Surat Batak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
k Pranala luar: refining
 
(89 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
{{Teks Batak}}
{{Infobox writing system
|name=Surat Batak {{efn|''Surat Batak'' dalam masing-masing varian aksara:<br>[[Suku Mandailing-Angkola|Mandailing-Angkola]]: {{batk|ᯚᯮᯒᯖ᯲ᯅᯖᯄ᯦᯲}}<br>[[Batak Simalungun|Simalungun]]: {{batk|ᯙᯯᯓᯖ᯳ᯅᯖᯃ᯳}}<br>[[Batak Toba|Toba]]: {{batk|ᯘᯮᯒᯖ᯲ᯅᯖᯂ᯲}}|group=catatan}}
[[Suku Angkola|Angkola]]-[[Suku Mandailing|Mandailing]]: {{batk|ᯚᯮᯒᯖ᯲ᯅᯖᯄ᯦᯲}} <br>
[[Suku Karo|Karo]]: {{batk|ᯘᯬᯒᯗ᯳ᯆᯗᯂ᯳}} <br>
[[Suku Pakpak|Pakpak]]<!---[[Suku Batak Dairi|Dairi]]-->: {{batk|ᯘᯮᯒᯗ᯲ᯅᯗᯂ᯲}} <br>
[[Suku Simalungun|Simalungun]]: {{batk|ᯙᯯᯓᯖ᯳ᯅᯖᯃ᯳}} <br>
[[Suku Batak Toba|Toba]]: {{batk|ᯘᯮᯒᯖ᯲ᯅᯖᯂ᯲}}|group=catatan}}
|type=[[Abugida]]
|languages=[[Rumpun bahasa Batak]]
Baris 9 ⟶ 14:
|fam3=[[Aksara Kawi]]
|sisters={{keluarga kawi}}
|time=abadAbad ke-18 hingga sekarang
|unicode=[https://www.unicode.org/charts/PDF/U1BC0.pdf U+1BC0–U+1BFF]
|iso15924=Batk
Baris 15 ⟶ 20:
|imagesize=250px
|sample_desc= Varian "Surat Batak".
|altname=''Surat na Sampulu Sia'' <br> ''Si Sia-sia'' <br> ''Aksara Batak''|region=<!-- [[Sumatera Utara]] -->}}'''Surat Batak''', disebut juga dikenal sebagai '''''Surat na Sampulu Sia''''' (kesembilan belas huruf), '''''Si Sia-sia''''', atau '''Aksara Batak''', adalah salah satu [[aksara]] tradisional [[Indonesia]] yang berkembang di ranahwilayah masyarakat [[suku Batak|Batak]], [[SumatraSumatera Utara]]. Surat Batak terdiri dari beberapa varian yang digunakan untuk menulis empatenam rumpun bahasa [[rumpun bahasa Batak|puakBatak]]: [[Bahasa Batak Angkola|Batak Angkola]], [[bahasa Karo|Batak Karo]]:, [[Bahasa Mandailing|Batak Mandailing]], [[Bahasa Batak Pakpak|Batak Pakpak]], [[Bahasa Batak Simalungun|Batak Simalungun]], dan [[Bahasa Batak Toba|Batak Toba]].<ref name="uni"/> Aksara ini merupakan turunan dari aksara [[aksara Brahmi|Brahmi]] [[India]] melalui perantara aksara [[aksara Kawi|Kawi]]. Surat Batak aktif digunakan oleh masyarakat Batak setidaknya sejak abad ke-18 hingga penggunaannya berangsur-angsur memudar pada abad ke-20. Aksara ini masih diajarkan di Sumatera Utara sebagai bagian dari muatan lokal, tetapi dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
 
[[bahasa Mandailing|Mandailing]], [[bahasa Simalungun|Simalungun]], dan [[bahasa Toba|Toba]].<ref name="uni" /> Aksara ini merupakan turunan dari [[aksara Brahmi]] India melalui perantara aksara [[aksara Kawi|Kawi]]. Surat Batak aktif digunakan oleh masyarakat Batak setidaknya sejak abad ke-18 hingga penggunaannya berangsur-angsur memudar pada abad ke-20. Aksara ini masih diajarkan di Sumatra Utara sebagai bagian dari muatan lokal, tetapi dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
 
