Bathara Katong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membatalkan 1 edit by 36.81.162.74 (bicara): Tanpa sumber
Tag: Pembatalan
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
k Membalikkan revisi 26353601 oleh Zulf (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(18 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Bathara Katong''' atau '''Joko Pitutur''' atau '''Joko Piturun''' atau '''Haryo Harak Kali''' ({{lang-jv|Batoro Katong}} / ꧋ꦧꦠꦫꦏꦠꦺꦴꦁ) adalah pendiri [[Kabupaten Ponorogo]] dan juga merupakan [[adipati (sekarang dijuluki sebagai bupati)]] pertama di [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]] sebagai bawahan Majapahit. BatharaBhatara Katong merupakan utusanPutra dari [[KesultananKertabhumi|Brawijaya Demakv]] untuk menyebarkan Islam di Ponorogo.
 
== AsalRiwayat usul Bathara KatongHidup ==
 
=== Asal usul ===
Bathara Katong, memiliki nama Asliasli '''Lembu Kanigoro''', salah seorang putra Prabu [[Brawijaya]] atau [[Bhre Kertabhumi]] dari selirnya yaitu [[Putri Campa]] yang beragama [[Islam]]. Berdasarkan catatan sejarah keturunan generasi ke-126 ia yaitu Ki Padmosusastro, disebutkan bahwa Bathara Katong dimasa kecilnya bernama '''Raden Joko Piturun''' atau disebut juga '''Raden Harak Kali'''. Ia adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya dari ''garwo pangrambe'' (selir yang tinggi kedudukannya).
 
Mulai redupnya kekuasaan [[Majapahit]] dan saat kakak tertuanya "Lembu Kenongo" yang berganti nama menjadi [[Raden Patah]] mendirikan [[Kesultanan Demak|Kesultanan Demak Bintoro]], '''Lembu Kanigoro''' mengikut jejak kakaknya untuk berguru di bawah bimbingan [[Wali Songo]] di [[Demak]].
 
=== Pertarungan dengan Ki Ageng Kutu ===
Prabu Brawijaya pada masa hidupnya berusaha diislamkan oleh Wali Songo, para Wali Islam tersebut membujuk Prabu Brawijaya dengan menawarkan seorang Putri Campa yang beragama Islam untuk menjadi Istrinya. Walaupun kemudian Prabu Brawijaya sendiri gagal untuk diislamkan, tetapi perkawinannya dengan putri Campa mengakibatkan meruncingnya konflik politik di Majapahit. Diperistrinya putri Campa oleh Prabu Brawijaya memunculkan reaksi protes dari elit istana yang lain. Sebagaimana dilakukan oleh seorang punggawanya bernama Pujangga Anom Ketut Suryongalam yang kemudian dikenal sebagai [[Ki Ageng Kutu]], Ki Ageng Kutu kemudian menciptakan sebuah seni Barongan, yang kemudian disebut [[Reog (Ponorogo)|ReyogReog]]. Dan ReyogReog tidak lain merupakan simbol kritik Ki Ageng Kutu terhadap raja Majapahit (disimbolkan dengan kepala harimau), yang ditundukkan dengan rayuan seorang perempuan/Putri Campa (disimbolkan dengan dadak merak).
 
Upaya Ki Ageng Kutu untuk memperkuat Basis di Ponorogo (Wengker) dianggap sebagai ancaman oleh kekuasaan Majapahit dan Kesultanan Demak. Sunan Kalijaga, bersama muridnya Kiai Muslim (atau Ki Ageng Mirah) mencoba melakukan investigasi terhadap keadaan Ponorogo, dan mencermati kekuatan-kekuatan yang paling berpengaruh di Ponorogo. Dan mereka menemukan Demang Kutu sebagai penguasa paling berpengaruh saat itu. Demi kepentingan ekspansi kekuasaan dan Islamisasi, penguasa Demak mengirimkan seorang putra terbaiknya yakni yang kemudian dikenal luas dengan Bathara Katong dengan salah seorang santrinya bernama Selo Aji dan diikuti oleh 40 orang santri senior yang lain.
 
