[[Berkas:Rangda Cave, Bali 1475.jpg|jmpl|Goa Gajah, bagian depan]]
'''GoaGua Gajah''' adalah [[gua]] buatan dari masa purbakala yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Gua ini terletak di [[Bedulu, Blahbatuh, Gianyar|Desa Bedulu]], [[Blahbatuh, Gianyar|Kecamatan Blahbatuh]], [[Kabupaten Gianyar]], [[Bali]]; berjarak kurang lebih 27 [[km]] dari [[Kota Denpasar|Denpasar]]. [[UNESCO]] mencatat goa ini sebagai warisan dunia dalam daftar tentatif (menunggu kepastian) pada tanggal 19 Oktober 1995 dalam bidang kebudayaan.<ref>{{en}} {{cite web| url = http://whc.unesco.org/en/tentativelists/299/| title = Elephant Cave | accessdate = 11 Desember 2013}}</ref>
== Etimologi ==
Nama ''Lwa Gajah'', bersama ''[[Bedulu, Blahbatuh,Kerajaan GianyarBedahulu|Badahulu]]'', pertama kali disebut dalam karya sastra [[Kakawin Nagarakretagama]] yang disusun oleh [[Mpu Prapanca]] ([[1365]] M). Nama tersebut tercantum dalam pupuh 14/3 yang menguraikan wilayah-wilayah di sebelah timur Jawa, yang mengakui kekuasaan [[Majapahit]].<ref>{{aut|[[Slamet Muljana|Muljana, S.]]}} (2006). ''Tafsir Sejarah Nagarakretagama''. Yogyakarta: LKiS.</ref>{{rp|346}} ''Lwa'' atau ''Lwah/Loh'' berarti sungai, sehingga ''Lwa Gajah'' mengandung arti Sungai Gajah; kemungkinan sungai yang terletak di depan candi yang sekarang dikenal dengan nama [[Sungai Petanu]].<ref name="gua">{{en}} {{cite web| url = http://www.balisurfadvisor.com/placesinterest/guagajah.html| title = Goa Gajah - Elephant Cave| type = HTML | accessdate = 11 Desember 2013| archive-date = 2022-08-17| archive-url = https://web.archive.org/web/20220817012945/http://www.balisurfadvisor.com/placesinterest/guagajah.html| dead-url = no}}</ref><ref name="gut">{{id}} {{cite web| url = http://www.beritabali.com/index.php/page/berita/gyr/detail/09/08/2011/Goa-Gajahkoma-Peninggalan-Sejarah-Abad-kemin11/201107020296| title = Goa Gajah, Peninggalan Sejarah Abad ke-11| type = php | accessdate = 11 Desember 2013| archive-date = 2013-12-13| archive-url = https://web.archive.org/web/20131213132044/http://www.beritabali.com/index.php/page/berita/gyr/detail/09/08/2011/Goa-Gajahkoma-Peninggalan-Sejarah-Abad-kemin11/201107020296| dead-url = yes}}</ref><ref name="bali">{{en}} {{cite web| url = http://www.sorgabalitours.com/2011/11/goa-gajah-elephant-cave-temple.html| title = Goa Gajah Temple, Bali Elephant Cave Temple| type = html | accessdate = 11 Desember 2013| archive-date = 2023-06-04| archive-url = https://web.archive.org/web/20230604164328/https://www.sorgabalitours.com/2011/11/goa-gajah-elephant-cave-temple.html| dead-url = no}}</ref>
Sebutan GoaGua Gajah mungkin berasal dari pahatan wajah raksasa di atas mulut gua, yang dianggap menyerupai muka [[gajah]]. Sumber lain menyebutkan bahwa nama itu disebabkan oleh adanya arca [[Ganesha]], dewa berkepala gajah, di salah satu ceruk dalam gua.<ref>{{Cite news|url=http://www.bali-indonesia.com/magazine/goa-gajah.htm|title=Elephant Cave in Bali - Goa Gajah - Bali Magazine|work=bali-indonesia.com|access-date=2018-06-13|language=en-US|archive-date=2019-09-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20190916023042/http://www.bali-indonesia.com/magazine/goa-gajah.htm|dead-url=no}}</ref>
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Voorouderstenen in de Olifanten-grot TMnr 60033702.jpg|jmpl|Trilingga, tiga buah lingga berjajar, yang terdapat pada ujung lorong sebelah timur]]
