Sejarah Dinasti Han: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambahkan pranala dalam |
|||
(23 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Han Civilisation.png|jmpl|300px|[[Dinasti Han]] pada tahun 2 Masehi (coklat), dengan garnisun-garnisun militer (titik kuning), negara-negara dependen (titik hijau), dan negara-negara pembayar upeti (titik jingga) hingga [[Cekungan Tarim]] di bagian [[Kawasan Barat|barat]] [[Asia Tengah]]]]
{{chinesetext}}
'''Sejarah Dinasti Han''' (206 SM – 220 M) dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu [[Han Barat]] (206 SM – 9 M) dan Han Timur (25–220 M). Penyebutan ini didasarkan pada letak ibu kota di kedua periode tersebut, yaitu [[Chang'an]] pada periode Han Barat dan [[Luoyang]] pada periode [[Han Timur]]. Ibu kota ketiga dan terakhir Dinasti Han adalah [[Xuchang]]. Pusat pemerintahan dipindah ke kota tersebut pada tahun 196 Masehi di tengah gejolak politik dan [[perang saudara]]. Periode Han Barat dan Timur diselangi oleh [[Dinasti Xin]] (9–23 M) yang dibentuk oleh [[Wang Mang]].
[[Dinasti Han]] merupakan dinasti kekaisaran Tiongkok yang kedua. Dinasti ini didirikan oleh seorang pemimpin pemberontakan petani yang bernama [[Kaisar Gaozu dari Han|Liu Bang]] (secara anumerta dikenal dengan sebutan [[Kaisar Gaozu dari Han|Kaisar Gaozu]]).{{efn|Dari [[Dinasti Shang]] hingga [[Dinasti Sui|Sui]], para penguasa Tiongkok disebut dalam catatan-catatan yang dibuat setelah masa kekuasaan mereka dengan [[nama anumerta]], sementara kaisar-kaisar [[Dinasti Tang]] sampai [[dinasti Yuan|Yuan]] disebut dengan [[nama kuil]] mereka, dan kaisar-kaisar [[dinasti Ming|Ming]] dan [[dinasti Qing|Qing]] disebut dengan [[nama era Tiongkok|nama era]] pemerintahan mereka. Lihat {{harvnb|Wilkinson|1998|pp=106–107}}.}} Dinasti Han menggantikan [[dinasti Qin|Qin]] (221–206 SM), yang sebelumnya telah mengalahkan dan menyatukan [[Periode Negara Perang|Negara-negara Perang]] di [[Tiongkok]]. Pada masa Han, Tiongkok mengalami [[masyarakat dan budaya dinasti Han|konsolidasi kebudayaan]], [[pemerintahan dinasti Han|uji coba politik]], [[ekonomi dinasti Han|kesejahteraan ekonomi]], dan [[ilmu pengetahuan dan teknologi dinasti Han|kemajuan teknologi]]. Wilayah Tiongkok juga meluas ke tempat yang belum pernah dijangkau oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya, dan hal ini dimulai dari konflik dengan suku-suku asing, terutama suku nomaden [[Xiongnu]] dari [[Stepa Eurasia]]. Kaisar Han awalnya terpaksa mengakui para [[Chanyu]] (penguasa) Xiongnu sebagai penguasa yang setara, walaupun kenyataannya Han membayar upeti kepada mereka dan juga telah menikahkan putri Han dengan chanyu (hubungan pernikahan ini disebut ''[[heqin]]''). Hubungan ini berakhir setelah [[Kaisar Wu dari Han|Kaisar Wu]] (berkuasa 141–87 SM) [[Perang Han–Xiongnu|mengobarkan perang melawan Xiongnu]] yang akhirnya berhasil mengakibatkan perpecahan di pihak lawan dan memperluas batas wilayah Tiongkok. Jangkauan Han meluas hingga ke [[Koridor Hexi]] di Provinsi [[Gansu]], [[Cekungan Tarim]] di [[Xinjiang]], serta wilayah [[Yunnan]], [[Hainan]], [[Vietnam Utara]], [[Korea Utara]], dan [[Mongolia Luar]] bagian selatan. Pemerintah Han juga membina hubungan dagang dengan negara-negara lain dan menerima upeti dari mereka. Seorang utusan dari Han bahkan pernah dikirim hingga ke wilayah [[Kekaisaran Parthia]]. Sementara itu, [[Buddhisme|agama Buddha]] pertama kali masuk ke Tiongkok pada masa Han. Agama ini disebarkan oleh
