal, tepatnya tanggal 17 November 1937. Beliau merupakan putra bungsu dari 9 bersaudara pasangan K.H. Abdulchamid dan Nyai Rochmah. Nama kedelapan saudaranya K.H. Achmad Abdulchamid, Muhamad, Muhamad, Umamah, Makmun, Maryam, Anas, dan Aminah.▼
<!-- ------------ -->
|tgl_lahir_h=
|tgl_lahir_m = 17
|bln_lahir_h =
|bln_lahir_m = November
|thn_lahir_h =
|thn_lahir_m = 1937
<!-- ------------ -->
|sebab_wafat =
|tempat_wafat = Kendal
|hari_wafat =Kamis
|tgl_wafat_h =4
|tgl_wafat_m = 9
|bln_wafat_h =Ramadhan
|bln_wafat_m = Juni
|thn_wafat_h =1437
|thn_wafat_m = 2016
|hari_dimakamkan =Kamis
|tempat_makam =Grabag, Langenharjo, Kendal
|negara_makam = [[Indonesia]] {{negara|Indonesia}}
}}
'''Mohammad Wildan Abdul Chamid''' adalah tokoh [[Nahdlatul Ulama]] yang berasal dari [[Kendal, Kendal|Kendal]], [[Jawa Tengah]], Ketua [[Majelis Ulama Indonesia]] Jawa Tengah, juga dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Muta'allimin Kendal serta Ketua Ta'mir [[Masjid Agung Kendal]]. Beliau juga dikenal sebagai sahabat dekat [[Abdurrahman Wahid|K.H. Abdurrahman Wahid]], [[Cholil Bisri|K.H. Cholil Bisri]], dan [[Mustofa Bisri|K.H. Mustofa Bisri]].
Wildan kecil tumbuh diasuh oleh ibunya karena ayahnya wafat sejak beliau berusia 7 bulan dalam kandungan. Ketika menginjak usia remaja, ibunya wafat, dan selanjutnya ia diasuh oleh kakak sulungnya yang bernama K.H. Achmad Abdulchamid.▼
== Kelahiran ==
▲
▲Wildan kecil tumbuh diasuh oleh ibunya karena ayahnya wafat sejak beliau berusia 7 bulan dalam kandungan. Ketika menginjak usia remaja, ibunya wafat, dan selanjutnya ia diasuh oleh kakak sulungnya yang bernama K.H. [[Achmad
Menginjak usia remaja, Wildan pertama kali nyantri di Pondok Pesantren Lirboyo yang diasuh oleh K.H. Mahrus Ali. Dikarenakan merasa kurang kerasan, tiga bulan kemudian beliau pindah ke Pondok Pesantren al-Fattah, Setinggil, Demak, asuhan K.H. Abdullah Zaini bin Uzair. Sebagaimana lazimnya tradisi santri, Wildan nyantri posonan atau mengaji di bulan Ramadan ke Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta, dibawah asuhan K.H. Ali Maksum. Namun justru pada bulan Ramadhan tersebut Kiai Abdullah Zaini bin Uzair wafat, dan akhirnya Wildan memutuskan untuk boyong kembali ke rumah.
Tak lama kemudian, Wildan diantar kakaknya
Tidak seperti santri lainnya, tiap 3 bulan sekali, Wildan selalu disuruh pulang oleh Kiai [[Bisri Mustofa]], tujuannya tak lain agar ia berziarah ke makam abahnya (K.H. Abdulchamid). Alasan Kiai [[Bisri Mustofa]], agar Wildan menyadari bahwa ayahandanya adalah ulama besar, sehingga agar menambah motivasinya dalam menimba ilmu-ilmu agama. Bahkan Mbah [[Bisri Mustofa]] tak bosan-bosan selalu mengingatkan ke Wildan bahwa sosok K.H. Abdulchamid adalah seorang ulama besar. Diantara pepeling Kiai [[Bisri Mustofa]];
Wildan dikenal sebagai santri kesayangan K.H. [[Bisri Mustofa]], sekaligus ia diamanati sebagai lurah pondok. Selama mondok, ia dipercaya untuk menjadi qari’ kitab kuning di pondok Leteh di luar jam mengajar Kiai [[Bisri Mustofa]].▼
Setelah memutuskan boyong kembali ke rumah, tepatnya 21 Nopember 1966, Wildan menikah dengan Faizah, gadis asal Semarang dan dikaruniai 8 (delapan) orang anak, Wachidah Ghodif, Rochmah, Fauziyah, Robiatul Adawiyah, Nur Azizah, Atikah, Nihayah, dan Mohammad Farid Fad (Gus Farid) <ref>
Menularkan ilmu, merupakan panggilan hati yang selalu konsisten diamalkan oleh Kiai Wildan, baik melalui forum pengajian maupun mendirikan lembaga pendidikan, antara lain dengan mendirikan pondok pesantren yang kemudian diberi nama Pondok Pesantren [[Raudlatul Muta'allimin|Raudlatul Muta’allimin]] pada tahun 2001.▼
▲Tidak seperti santri lainnya, tiap 3 bulan sekali, Wildan selalu disuruh pulang oleh Kiai Bisri Mustofa, tujuannya tak lain agar ia berziarah ke makam abahnya (K.H. Abdulchamid). Alasan Kiai Bisri, agar Wildan menyadari bahwa ayahandanya adalah ulama besar, sehingga agar menambah motivasinya dalam menimba ilmu-ilmu agama. Bahkan Mbah Bisri tak bosan-bosan selalu mengingatkan ke Wildan bahwa sosok K.H. Abdulchamid adalah seorang ulama besar. Diantara pepeling Kiai Bisri; kiai Jowo sing karangane Bahasa Arab angel digoleki salahe yo Abahmu (Kiai Jawa yang karangannya berbahasa Arab sulit ditemukan kesalahan sintaksis dan gramatikanya yaitu Abahmu), yang dimaksud Kiai Bisri ialah karya magnum opus-nya Kiai Hamid, Syarah Manaqib yang diberi nama Jawahirul Asani fi Manaqibi Syaikh Abdul Qadir al Jailani yang dicetak di Mesir, dimana sampai sekarang kitab tersebut dapat ditemukan di Perpustakaan Leiden, Belanda.