Penemuan GoaGua Gajah berawal dari laporan pejabat Hindia Belanda, [[LC. Heyting]] pada tahun 1923 yang menemukan arca [[Ganesha]], [[Trilingga]] serta arca [[Hariti]] kepada pemerintah Hindia Belanda. Hal tersebut ditindak lanjuti oleh [[Willem Frederik Stutterheim|Dr. WF. Stutterheim]] untuk mengadakan penelitian lanjut pada tahun [[1925]]. Pada tahun [[1950]] Dinas Purbakala RI melalui seksi-seksi bangunan purbakala di Bali yang dipimpin oleh [[J.L Krijgman]] melakukan penelitian dan penggalian pada tahun 1954 sampai tahun 1979 dan ditemukanlah tempat petirtaan kuno dengan 6 buah patung wanita ([[bidadari]]) dengan pancuran air di dada dan sampai sekarang keberadaannya bisa dipercaya bisa memberikan vibrasi penyucian aura bagi pengunjung.<ref name="Heyt">{{en}} {{cite web| url = http://posbali.com/harmonisasi-hindu-budha-di-goa-gajah/| title = Harmonisasi Hindu-Budha di Goa Gajah | accessdate = 11 Desember 2013| archive-date = 2021-07-29| archive-url = https://web.archive.org/web/20210729002101/http://posbali.com/harmonisasi-hindu-budha-di-goa-gajah/| dead-url = no}}</ref>
Pada tahun 1931 Mr. [[Conrat Spies]] menemukan pula peninggalan yang cukup penting di komplek [[Tukad Pangkung]] berupa stupa bercabang tiga yang terpahat pada dinding batu yang telah runtuh tergeletak di dasar Tukad Pangkung.
Sejak tahun 1950 setelah Badan Purbakala Republik Indonesia membuka kantor seksi bangunan cabang Bali yang berkedudukan di Gianyar di bawah pimpinan J.C. Krijgsman, penelitian terhadap peninggalan purbakala di GoaGua Gajah mendapat perhatian secara khusus. Hal ini dibuktikan pada tahun 1951/1952 dengan diadakan penggalian di pelataran depan mulut goagua. Dari penggalian itu ditemukan fondasi kuno berbentuk persegi panjang, di mana dinding muka goagua sebagai salah satu sisi panjangnya.
Pada tahun itu ditemukan pula retakan pada langit-langit goagua sebagai akibat dari akar-akar pohon kamboja yang tumbuh di atas tebing sebelah kanan mulut goagua. Sewaktu dilakukan pembersihan tanah dan akar dibagian barat goagua ditemukan dua buah pecahan batu, pecahan pertama merupakan bagian atas kepala raksasa di atas lubang goagua, pecahan kedua merupakan bagian berukir dari tembok sebelah timur.
Disamping itu ditemukan pula sebuah pedang dari batu padas yang merupakan bagian dari arca raksasa di depan goagua.
== Bentuk dan arkeologi ==
[[Berkas:Ganesh (dieu hindou).JPG|jmpl|Arca Ganesha]]
[[Berkas:Patung di area Goa Gajah.jpg|jmpl|Patung raksasa di depan Goa Gajah]]
Kompleks Goa Gajah terdiri atas 2 bagian utama, yaitu kompleks bagian utara merupakan warisan ajaran [[Siwa]], dengan bukti adanya Trilingga dan patung Ganesha di dalam goa, merupakan tempat umat Hindu melakukan persembahyangan. Komplek sebelah selatan Goa Gajah yakni area Tukad Pangkung, berupa reruntuhan stupa [[Buddha]] berbentuk payung bersusun 13 dan stupa bercabang 3 yang dipahat di batu besar. ▼
▲Kompleks GoaGua Gajah terdiri atas 2 bagian utama, yaitu kompleks bagian utara merupakan warisan ajaran [[Siwa]], dengan bukti adanya Trilingga dan patung Ganesha di dalam goagua, merupakan tempat umat Hindu melakukan persembahyangan. Komplek sebelah selatan GoaGua Gajah yakni area Tukad Pangkung, berupa reruntuhan stupa [[Buddha]] berbentuk payung bersusun 13 dan stupa bercabang 3 yang dipahat di batu besar.