Sedari awal kekuasaan kaisar di Han terancam oleh pemberontakan dari kerajaan-kerajaan yang ada di bawahnya. Pada akhirnya penguasa kerajaan-kerajaan ini digantikan oleh anggota keluarga [[Liu]] yang setia. Pada mulanya, bagian timur kekaisaran diperintah secara tidak langsung oleh kerajaan-kerajaan semiotonom semacam ini yang memberikan sebagian dari pendapatan pajaknya kepada kaisar. Sementara itu, kaisar berkuasa secara langsung di wilayah barat. Secara perlahan pemerintahan pusat mengurangi luas dan kekuatan kerajaan-kerajaan ini, hingga akhirnya program reformasi pada pertengahan abad ke-2 SM menghapuskan kekuasaan semiotonom dan mengisi istana raja-raja dengan pejabat-pejabat pemerintahan pusat. Namun, hal yang lebih berdampak terhadap keberlangsungan Dinasti Han adalah konflik perebutan kekuasaan antara keluarga maharani atau ibu suri dengan para [[kasim]] di istana. Pada tahun 92 M, para kasim untuk pertama kalinya ikut campur dalam menentukan penerus kaisar dan [[Musibah Pelarangan Dangren|memicu krisis politik]] yang berujung pada kejatuhan dan pembantaian para kasim di Luoyang pada tahun 189 M. Selain itu, [[Pemberontakan Serban Kuning]] juga meletus pada tahun 184 M, dan para panglima perang yang membantu pemerintah pusat selama konflik ini menjadi sangat kuat di daerahnya masing-masing. Akhirnya, pada tahun 220 M, [[Cao Pi]] (putra Kanselir [[Cao Cao]]) memaksa [[Kaisar Xian dari Han|Kaisar Xian]] untuk turun takhta. Menurutnya, sang kaisar sudah tidak lagi mendapatkan [[Mandat Surgawi]]. Setelah itu Tiongkok pun terpecah menjadi tiga negara: [[Cao Wei]], [[Shu Han]], dan [[Dong Wu]]. Ketiga negara ini akhirnya disatukan oleh [[Dinasti Jin (265–420)|Dinasti Jin]] (265–420 M).
== Jatuhnya Qin ==
=== Pembubaran Qin ===
Pada mulanya, [[Dinasti Zhou]] (sekitar 1050–256 SM) menjadikan Negara [[Qin]] di Tiongkok Barat sebagai tempat untuk mengembangbiakkan kuda. Qin juga berfungsi sebagai pembatas dengan suku-suku nomaden [[suku Rong|Rong]], [[suku Qiang|Qiang]], dan [[Lima Suku Barbar|Di]].{{sfn|Ebrey|1999|p=60}} Dengan ditaklukkannya enam [[Periode Negara Perang|Negara Perang]] ([[Han (negara)|Han]], [[Zhao (negara)|Zhao]], [[Wei (negara)|Wei]], [[Chu (negara)|Chu]], [[Yan (negara)|Yan]], dan [[Qi (
[[
Qin Shi Huang meninggal dunia pada tahun 210 SM.{{sfn|Ebrey|1999|p=63}} Pada tahun 209 SM, panglima [[Chen Sheng]] dan [[Wu Guang]] beserta 900 prajurit mereka diperintahkan untuk bertugas, tetapi hujan deras membuat mereka terlambat. Hukuman yang diganjar oleh pemerintah Qin terhadap kegagalan semacam ini adalah hukuman mati.
