Literasi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambahan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(49 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Gabung ke|Melek aksara}}
Dalam [[bahasa Latin]], pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. == Jenis ==
* [[Literasi media]]
* [[Literasi
* [[Literasi informasi]]
* [[Literasi saintifik]]
* [[Literasi
Pada abad ke-21 atau era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 muncul paradigma literasi baru. Menurut penelitian [[Hamidulloh Ibda]], tantangan pada era ini sangat kompleks yang mengharuskan masyarakat mengimplementasikan literasi baru (literasi data, literasi teknologi, literasi manusia) yang menjadi pelengkap literasi lama (membaca, menulis, berhitung).<ref>{{Cite journal|last=Ibda|first=Hamidulloh|date=2019|title=Pembelajaran Bahasa Indonesia Berwawasan Literasi Baru di Perguruan Tinggi dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0|url=https://jalabahasa.kemdikbud.go.id/index.php/jalabahasa/article/view/227|journal=Jalabahasa|volume=15|issue=1|pages=48|doi=https://doi.org/10.36567/jalabahasa.v15i1.227}}</ref>
Dalam Rapat Kerja Nasional Kemenristek Dikti 2018, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristek Dikti menyampaikan mengenai beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan sebuah perguruan tinggi untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Kemampuan yang harus dimiliki dan diajarkan pada kurikulum perguruan tinggi salah satunya adalah literasi data. Selain literasi data, literasi baru juga mengharuskan literasi teknologi dan SDM.
Munculnya era literasi baru tidak lepas dari era revolusi industri 4.0. Kondisi ini, adalah era dunia industri digital telah menjadi suatu paradigma dan acuan dalam tatanan kehidupan saat ini. Era revolusi industri 4.0 hadir bersamaan dengan era disrupsi yang sejak tahun 2017 mulai direspon serius kalangan terdidik. Untuk menghadapi revolusi industri 4.0 atau era disrupsi diperlukan “literasi baru” selain literasi lama. Literasi lama yang ada saat ini digunakan sebagai modal untuk berkiprah di kehidupan masyarakat. Literasi data, teknologi, dan SDM harus direspon pendidikan tinggi yang bisa dimasukkan ke dalam pembelajaran.<ref>{{Cite book|last=Ahmadi, Farid|first=Ibda, Hamidulloh|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=_gPhDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Literasi+baru&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=Literasi%20baru&f=false|title=Konsep dan Aplikasi Literasi Baru di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0|location=Semarang|publisher=CV. Pilar Nusantara|isbn=978-602-53992-5-1|pages=1-10|url-status=live}}</ref>
Menurut penelitian [[Hamidulloh Ibda]], dijelaskan bahwa penguatan literasi baru pada guru dan dunia pendidikan menjadi penting karena sebagai kunci perubahan, revitalisasi kurikulum berbasis literasi dan penguatan peran guru yang memiliki kompetensi digital. Guru berperan membangun generasi berkompetensi, berkarakter, memiliki kemampuan literasi baru, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pendidikan sebagai dasar penentu kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional pada anak, harus memperkuat keterampilan literasi abad 21. Mulai aspek kreatif, pemikiran kritis, komunikatif, dan kolaboratif. Pendidikan urgen memperkuat literasi baru dan revitalisasi kurikulum berbasis digital. Revitalisasi kurikulum mengacu pada lima nilai dasar dari peserta didik yang baik, yaitu ketahanan, kemampuan beradaptasi, integritas, kompetensi, dan peningkatan berkelanjutan. Pendidik harus menjadi guru digital, paham komputer, dan bebas dari penyakit akademis. Tujuannya mewujudkan generasi berkompetensi tingkat tinggi, karakter dan literasi untuk menjawab tantangan era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0.<ref>{{Cite journal|last=Ibda|first=Hamidulloh|date=2018|title=Penguatan Literasi Baru pada Guru Madrasah Ibtidaiyah dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0|url=http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/jrtie/article/view/1064|journal=JRTIE: Journal of Research and Thought on Islamic Education|volume=1|issue=1|pages=1|doi=https://doi.org/10.24260/jrtie.v1i1.1064}}</ref>
Dalam buku yang ditulis [[Farid Ahmadi]] dan [[Hamidulloh Ibda]] disebutkan bahwa literasi baru merupakan kemampuan atau sebuah usaha mendapatkan informasi, pengetahuan, melalui tiga jalan yaitu literasi data, teknologi dan SDM/humanisme. Literasi baru menjadi penguat dari literasi lama yaitu calistung atau dikenal dengan membaca, menulis, berhitung.
Pembelajaran memproses ''input'' dengan tujuan agar menghasilkan ''output'' atau ''outcome'' yang diinginkan. Untuk itu, penerapan HOTS (Higher Order Thinking Skill) harus menggiring siswa dan mahasiswa dapat berpikir logis, kreatif, komunikatif sebagaimana yang dibutuhkan diabad 21. Tanpa hal itu, capaian pendidikan untuk menjawab tantangan di era revolusi industri 4.0 tidak akan tercapai, karena pada era ini dibutuhkan keterampilan yang sangat kompleks. Untuk menjawab tantangan pada era ini maka semua guru, dosen, dan akademisi, diharuskan dapat mewujudkan hal itu dalam rangka menggapai peradaban literasi baru.<ref>{{Cite book|last=Ahmadi, Farid|first=Ibda, Hamidulloh|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=_gPhDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=literasi+baru&hl=id&sa=X&redir_esc=y|title=Konsep dan Aplikasi Literasi Baru di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0|location=Semarang|publisher=CV. Pilar Nusantara|isbn=978-602-53992-5-1|pages=37-43|url-status=live}}</ref>
== Referensi ==
{{reflist
== Lihat pula ==
{{wiktionary}}
* [[Budaya literasi]]
{{Authority control}}
[[Kategori:Bahasa]]
[[Kategori:Literasi]]
[[Kategori:Ilmu informasi]]
|