Surat Batak adalah sistem tulisan [[abugida]] yang terdiri dari 19 aksara dasar dengan tambahan beberapa aksara pada varian tertentu. Seperti aksara Brahmi lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu. Surat Batak dibaca dari kiri ke kanan. Secara tradisional, aksara ini ditulis tanpa spasi antarkata (''[[scriptio continua]]'') dengan [[tanda baca]] yang minimal.
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Batak languages id.svg|ki|300px|jmpl|Peta rumpun bahasa [[rumpun bahasa Batak|Batak]]. Surat Batak diduga pertama kali berkembang di wilayah Angkola-Mandailing kemudian menyebar ke arah utara hingga wilayah Karo.<!--<font color="Purple">'''Angkola'''</font>-<font color=#b148d2>'''Mandailing'''</font> kemudian menyebar ke arah utara menuju wilayah <font color=#0038ff>'''Toba'''</font>, <font color=#00f9ff>'''Simalungun'''</font>, <font color=#00FF00>'''Pakpak-Dairi'''</font>, hingga wilayah <font color=#ffbf00>'''Karo'''</font> yang terakhir menerima aksara Batak.-->]]
Para ahli umumnya meyakini bahwa surat Batak merupakan salah satu turunan aksara [[aksara Brahmi|Brahmi]] [[India]] melalui perantara aksara [[aksara Kawi|Kawi]], berdasarkan studi perbandingan bentuk aksara-aksara Nusantara yang pertama kali dijabarkan oleh Holle<ref name="holle">{{Cite Journal|title=Tabel van oud-en nieuw-Indische alphabetten|last=Holle|first=K F|journal=Bijdrage tot de palaeographie van Nederlandsch-Indie|year=1882|place=Batavia|publisher=W. Bruining|oclc=220137657|url=http://dbooks.bodleian.ox.ac.uk/books/PDFs/590496015.pdf}}</ref> dan Kern.<ref name="kern">{{Cite Journal|title=Eene bijdgrade tot de paleographie van Nederlansch-Indie|last=Kern|first=H|journal=Bijdrage tot de Taal-Land-en Volkenkunde van Nederlandsch-indie|year=1882|place=S' Gravenhage|publisher=Martinus Nijhoff}}</ref> Namun begitu, sejarah evolusi surat Batak tidak dapat dirunut dengan pasti karena surat Batak sejauh ini hanya ditemukan pada materi yang umumnya tidak berumur lebih dari 200 tahun. Surat Batak lazim ditulis pada media yang rentan rusak di iklim tropis, dan tidak ada prasasti atau peninggalan tua lainnya yang disetujui sebagai purwarupa langsung surat Batak.{{sfn|Kozok|1996|pp=233–234}}<!--Belum ditemukannya rantai evolusi aksara Batak yang pasti turut mendorong pengajuan teori alternatif oleh sejumlah penulis yang berupaya untuk menunjukkan asal-usul non-Kawi,<ref>{{Cite Journal|title=The Batak Script as an Invention of the Austronesian-speaking People|volume=9|page=59-76|last=Simanjuntak|first=Mangantar|journal=Akademika|year=2009|place=Kuala Lumpur}}</ref><ref>{{Cite book|title=Über die semitischen und nicht indischen Grundlagen der malaiisch-polynesischen Kultur|volume=1-3|last=Schröder|first=E E Gs||place=Medan|publisher=Köhler & co|year=1928}}</ref> meski sebagian besar teori tersebut dianggap spekulatif dan tidak meyakinkan oleh para ahli yang bersangkutan.{{sfn|Kozok|1996|pp=233–234}}-->
 