Pada Juni 208 SM, Xiang Yu dan Xiang Lang mencoba membentuk kembali Kerajaan Chu dengan menyatakan [[Kaisar Yi dari Chu|Mi Xin]] (cucu [[Raja Huai I dari Chu]]) sebagai "Raja Huai II dari Chu" di pusat kekuasaan mereka di Pengcheng (kini [[Xuzhou]]). Sementara itu, kerajaan-kerajaan lain juga mulai dibentuk sebagai penerus berbagai Negara-negara Perang. Namun, Qin kemudian mengutus Zhang Han untuk memadamkan pemberontakan ini. Xiang Liang gugur dalam pertempuran melawan panglima Zhang. Sang panglima kemudian menyerang Zhao Xie (Raja Zhao) di ibu kotanya di [[Handan]], sehingga Zhao terpaksa melarikan diri ke [[Julu]]. Pasukan panglima Zhang kemudian mengepung kota ini. Kendati demikian, kerajaan Chu, Yan, dan Qi memutuskan untuk membantu Zhao. Xiang Yu akhirnya berhasil mengalahkan Zhang di Julu, dan pada tahun 207 SM Zhang terpaksa menyerah.{{sfn|Loewe|1986|p=114}}
Saat Xiang sedang disibukkan di Julu, Raja Huai II mengirim Liu Bang guna merebut wilayah utama Qin di [[Guanzhong]]. Mereka sebelumnya telah membuat perjanjian bahwa perwira pertama yang berhasil merebut wilayah ini akan menjadi rajanya.{{sfn|Loewe|1986|pp=114-115}}{{sfn|Loewe|2000|p=254}} Pada akhir tahun 207 SM, penguasa Qin, [[Ziying]] (yang telah mengklaim gelar yang lebih rendah dari kaisar, yaitu Raja Qin) memerintahkan pembunuhan kasim utamanya, [[Zhao Gao]], karena sang kasim terlibat dalam peristiwa pembunuhan Kanselir [[Li Si]] pada tahun 208 SM dan Kaisar Qin yang kedua, Qin Er Shi, pada tahun 207 SM. Ziying lalu menyatakan tunduk kepada Liu Bang, sehingga Liu Bang dapat menguasai ibu kota Qin di [[Xianyang]].{{sfn|Loewe|1986|p=115}}
=== Perang Han-Chu ===
[[
Pada musim panas tahun 206 SM, Liu Bang mendengar kabar mengenai nasib Kaisar Yi dan memutuskan untuk menggerakkan kerajaan-kerajaan dalam upaya untuk melawan Xiang Yu. Akibatnya meletuslah perang selama empat tahun yang disebut [[Perang Chu-Han]].{{sfn|Davis|2001|pp=44–45}} Liu mula-mula melancarkan serangan langsung ke Pengcheng dan berhasil merebutnya ketika Xiang sedang sibuk melawan raja lain, yaitu Tian Guang (田廣) sang Raja Qi. Namun, pasukan Liu mengalami kekalahan setelah Xiang kembali ke Pengcheng. Liu sendiri berhasil lolos karena badai menghalangi pasukan Chu, tetapi ayahnya [[Liu Zhijia]] (劉執嘉) serta istrinya [[Lü Zhi]] ditangkap oleh pasukan Chu.{{sfn|Davis|2001|pp=44–45}} Liu kembali kalah di [[Xingyang]], tetapi ia selamat karena Xiang Yu harus berurusan dengan [[Ying Bu]] (英布), Raja Huainan, yang memberontak melawannya. Setelah Liu berhasil menduduki [[Chenggao]] dan sebuah lumbung Qin yang besar, Xiang mengancam akan membunuh ayah Liu jika ia tidak menyerah, tetapi Liu tidak menggubris ancaman tersebut.{{sfn|Davis|2001|pp=45}}
Baris 25 ⟶ 26:
Berkat keberhasilan Liu, pasukan Chu kehilangan persediaan makanannya, sementara panglima Liu yang bernama [[Han Xin]] (meninggal 196 SM) berhasil menaklukkan Zhao dan Qin di sebelah utara Chu. Maka dari itu, pada tahun 203 SM, Xiang memberikan tawaran kepada Liu. Ia akan melepaskan kerabat-kerabat Liu dan membagi Tiongkok menjadi dua: bagian barat akan diberikan kepada Han, sementara wilayah timur akan dikuasai Chu.