Lingga (marga): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perubahan kosmetik tanda baca |
raja = sibayak (bahasa Batak Karo) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(10 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Refimprove|date=May 2022}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pa Sendi Sibayak van Lingga met zijn vrouw en andere familie Sumatra TMnr 10005428.jpg|300px|jmpl|
'''Lingga''' adalah salah satu marga [[Suku Batak|Batak]] yang terdapat pada masyarakat [[Suku Pakpak|Batak Pakpak]], [[Suku Karo|Batak Karo]], dan [[Suku Simalungun|Batak Simalungun]]. Daerah penyebaran marga Lingga adalah di sekitar [[Kabupaten Dairi]], [[Kabupaten Karo]], [[Kabupaten Aceh Tenggara]], [[Kota Subulussalam]], dan [[Kabupaten Simalungun]]. Penyebaran marga Lingga yang sporadis berdampak pada terbentuknya kelompok-kelompok marga Lingga dengan ciri kebudayaan yang berbeda satu sama lain tergantung daerah penyebarannya.
== Kerajaan Lingga ==
Kerajaan Lingga di tanah Gayo, menurut M. Junus Djamil dalam bukunya "Gajah Putih" yang diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Atjeh pada tahun 1959, [[Kota Banda Aceh|Kutaraja]], mengatakan bahwa sekitar pada abad ke-11 (Penahunan ini mungkin sangat relatif karena kerajaan Lamuri telah eksis sebelum abad ini, penahunan yang lebih tepat adalah antara abad ke 2-9 M), Kerajaan Lingga didirikan oleh orang-orang Gayo pada era pemerintahan '''Sultan Machudum Johan''' Berdaulat Mahmud Syah dari [[Kesultanan Perlak]]. Informasi ini diketahui dari keterangan Raja Uyem dan anaknya Raja Ranta yaitu Raja Cik Bebesan dan dari Zainuddin yaitu dari raja-raja Kejurun Bukit yang kedua-duanya pernah berkuasa sebagai raja
Raja Lingga I, disebutkan mempunyai 6 orang anak. Yang tertua seorang wanita bernama '''Empu Beru''' atau Datu Beru, yang lain '''[[Sebayak]] Lingga''', '''Meurah Johan''' dan '''Meurah Lingga''', '''Meurah Silu''' dan '''Meurah Mege'''.
Sebayak Lingga kemudian merantau ke tanah
Meurah Mege sendiri dikuburkan di Wihni Rayang di Lereng Keramil Paluh di daerah Linge. Sampai sekarang masih terpelihara dan dihormati oleh penduduk.
|