Kerabat paling dekat dari surat Batak adalah aksara-aksara Sumatra Selatanbagian sepertiselatan [[aksaraatau Rejang]]dikenal dansebagai [[aksaraSurat LampungUlu]]. Baik rumpun surat Batak maupun aksara-aksara SumatraSumatera Selatan berkembang di wilayah pedalaman Sumatra yang relatif lambat menerima pengaruh luar. Karena itulah, ketika Sumatra menerima pengaruh Islam yang signifikan sejak abad ke-14, kedua wilayah tersebut mempertahankan penggunaan aksara turunan [[aksara Brahmi|Indik]] selagi wilayah pesisir mengadopsi penggunaan [[abjad Arab]] dan [[hurufAbjad Jawi|Jawi]]. Surat Batak diduga pertama kali berkembang di daerah [[suku Angkola|Angkola]]-[[suku Mandailing|Mandailing]], barangkali tidak jauh dari perbatasan Sumatra[[Sumatera Barat]].<ref>{{Cite book|url=https://link.springer.com/content/pdf/bfm%3A978-94-017-6778-1%2F1.pdf|title=A Grammar of Toba Batak|first=H N van der|last=Tuuk|publisher=Martinus Nijhoff|place=The Hague|year=1971|page=77}}</ref><ref>{{Cite book|title=Batak Fruit of Hindu Thought|first=H|last=Parkin|place=Madras|year=1978|page=100}}</ref> Dari Mandailing, aksara Batak menyebar ke arah utara menuju wilayah [[sukuSuku Batak Toba|Batak Toba]], kemudian [[suku Simalungun|Simalungun]] dan [[suku Pakpak|Pakpak]]-[[Kabupaten Dairi|Dairi]], hingga akhirnya mencapai wilayah [[suku Karo|Karo]] yang paling bela­kanganbelakangan menerima surat Batak.{{sfn|Kozok|2009}} Meski terakhir menerima surat Batak, daerah Karo dalam perkembangannya menjadi daerah dengan tradisi penggunaan surat Batak yang paling kental dan bertahan paling lama pasca-kemerdekaan.{{sfn|Kozok|1996|pp=245–246}}
 
Salah satu deskripsi dan tabel surat Batak paling awal oleh penulis asing dapat ditemukan dalam buku ''History of Sumatra'' oleh William Marsden yang dicetak pada tahun [[1784]].<ref>{{Cite book|url=https://www.academia.edu/38062886/History_of_Sumatra_by_William_Marsden_F.R.S.1784.P-000179.pdf|title=History of Sumatra|first=William|last=Marsden|place=London|year=1784|page=159-166}}</ref> Namun selain itu, tidak banyak yang diketahui mengenai bahasa, sastra dan surat Batak di luar masyarakat Batak sendiri hingga pertengahan abad ke-19. Pada tahun [[1849]], Lembaga [[Misionaris|Penginjil]] Belanda menugaskan ahli bahasa [[Herman Neubronner van der Tuuk]] untuk mempelajari [[bahasa Batak]] dengan tujuan menghasilkan kamus, materi tata bahasa, dan terjemahan Injil yang layak untuk bahasa tersebut. Pada tahun 1851, ia tiba di Sumatra dan akhirnya tinggal di kota pelabuhan [[Barus]]. Ia rutin menjelajahi pedalaman ranah Batak dari tahun [[1853]] hingga kepergiannya dari [[Sumatra]] pada tahun [[1857]]. Berdasarkan studi dan pengalamannya dengan masyarakat Batak, Van der Tuuk menghasilkan materi komprehensif mengenai tradisi lisan dan tulis Batak yang hingga kini masih masih menjadi rujukan dasar dalam berbagai studi Batak.{{sfn|Kozok|1996|pp=231–232}}
 
==Media==
Surat Batak secara tradisional ditulis di sejumlah media, di antaranya yang paling lumrah adalah bambu, tulang, dan kulit kayu. Naskah dengan media-media tersebut dapat ditemukan dalam ukuran dan tingkat kerajinan yang bervariasi. Tulisan sehari-hari umum digurat pada permukaan bambu atau tulang dengan pisau kecil. Guratan ini kemudian dihitamkan dengan jelaga untuk meningkatkan keterbacaan. Bambu dan tulang yang ditulisi oleh surat Batak lumrah dimanfaatkan sebagai perkakas sehari-hari, misal sebagai tabung penyimpanan [[pinang]] atau kalung sekaligus jimat penolak bala. Kulit kayu khusus digunakan untuk naskah ''[[pustaha]]'' yang digunakan kaum pendeta. Untuk membuat pustaha, kulit dalam pohon [[gaharu]] (''Aquilaria malaccensis'') dipotong dan dihaluskan menjadi lembar panjang yang disebut ''laklak''. Panjang lembar ini bisa berkisar antara 60&nbsp;cm hingga 7 m, namuntetapi pustaha terbesar yang diketahui (kini disimpan di Tropenmuseum, Belanda) memiliki panjang hingga 15 m. Lembar laklak ini kemudian dilipat-lipat, dan kedua ujungnya dapat direkatkan pada sampul kayu bernama ''lampak'' yang sering kali memiliki [[gorga|ukiran]] [[ilik|kadal Boraspati]].{{sfn|Kozok|1996|pp=234–241}} Berbeda dengan naskah bambu dan tulang, naskah pustaha ditulis dengan tinta menggunakan pena dari rusuk daun [[enau|aren]] (''Arenga pinnata'') yang disebut ''suligi'' atau pena dari tanduk kerbau yang disebut ''tahungan''.{{sfn|Teygeler|1993|pp=601–607}} Kertas baru digunakan dengan jumlah yang terbatas pada pertengahan abad ke-19 ke atas,<ref>{{Cite book|title=Codices Batacici|first=P|last=Vorhooeve|publisher=Universitaire Pers Leiden|place=Leiden|page=101|year=1977}}</ref> namun bambu, tulang, dan kulit kayu terus digunakan sebagai media utama penulisan aksara Batak hingga abad ke-20 ketika tradisi tulis aksara Batak mulai menghilang.{{sfn|Kozok|1996|pp=245–246}}
 