{{sfn|Davis|2001|pp=45}} Walaupun Liu menerima tawaran ini, perdamaian tidak berlangsung lama. Pada tahun 202 SM, [[Pertempuran Gaixia]] meletus di wilayah [[Anhui]] modern. Menurut catatan sejarah pada masa itu, Liu Bang memimpin 300.000 prajurit, sementara Xiang Yu hanya punya 100.000 pasukan. Saat pasukan Chu mulai melemah, pasukan Han terus menyerang mereka dan akhirnya pasukan Chu mundur ke perkemahan mereka. Pada malam harinya, Xiang Yu mengumpulkan 800 pasukan berkuda dan pergi dari perkemahannya. Pada pagi harinya, Liu Bang mendengar kabar mengenai hal tersebut dan mengirim 5.000 pasukan berkuda untuk mengejarnya.{{sfn|Davis|2001|pp=45–46}} Xiang akhirnya terkepung di tepi [[Sungai Yangtze]], dan di situ ia bunuh diri.{{sfn|Davis|2001|pp=46}} Liu lalu mengambil gelar kaisar dan kini dikenal dengan nama [[Kaisar Gaozu dari Han|Kaisar Gaozu]] (berkuasa 202–195 SM).{{sfn|Davis|2001|pp=46}}
== Era Gaozu ==
[[
=== Konsolidasi kekuasaan ===
Kaisar Gaozu awalnya menjadikan [[Luoyang]] sebagai ibu kotanya, tetapi kemudian ia memindahkannya ke [[Chang'an]] (di dekat kota [[Xi'an]], [[Shaanxi]], pada masa modern) karena kota tersebut memiliki pertahanan alami dan lebih mudah menjangkau jalur persediaan.{{sfn|Loewe|1986|p=122}} Sesuai dengan sistem yang ditetapkan oleh Qin, Kaisar Gaozu membentuk kabinet yang terdiri dari [[San gong|Tiga Bangsawan]] yang mengepalai [[Sembilan Menteri|Sembilan Kementerian]].{{sfn|Loewe|1986|p=120}} Walaupun negarawan-negarawan pada masa Han mengutuk filsafat [[legalisme]] dan metode Qin yang kejam, undang-undang Han pertama yang disusun oleh Kanselir [[Xiao He]] pada tahun 200 SM tampaknya mengikuti struktur dan isi dari undang-undang Qin. Dugaan ini semakin diperkuat dengan temuan teks [[teks bambu Shuihudi Qin|Shuihudi]] dan [[teks bambu Zhangjiashan|Zhangjiashan]] pada masa modern.{{sfn|Hulsewé|1986|p=526}}{{sfn|Csikszentmihalyi|2006|pp=23–24}}{{sfn|Hansen|2000|pp=110–112}}
Gaozu berkuasa atas 13 satuan daerah yang disebut ''[[jun]]'' di bagian barat kekaisaran (walaupun jumlahnya sudah bertambah menjadi 16 pada saat ia tutup usia). Sementara itu, di wilayah timur, ia membentuk 10 kerajaan semiotonom, yaitu Yan, Dai, Zhao, Qi, Liang, Chu, Huai, Wu, Nan, dan Changsha. Ia memberikan jabatan raja kepada pendukung-pendukungnya. Namun, akibat tuduhan pemberontakan dan bahkan persekutuan dengan [[Xiongnu]], Gaozu memutuskan pada tahun 196 SM untuk mengganti sembilan raja dengan anggota keluarga Liu.{{sfn|Loewe|1986|pp=122–128}}{{sfn|Hinsch|2002|p=20}} Wu Rui (吳芮) di [[Kerajaan Changsha]] adalah satu-satunya raja yang tidak berasal dari keluarga Liu.{{sfn|Loewe|1986|pp=124}}{{efn|Namun, ketika cicit Wu Rui yang bernama Wu Zhu (吳著) atau Wu Chan (吳產) menjemput ajalnya tanpa adanya penerus pada tahun 157 SM, tampuk kekuasaan Changsha diserahkan kepada salah satu putra [[Kaisar Jin dari Han|Kaisar Jin]]. Lihat {{harvnb|Loewe|1986|pp=124-125}}.}} <!--Di sebelah selatan Changsha, Kaisar Gaozu mengutus Lu Jia (陸賈) ke istana Raja [[Zhao Tuo]] untuk mengakui kedaulatan Zhao atas [[Nanyue]] (di wilayah Vietnam utara dan Tiongkok barat daya).{{sfn|Loewe|1986|pp=127–128}}-->
Menurut sejarawan [[Michael Loewe]], pemerintahan di setiap kerajaan pada dasarnya meniru pemerintahan pusat, karena masing-masing memiliki kanselir, penasihat raja, dan pejabat-pejabat lainnya. Kerajaan-kerajaan ini diwajibkan memberikan keterangan [[sensus]] dan sebagian dari pendapatan pajak mereka kepada pemerintah pusat. Walaupun mereka dapat memiliki pasukan, raja tidak boleh mengerahkannya tanpa seizin pemerintah pusat.{{sfn|Loewe|1986|p=126}}
=== Xiongnu dan ''Heqin'' ===
[[Berkas:Iron ji and knife, Han Dynasty.JPG|jmpl|ka|Senjata [[Ji (senjata)|ji]] (sejenis tombak) dan [[pedang Tiongkok|pedang besi]] dari Dinasti Han.]]