Hal yang patut diteladani dari sosok Kiai Wildan adalah kegigihan dan semangat beliau dalam memperdalam ilmu dan menularkannya. Dalam semangat mengajar, beliau meniru model Kiai [[Bisri Mustofa]], bahkan ketika kondisi mati lampu, pengajian tetap berlangsung, beliau tetap mengajar dengan model hafalan. Pernah ketika mengajar ke Weleri, dimana sarana transportasi amat tak mendukung, beliau tetap semangat mengajar tiap Sabtu malam, yang tak jarang pulangnya menumpang truk yang lewat karena sudah tidak ada angkutan pada malam hari.▼
▲Wildan dikenal sebagai santri kesayangan K.H. Bisri Mustofa, sekaligus ia diamanati sebagai lurah pondok. Selama mondok, ia dipercaya untuk menjadi qari’ kitab kuning di pondok Leteh di luar jam mengajar Kiai Bisri.
== Dakwah, Ketokohan dan Pengaruh ==
▲Setelah memutuskan boyong kembali ke rumah, tepatnya 21 Nopember 1966, Wildan menikah dengan Faizah, gadis asal Semarang dan dikaruniai 8 (delapan) orang anak, Wachidah Ghodif, Rochmah, Fauziyah, Robiatul Adawiyah, Nur Azizah, Atikah, Nihayah, dan Mohammad Farid Fad (Gus Farid) <ref> http://www.nu.or.id/post/read/68866/innalillahi-kh-wildan-abdul-hamid-mustasyar-pwnu-jateng-wafat</ref>
Kiprah beliau dalam mengajar pengajian antara lain mengajar Kitab ''[[Bulughul
▲Menularkan ilmu, merupakan panggilan hati yang selalu konsisten diamalkan oleh Kiai Wildan, baik melalui forum pengajian maupun mendirikan lembaga pendidikan, antara lain dengan mendirikan pondok pesantren yang kemudian diberi nama Raudlatul Muta’allimin pada tahun 2001.
Ditengah kesibukannya menjadi Hakim Pengadilan Agama di Kendal, Kiai Wildan menyempatkan diri untuk terus menularkan ilmunya di jalur pendidikan formal dengan menjadi dosen di
▲Hal yang patut diteladani dari sosok Kiai Wildan adalah kegigihan dan semangat beliau dalam memperdalam ilmu dan menularkannya. Dalam semangat mengajar, beliau meniru model Kiai Bisri Mustofa, bahkan ketika kondisi mati lampu, pengajian tetap berlangsung, beliau tetap mengajar dengan model hafalan. Pernah ketika mengajar ke Weleri, dimana sarana transportasi amat tak mendukung, beliau tetap semangat mengajar tiap Sabtu malam, yang tak jarang pulangnya menumpang truk yang lewat karena sudah tidak ada angkutan pada malam hari.