Kompleks bagian utara berpusat pada sebuah [[candi-gua]] yang dikenal sebagai Goa Gajah. Goa ini dipahatkan pada batu padas keras yang menjorok keluar sejauh 5,75 meter dari dinding batu tersebut, berukuran tinggi 6,75 meter dan lebar 8,6 meter. Permukaan goa menghadap ke arah selatan, berhiaskan motif [[daun|daun-daunan]], batu karang, raksasa, [[kera]], dan [[babi]]. Di tengah-tengah relief tersebut terdapat lubang mulut goa dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 2 meter. Di ambang mulut goa terdapat pahatan muka raksasa yang menyeramkan dengan mata bulat besar melirik ke arah kanan; rambut dan alisnya tampak kasar, hidung besar, bibir atas dengan sederetan gigi tepat berada di atas lubang goa. Pada dinding timur goa terdapat dua baris tulisan berbunyi ''kumon'' dan baris bawah ''sahy(w)angsa''; yang menilik bentuk hurufnya diduga berasal dari abad ke-11. ▼
Lorong dalam gua berbentuk seperti huruf T. Setelah masuk beberapa meter ke utara, terdapat lorong yang melintang pada arah barat-timur. Lorong yang membentang dari timur-barat itu berukuran panjang 13.5 meter, lebar 2.75 meter dan tinggi 2 meter. Pada dinding utara dari lorong yang melintang itu terdapat 7 buah ceruk, salah satu ceruk itu berhadapan dengan jalan masuk goa dan merupakan ceruk yang terbesar dengan ukuran tinggi 1,26 meter, kedalaman 1,35 meter, terletak 0,7 meter dari permukaan tanah. Di dalamnya terdapat fragmen arca raksasa dan fragmen arca [[Siwa]]. Pada kedua ujung lorong yang melintang itu juga terdapat ceruk. Ceruk di ujung timur berisi trilingga dan ceruk di ujung barat berisi arca Ganesha. ▼
▲Kompleks bagian utara berpusat pada sebuah [[candi-gua]] yang dikenal sebagai GoaGua Gajah. GoaGua ini dipahatkan pada batu padas keras yang menjorok keluar sejauh 5,75 meter dari dinding batu tersebut, berukuran tinggi 6,75 meter dan lebar 8,6 meter. Permukaan goagua menghadap ke arah selatan, berhiaskan motif [[daun|daun-daunan]], batu karang, raksasa, [[kera]], dan [[babi]]. Di tengah-tengah relief tersebut terdapat lubang mulut goagua dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 2 meter. Di ambang mulut goagua terdapat pahatan muka raksasa yang menyeramkan dengan mata bulat besar melirik ke arah kanan; rambut dan alisnya tampak kasar, hidung besar, bibir atas dengan sederetan gigi tepat berada di atas lubang goagua. Pada dinding timur goagua terdapat dua baris tulisan berbunyi ''kumon'' dan baris bawah ''sahy(w)angsa''; yang menilik bentuk hurufnya diduga berasal dari abad ke-11.
▲Lorong dalam gua berbentuk seperti huruf T. Setelah masuk beberapa meter ke utara, terdapat lorong yang melintang pada arah barat-timur. Lorong yang membentang dari timur-barat itu berukuran panjang 13.5 meter, lebar 2.75 meter dan tinggi 2 meter. Pada dinding utara dari lorong yang melintang itu terdapat 7 buah ceruk, salah satu ceruk itu berhadapan dengan jalan masuk goagua dan merupakan ceruk yang terbesar dengan ukuran tinggi 1,26 meter, kedalaman 1,35 meter, terletak 0,7 meter dari permukaan tanah. Di dalamnya terdapat fragmen arca raksasa dan fragmen arca [[Siwa]]. Pada kedua ujung lorong yang melintang itu juga terdapat ceruk. Ceruk di ujung timur berisi trilingga dan ceruk di ujung barat berisi arca Ganesha.