[[Berkas:Kunming Oct 2007 031.jpg|jmpl|kiri|Bejana kerang dari masa [[Dinasti Han Barat]], disimpan di [[Museum Provinsi Yunnan]], [[Kunming]]. Kerang pernah menjadi mata uang di wilayah Yunnan pada masa itu, sehingga kerang disimpan di bejana perunggu yang dihias.]]
Panglima Qin [[Meng Tian]] sebelumnya berhasil mengusir pasukan [[Toumen]] (''[[Chanyu]]'' Xiongnu) dari [[Gurun Ordos]] pada tahun 215 SM, tetapi putra dan penerus Toumen, [[Modu Chanyu]], berhasil memperkuat Xiongnu dengan menundukkan suku-suku lain.{{sfn|Di Cosmo|2002|pp=174–176}}{{sfn|Torday|1997|pp=71–73}} Pada masa ketika Modu tutup usia pada tahun 174 SM, wilayah Xiongnu terbentang dari [[Tiongkok timur laut]] dan [[Mongolia]] hingga [[Pegunungan Altai]] dan [[Tian Shan]] di [[Asia Tengah]].{{sfn|Di Cosmo|2001|pp=175–189}}
Pemerintah Han takut diserang Xiongnu dan juga merasa khawatir bahwa senjata-senjata besi buatan Han akan jatuh ke tangan Xiongnu. Oleh sebab itu, Kaisar Gaozu memberlakukan embargo perdagangan terhadap Xiongnu. Untuk mengganti rugi para pedagang di Kerajaan Dai dan Yan di utara, ia mengangkat mereka sebagai pejabat pemerintahan dengan upah yang tinggi.{{sfn|Torday|1997|pp=75–77}} Namun, Modu Chanyu dibuat murka oleh embargo ini, sehingga ia merencanakan serangan ke wilayah Han. Xiongnu lalu menyerang [[Taiyuan]] pada tahun 200 SM dan dibantu oleh [[Raja Xin dari Hán]] yang membelot.{{efn|韓/韩, tidak sama dengan Dinasti Hàn 漢 ataupun panglima [[Han Xin]].}} Kaisar Gaozu memimpin pasukannya secara langsung melewati dataran bersalju menuju Pingcheng (dekat [[Datong]], [[Shanxi]], pada masa modern).{{sfn|Di Cosmo|2002|pp=190–192}}{{sfn|Torday|1997|pp=75–76}} Dalam [[Pertempuran Baideng]], pasukan Gaozu dikepung selama tujuh hari. Akibat menipisnya persediaan, ia terpaksa mundur.{{sfn|Di Cosmo|2002|p=192}}{{sfn|Torday|1997|pp=75–76}}
Setelah itu, penasihat istana Liu Jing (劉敬, awalnya bernama Lou Jing [婁敬]) menasihati Gaozu untuk berdamai dan membentuk persekutuan pernikahan dengan Chanyu Xiongnu yang disebut perjanjian ''[[heqin]]''.{{sfn|Di Cosmo|2002|pp=192–193}}{{sfn|Yü||1967|pp=9–10}}{{sfn|Morton & Lewis|2005|p=52}} Dengan ditetapkannya ''heqin'' pada tahun 198 SM, pemerintah Han harus membayar upeti berupa [[sutra]], minuman anggur, makanan, atau barang mewah lainnya, dan Gaozu rencananya akan menikahkan putri semata wayangnya dengan chanyu. Namun, melalui perjanjian ini, pemerintah Han sebenarnya bermaksud mengubah gaya hidup nomaden Xiongnu dengan barang-barang mewah dan juga menghasilkan keturunan setengah Tionghoa di keluarga Modu yang kemudian akan berada pada posisi tunduk kepada Tiongkok.{{sfn|Di Cosmo|2002|p=193}}{{sfn|Morton & Lewis|2005|p=52}} Jumlah upeti tahunan yang dijanjikan Gaozu kepada Xiongnu sendiri tidak diketahui. Namun, pada tahun 89 SM, Hulugu Chanyu (狐鹿姑, berkuasa 95–85 SM) meminta agar perjanjian ''heqin'' diperbaharui dengan pembayaran upeti yang dinaikkan menjadi 400.000 liter anggur, 100.000 liter biji padi-padian, dan 10.000 bungkus sutra, sehingga jumlah yang diminta sebelumnya lebih kecil dari itu.{{sfn|Yü|1986|p=397}}