Selama masa hidupnya, Kiai Wildan aktif dalam organisasi kemasyarakatan, antara lain
Hasil karya beliau yang diwariskan untuk kita pelajari saat ini adalah terjemahan kitab manaqib Syekh Abdulqodir Jailani, dengan nama ''La-aliul Asani fi Tarjamati Lujainiddani''.▼
== Wafat ==
▲Kiprah beliau dalam mengajar pengajian antara lain mengajar Kitab Bulughul Marom (Selasa bakda Subuh di Masjid Agung Kendal), Kitab Ihya ‘Ulumudin (Selasa pagi jam 08.00 di rumah) <nowiki><ref> [</nowiki>https://pcnukendal.com/wildan-wafat-masyarakat-kendal-berduka-cita/], Kitab Fathul Wahhab (Ahad siang di rumah), Kitab Tajridus Shorih (Ahad sore jam 16.00 di rumah) dan pengajian rutin Ramadhan setiap tahunnya di Masjid Agung Kendal dari tanggal tgl 1 - 21 Romadhon, jam 13.00 (Tafsir Jalalain dan kitab fiqih). Tak hanya itu, disebabkan menyadari akan pentingnya peran wanita dalam mengasuh dan mendidik anak, beliau juga mengasuh pengajian untuk Ibu-ibu pada Jumat bakda shubuh dan pengajian remaja putri pada Ahad pagi di kediaman beliau. Kini, semua majelis pengajian beliau diteruskan oleh putra bungsu beliau, yaitu Mohammad Farid Fad (Gus Farid).
Pada hari Kamis, tanggal 4 Romadhon 1437 H/ 9 Juni 2016 M dini hari, setelah sebelumnya bertadarus ''Al-Qur’an bil ghaib'' dan khatam ''Alfiyah Ibnu Malik'', sekitar pukul 03.00 WIB dini hari,<ref>{{Cite news|url=http://jateng.tribunnews.com/2016/06/09/mantan-ketua-mui-kendal-tutup-usia-tadi-pagi|title=Mantan Ketua MUI Kendal Tutup Usia Tadi Pagi|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-04-07|first=Ponco|last=Wiyono}}</ref> beliau menghadap kembali kepada Sang Khaliq. Ribuan warga mengantarkan jenazah Beliau ke pemakaman Grabag Kelurahan Langenharjo Kendal Kamis (9/6/2016) sore.<ref>{{Cite web|url=http://swarakendal.com/2016/06/09/ribuan-warga-mengantar-jenazah-takmir-masjid-agung-kendal-kh-wildan-abdul-hamid-ke-pemakaman-grabag/|title=Ribuan Warga Mengantar Jenazah Takmir Masjid Agung Kendal, KH Wildan Abdul Hamid ke Pemakaman Grabag|last=Salabim|first=Abim|date=2016-06-09|website=Radio Swara Kendal 93 FM {{!}} Idola Keluarga Kendal|language=en-US|access-date=2019-04-07|archive-date=2019-04-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20190407084648/http://swarakendal.com/2016/06/09/ribuan-warga-mengantar-jenazah-takmir-masjid-agung-kendal-kh-wildan-abdul-hamid-ke-pemakaman-grabag/|dead-url=yes}}</ref>
▲Ditengah kesibukannya menjadi Hakim Pengadilan Agama di Kendal, Kiai Wildan menyempatkan diri untuk terus menularkan ilmunya di jalur pendidikan formal dengan menjadi dosen di IAIN Walisongo Semarang (sejak tahun 1972 sampai dengan mengundurkan diri pada tahun 2000 karena kesibukan mengajar pengajian), dosen IIWS Semarang, dan mendirikan MAN Kendal (dahulu bernama SP IAIN).
Untuk memperingati wafatnya, tiap 4 Sya'ban,<ref>{{Cite web|url=http://nujateng.com/2019/04/haul-mbah-wildan-dihadiri-ribuan-warga-dan-santri/|title=Haul Mbah Wildan Dihadiri Ribuan Warga dan Santri {{!}} Situs Resmi NU Jawa Tengah|last=Jateng|first=Nu|language=en-US|access-date=2019-04-21}}</ref> diadakan haul di halaman Pondok Pesantren Raudlatul Muta'allimin Kendal, yang dihadiri ribuan masyarakat di sepanjang Jalan Habiproyo Kendal.<ref>{{Cite web|url=https://jateng.kemenag.go.id/warta/berita/detail/lhs-hadiri-haul-ke-2-khm-wildan-abdul-hamid|title=LHS Hadiri Haul ke-2 KHM Wildan Abdul Hamid|website=jateng.kemenag.go.id|access-date=2019-04-07}}</ref>
▲Selama masa hidupnya, Kiai Wildan aktif dalam organisasi kemasyarakatan, antara lain Nahdhatul Ulama (beberapa kali menjadi pengurus Syuriah PWNU Jateng dan terakhir menjadi Mustasyar PWNU Jateng sampai beliau wafat), Majelis Ulama Indonesia (beberapa periode menjadi Ketua MUI Jateng dan Ketua Umum MUI Kendal sampai dengan beliau wafat), menjadi Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kendal, Ketua ICMI Kendal dan menjadi Ketua Takmir Masjid Agung Kendal sampai wafat.
== Referensi ==
▲Hasil karya beliau yang diwariskan untuk kita pelajari saat ini adalah terjemahan kitab manaqib Syekh Abdulqodir Jailani, dengan nama La-aliul Asani fi Tarjamati Lujainiddani.
{{reflist}}
[[Kategori:Tokoh Nahdlatul Ulama]]
|