Di depan Goa Gajah terdapat beberapa arca kuno yang menggambarkan Hariti, [[Ganesha]], dan [[raksasa]]. Tokoh Hariti ([[bahasa Avesta]] ''Harauhuti'') dalam dongeng agama Buddha dikenal sebagai tokoh yang berkarakter jahat dan senang memangsa anak-anak; akan tetapi setelah belajar agama Buddha ia berubah menjadi penyayang anak-anak. Patung tersebut melukiskan Hariti bersama masing-masing tiga anak di sebelah kanan dan kirinya dan satu anak di pangkuannya. Dalam dongeng-dongeng Bali, Hariti lebih dikenal sebagai Men Brayut (atau Nini Brayut dalam tradisi Jawa).<ref name=ajbk>{{aut|[[August Johan Bernet Kempers|Bernet Kempers, A.J.]]}} (1956). ''Bali Purbakala''. Jakarta: Penerbitan dan Balai Buku Indonesia.</ref>{{rp|45} ▼
▲Di depan GoaGua Gajah terdapat beberapa arca kuno yang menggambarkan Hariti, [[Ganesha]], dan [[raksasa]]. Tokoh Hariti ([[bahasa Avesta]] ''Harauhuti'') dalam dongeng agama Buddha dikenal sebagai tokoh yang berkarakter jahat dan senang memangsa anak-anak; akan tetapi setelah belajar agama Buddha ia berubah menjadi penyayang anak-anak. Patung tersebut melukiskan Hariti bersama masing-masing tiga anak di sebelah kanan dan kirinya dan satu anak di pangkuannya. Dalam dongeng-dongeng Bali, Hariti lebih dikenal sebagai Men Brayut (atau Nini Brayut dalam tradisi Jawa).<ref name=ajbk>{{aut|[[August Johan Bernet Kempers|Bernet Kempers, A.J.]]}} (1956). ''Bali Purbakala''. Jakarta: Penerbitan dan Balai Buku Indonesia.</ref>{{rp|45 }}
Satu kompleks pemandian atau petirtaan terdapat di muka Goa Gajah, agak ke sebelah bawah. Pemandian ini tersusun dari tiga kolam pemandian suci yang berjajar utara-selatan, dengan enam (seharusnya tujuh) arca berpancuran di tepinya. Masing-masing pasangan arca terdiri dari satu arca bidadara diapit oleh dua arca bidadari, tegak menghadap satu kolam besar. Arca di tepi kolam yang tengah telah hilang atau belum ditemukan, kemungkinan adalah arca [[Ganesha]] berpancuran yang didapati menghias pinggir mulut gua. Semula ditemukan dalam keadaan berantakan dan tertimbun oleh tanah, bahkan juga oleh bangunan baru, pemandian ini kemudian berhasil digali dan direkonstruksi kembali pada tahun 1954 atas jasa J.L. Krijgman,<ref name=ajbk/>{{rp|43-5}} ketika itu Kepala Kantor Purbakala di Bali. ▼
▲Satu kompleks pemandian atau petirtaan terdapat di muka GoaGua Gajah, agak ke sebelah bawah. Pemandian ini tersusun dari tiga kolam pemandian suci yang berjajar utara-selatan, dengan enam (seharusnya tujuh) arca berpancuran di tepinya. Masing-masing pasangan arca terdiri dari satu arca bidadara diapit oleh dua arca bidadari, tegak menghadap satu kolam besar. Arca di tepi kolam yang tengah telah hilang atau belum ditemukan, kemungkinan adalah arca [[Ganesha]] berpancuran yang didapati menghias pinggir mulut gua. Semula ditemukan dalam keadaan berantakan dan tertimbun oleh tanah, bahkan juga oleh bangunan baru, pemandian ini kemudian berhasil digali dan direkonstruksi kembali pada tahun 1954 atas jasa J.L. Krijgman,<ref name=ajbk/>{{rp|43-5}} ketika itu Kepala Kantor Purbakala di Bali.