Walaupun perjanjian ini mengakui ''huangdi'' dan chanyu sebagai dua pihak yang berkedudukan setara, kenyataannya Han menjadi pihak yang berkedudukan lebih rendah, karena mereka harus membayar upeti untuk memuaskan Xiongnu yang lebih kuat.{{sfn|Di Cosmo|2002|pp=193–195}} Walaupu Gaozu siap menikahkan putrinya dengan Modu Chanyu, akibat penolakan dari Maharani Lü, Kaisar Gaozu malah mengirim putri kerabatnya untuk dinikahkan. Akan tetapi, pemberian upeti dan pernikahan putri-putri Han dengan chanyu masih belum memuaskan Xiongnu, karena mereka sering menyerang batas utara Han dan melanggar perjanjian tahun 162 SM yang menetapkan [[Tembok Besar Tiongkok]] sebagai batas antara Han dan Xiongnu.{{sfn|Di Cosmo|2002|pp=195–196}}{{sfn|Torday|1997|p=77}}{{sfn|Yü|1967|pp=10–11}}
== Kekuasaan Maharani Lü ==
=== Kaisar Hui ===
Ketika Ying Bu memberontak pada tahun 195 SM, Kaisar Gaozu secara langsung memimpin pasukan melawan Ying. Namun, anak panah mengenai tubuhnya, dan konon luka ini mengakibatkan kematiannya pada tahun berikutnya. Penerusnya, Liu Ying, naik takhta dan secara anumerta dikenal dengan nama [[Kaisar Hui dari Han]] (berkuasa 195–188 SM). Tidak lama kemudian, istri mendiang Gaozu, [[Maharani Lü Zhi|Lü Zhi]], memerintahkan agar putra mahkota yang lain, [[Liu Ruyi]], diracun. Sementara itu, ibu kandung Liu Ruyi yang bernama [[Selir Qi]] tewas dimutilasi. Setelah Kaisar Hui yang masih remaja mendengar berita mengenai peristiwa tersebut, sejarawan Michael Loewe mengatakan bahwa sang kaisar "tidak berani menentangnya."{{sfn|Loewe|1986|p=130}}
Walaupun masa kekuasaan Kaisar Hui hanya sebentar saja, pada masa kekuasaannya [[tembok kota Tiongkok|tembok pertahanan]] di sekitar ibu kota di Chang'an selesai dibangun pada tahun 190 SM. Tembok yang terbuat dari [[batu bata]] dan [[tanah yang dimampatkan]] ini awalnya memiliki tinggi 12 m. Reruntuhan tembok ini masih dapat ditemukan hingga kini. Proyek pembangunan ini diselesaikan oleh 150.000 pekerja wajib.{{sfn|Loewe|1986|p=130-131}} Selain itu, pada masa Kaisar Hui, hukum lama dari masa Dinasti Qin yang melarang buku-buku tertentu juga dicabut. Dari segi kebijakan luar negeri, perjanjian ''heqin'' dengan Xiongnu diperbaharui, sementara Han mengakui kedaulatan Raja Donghai dan Nanyue.{{sfn|Loewe|1986|p=135}}
=== Perwalian dan jatuhnya klan Lü ===
[[File:Cernuschi Museum 20060812 069.jpg|thumb|Arca [[terakota]] yang menggambarkan seorang pelayan wanita. Arca ini berasal dari zaman Han Barat.]]