Raden Katong akhirnya sampai di wilayah Wengker, lalu kemudian memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman, yaitu di Dusun Plampitan, Kelurahan Setono, [[Jenangan, Ponorogo|Kecamatan Jenangan]]. Saat Bathara Katong datang memasuki Ponorogo, kebanyakan masyarakat Ponorogo adalah penganut Hindu, Buddha, animisme dan dinamisme. Setelah Bathara Katong memasuki Ponorogo terjadilah pertarungan antara Bathara Katong dengan Ki Ageng Kutu. Di tengah kondisi yang sama sama kuat, Bathara Katong kehabisan akal untuk menundukkan Ki Ageng Kutu. Kemudian dengan akal cerdasnya Bathara Katong berusaha mendekati putri Ki Ageng Kutu yang bernama [[Niken Gandini]], dengan di iming-imingi akan dijadikan istri. Niken Gandini dimanfaatkan Bathara Katong untuk mengambil pusaka Koro Welang, sebuah pusaka pamungkas dari Ki Ageng Kutu. Pertempuran berlanjut dan Ki Ageng Kutu menghilang, pada hari Jumat Wage di sebuah pegunungan di daerah Wringinanom Sambit Ponorogo. Tempat menghilangnya Ki Ageng Kutu disebut dengan Gunung Bacin, terletak di daerah [[BungkalSambit, Ponorogo|BungkalSambit.]] Bathara Katong kemudian, mengatakan bahwa Ki Ageng Kutu akan moksa dan terlahir kembali di kemudian hari. Hal ini mungkin dilakukan untuk meredam kemarahan warga atas meninggalnya Ki Ageng Kutu.
 
Setelah Ki Ageng Kutu menghilang, Bathara Katong mengumpulkan rakyat Ponorogo dan berpidato bahwa dirinya tidak lain adalah Batoro, manusia setengah dewa. Hal ini dilakukan, karena Masyarakat Ponorogo masih mempercayai keberadaan dewa-dewa, dan Batara.
Baris 19 ⟶ 20:
Pada tahun 1486, hutan dibabat atas perintah Bathara Katong. Banyak gangguan dari berbagai pihak, termasuk makhluk halus yang datang. Namun, karena Bantuan warok dan para prajurit Wengker, akhirnya pekerjaan membabat hutan itu lancar.
 
Setelah hutan selesai dibabat, bangunan-bangunan didirikan sehingga penduduk pun berdatangan. Setelah istana kadipaten didirikan, Batara Katong kemudian memboyong permaisurinya, Niken SulastriGandhini ke istana kadipaten, sedang adiknya, [[Suromenggolo]] tetap di tempatnya yakni di Dusun Ngampel. Oleh Katong, daerah yang baru saja dibangun itu diberi nama Prana Raga yang berasal atau diambil dari sebuah Babad legenda "''Pramana Raga''". Menurut cerita rakyat yang berkembang secara lisan, Pono berarti Wasis, Pinter, Mumpuni dan Raga artinya Jasmani. sehingga kemudian dikenal dengan nama Ponorogo.
 
Bathara Katong kemudian menjadi Adipati di Ponorogo. Menurut ''[[Handbook of Oriental History]]'' hari wisuda Bathara Katong sebagai [[Adipati]] [[Kadipaten Ponorogo]] yaitu pada hari Ahad Pon tanggal 1 Bulan Besar tahun 1418 Saka, bertepatan dengan Tanggal 11 Agustus 1496 atau 1 Dzulhijjah 901 Hijriyah. Selanjutnya tanggal 11 Agustus ditetapkan sebagai [[Hari Jadi Kabupaten Ponorogo]].
 
Kesenian Reyog[[Reog]] yang menjadi seni perlawanan masyarakat Ponorogo mulai dihilangkan dari unsur-unsur pemberontakan, dengan menampilkan cerita fiktif tentang [[Kerajaan Bantarangin]] sebagai sejarah reyogReog. Para punggawa dan anak cucu Bathara Katong inilah yang kemudian mendirikan pesantren-pesantren sebagai pusat pengembangan agama Islam. Adapun turunan ke 7 bathara katong yang masih ada sampai sekarang yaitu di Pacitan, tepatnya di Tulakan.
 
== Pemakaian nama Bathara Katong ==
Baris 29 ⟶ 30:
 
== Lihat pula ==
* [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]]
* [[Reog Ponorogo]]
 
Baris 40 ⟶ 41:
[[Kategori:Kabupaten Ponorogo]]
[[Kategori:Kerajaan Demak]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Ponorogo]]