Arca-arca bidadari dan bidadara ini berdiri di atas lapik [[teratai]] atau padma. Padma adalah simbol alam semesta stana Hyang Widhi. Sedangkan di tengahnya terletak arca widyadara. Hal ini berdasarkan konsep [[Sapta Nadi]] yaitu tujuh sungai suci Gangga, Sindhu, Saraswati, Yamuna, Godawari, Serayu dan Narmada.<ref name="gua" />
=== Bagian selatan ===
Sedikit jauh dari kompleks bagian utara, terdapat kompleks bagian selatan yang terletak di suatu jurang atau lembah yang dikenal sebagai Tukad Pangkung. Area ini berbentuk [[lembah]] pura Patapan, dan di sini tersimpan arca Buddha.<ref name="Heyt"/> Di lembah ini terdapat peninggalan kuno berupa suatu relief besar yang telah runtuh ke dasar lembah, yang kemungkinan dahulunya adalah bagian dari suatu [[candi-tebing]].<ref name=yogi>{{aut|Prabhawa, KY.}} (2018). "Produksi dalam komodifikasi situs Pura Goa Gajah". ''Buletin Sudamala'' Vol. 04/1/2018. ([https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/produksi-dalam-komodifikasi-situs-pura-goa-gajah/ salinan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220316042620/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/produksi-dalam-komodifikasi-situs-pura-goa-gajah/ |date=2022-03-16 }})</ref>
Relief besar yang terpahat di batu itu terdiri atas beberapa bagian. Yang pertama berbentuk suatu fragmen [[stupa]] bercabang tiga, dengan puncak-puncaknya yang berupa payung bersusun. Di sebelahnya terdapat fragmen stupa yang lain lagi, dengan satu puncak payung bersusun. Dan di atas kedua relief itu terlihat bagian bawah dari suatu arca Buddha. Sementara itu tidak berapa jauh, terdapat pula runtuhan fragmen relief berbentuk payung bersusun 13, yang mungkin dahulunya merupakan puncak stupa seperti relief yang lainnya. Melihat bentuknya, relief-relief ini diperkirakan usianya jauh lebih tua daripada GoaGua Gajah di bagian utara tadi; mungkin berasal dari awal abad ke-10.<ref name=ajbk/>{{rp|45}}
== Fungsi ==
Dari data yang ada di lapangan dapat dikemukakan situs GoaGua Gajah merupakan tempat suci sebagai pusat kegiatan agama Hindu dan Buddha pada masa pemerintahan Dinasti [[Warmadewa]] dari abad X-XIV masehi (400 tahun). Status situs GoaGua Gajah sekarang merupakan living monument berfungsi sebagai tempat kegiatan keagamaan (Pura) dan masyarakat menyebutnya sebagai Pura GoaGua.
Berdasarkan atas temuan data arkeologi yang ada di situs GoaGua Gajah dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
- Dari beberapa prasasti yang telah dikemukakan di Bali tidak satupun yang menyebutkan secara langsung nama GoaGua Gajah, namun [[Prasasti Songan Tambahan]] yang dikeluarkan oleh [[Raja Marakata]] berangka tahun 1022 masehi dan [[Prasasti Cempaga]] yang dikeluarkan oleh [[Raja Sri Mahaguru]] berangka tahun 1324 masehi keduanya menyebutkan nama Er Gajah. Kemudian [[Prasasti Dawan]] tahun 1053 masehi dan [[Prasasti Pandak Badung]] tahun 1071 masehi menyebutkan tempat suci Antakunjarapadda (Kunjara = gajah). Sedangkan dalam kitab [[Negarakertagama]] tahun 1365 masehi tercantum nama Badahulu dan Lwa Gajah yaitu dua tempat di [[Bali]] yang termasuk dalam daftar daerah yang dikuasai oleh Kerajaan [[Majapahit]].
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Situs Warisan Dunia di Indonesia}}
[[Kategori:Pura di Bali]]
|