Kaisar Hui tidak dikaruniai keturunan dari pernikahannya dengan [[Maharani Zhang Yan|Zhang Yan]]. Walaupun begitu, ia masih memiliki anak dari hubungannya dengan selir-selir yang lain. Setelah sang kaisar wafat pada tahun 188 SM, Lü Zhi menentukan penerusnya.{{sfn|Loewe|1986|p=135}} Pertama-tama ia mengangkat [[Liu Gong|Kaisar Qianshao dari Han]] (berkuasa 188–184 SM), tetapi kemudian menggantinya dengan penguasa boneka yang lain, yakni [[Kaisar Houshao dari Han]] (berkuasa 184–180 SM).{{sfn|Loewe|1986|p=135}}{{sfn|Hansen|2000|p=115-116}} Pada masa ini, Lü Zhi tidak hanya mengeluarkan maklumat, tetapi juga mengangkat anggota klannya sendiri sebagai raja walaupun hal ini berlawanan dengan perintah Kaisar Gaozu sebelumnya. Anggota klannya juga diangkat menjadi perwira militer dan pejabat.{{sfn|Loewe|1986|p=135-136}}{{sfn|Hinsch|2002|p=21}}
Han pada masa Lü Zhi gagal menghentikan serangan Xiongnu ke ''[[Jun (subdivisi negara)|jun]]'' Longxi (di wilayah [[Gansu]] modern). Akibat serangan tersebut, 2.000 orang Han ditawan. Pada saat yang sama, Han juga memicu konflik dengan Raja Nanyue [[Zhao Tuo]] karena telah melarang ekspor besi dan barang-barang dagang lainnya. Zhao Tuo menyatakan dirinya sebagai Kaisar Wu dari Nanyue (南越武帝) pada tahun 183 SM, dan ia kemudian menyerang Kerajaan Changsha pada tahun 181 SM.{{sfn|Loewe|1986|p=136}}
Setelah kematian Lü Zhi pada tahun 180 SM, klan Lü dituduh hendak menjatuhkan keluarga Liu.{{sfn|Torday|1997|p=78}} [[Kerajaan Qi (Dinasti Han)|Raja Qi]] [[Liu Xiang, Pangeran Qi|Liu Xiang]] (cucu Kaisar Gaozu) lalu bangkit melawan keluarga Lü.{{sfn|Loewe|1986|p=136}} Pada akhirnya pertempuran tidak pernah terjadi di antara pasukan pemerintah dengan Qi karena klan Lü dikudeta oleh pejabat-pejabat yang dipimpin oleh [[Chen Ping (Dinasti Han)|Chen Ping]] dan [[Zhou Bo]].{{sfn|Loewe|1986|p=136}}{{sfn|Torday|1997|p=78}}{{sfn|Morton|Lewis|2005|p=51-52}} Walaupun Liu Xiang berani menentang klan Lü, ia tidak diangkat menjadi kaisar karena ia telah mengerahkan pasukan tanpa seizin pemerintah pusat dan karena keluarga ibunya juga memiliki ambisi seperti klan Lü. [[Ibusuri Bo|Selir Bo]] dianggap memiliki pribadi yang mulia, sehingga anaknya yang menjabat sebagai [[Raja Dai]], Liu Heng, dipilih sebagai penerus; secara anumerta ia dikenal dengan nama [[Kaisar Wen dari Han]] (berkuasa 180–157 SM).{{sfn|Loewe|1986|p=136-137}}
== Keterangan ==
|