== Penggunaan ==
Surat Batak terdiri dari beberapa varian yang digunakan untuk menulis empatenam bahasa [[rumpun bahasa Batak|Batak]]:{{efn|Secara umum, [[rumpun bahasa Batak]] dapat dibagi menjadi dua kelompok: kelompok utara yang terdiri dari bahasa [[bahasaBahasa Alas-Kluet|Alas-Kluet]], [[bahasa Karo|Karo]], dan [[bahasaBahasa Batak Pakpak|Pakpak]]-[[bahasa Dairi|Dairi]] serta kelompok selatan yang terdiri dari [[bahasaBahasa Batak AngkolaSimalungun|AngkolaSimalungun]]-, [[bahasaBahasa MandailingBatak Toba|MandailingToba]], [[bahasaBahasa Batak SimalungunAngkola|SimalungunAngkola]], dan [[bahasaBahasa TobaMandailing|TobaMandailing]].<ref name=Adelaar>{{cite book |last=Adelaar|first=K A|chapter=Reconstruction of Proto-Batak Phonology |title=Historical Linguistics in Indonesia|editor=Robert A Blust|volume=1|publisher=Universitas Katolik Indonesia Atma Jayan|year=1981|location=Jakarta|page=1-20}}</ref>}} [[Bahasa Batak Angkola|Angkola]], [[bahasa Karo|AngkolaKaro]], [[Bahasa Batak Pakpak|Pakpak]], [[bahasa Mandailing|Mandailing]], [[bahasaBahasa Batak Simalungun|Simalungun]], dan [[bahasaBahasa Batak Toba|Toba]].<ref name="uni">{{cite journal|url=http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3320.pdf|first=Michael|last=Everson| last2 = Kozok | first2 = Uli|title=Proposal for encoding the Batak script in the UCS|journal=ISO/IEC JTC1/SC2/WG2|issue=N3320R|date=07-10-2008|publisher=Unicode}}</ref> Kaum pendeta Batak kadang digambarkan sebagai satu-satunya pengguna surat Batak, namuntetapi kemampuan membaca dan menulis surat Batak tersebar dalam berbagai lapisan masyarakat Batak dan tidak jarang ditemukan perkakas sehari-hari yang diguratkan dengan surat Batak oleh pemiliknya masing-masing.{{sfn|Kozok|2000|pp=53}} Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Batak pra-kemerdekaan menggunakan surat Batak untuk beberapa fungsi tertentu seperti penulisan naskah ''pustaha'' dan, surat menyurat, dan ratapan.{{sfn|Kozok|1996|pp=245–246}}
 
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
{{sfn|Kozok|1996|pp=245–246}}[[Berkas:Batak priest with priest staff, pustaha, and medicine horn.jpg|ka|240px|jmpl|Pendeta atau ''datu'' Batak dengan pustaha yang sedang digelar]]
|-
|state = {{{1<includeonly>|collapsed</includeonly>}}} align=center colspan=2 style="background:#D3D3D3; font-size: 100%;"| '''Penggunaan Aksara Batak'''
|-
|align=center; colspan=2|
<gallery mode="packed" heights="200px">
Berkas:The Childrens Museum of Indianapolis - Carved bone calendar and almanac.jpg|Kalender Batak (''[[:en:porhalaan|porhalaan]]'') yang digurat di tulang, koleksi Museum Anak-anak Indianapolis
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bamboe tabaks- en wichelkoker met Bataks schrift TMnr 512-4.jpg|Ratapan Batak Karo (''bilang-bilang'') pada tabung bambu, koleksi Tropenmuseum
Berkas:Pustaha Museo antropologia Firenze.jpg|Sejumlah pustaha koleksi Museo Antropologia Firenze
<!--Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wichelboekje van palmblad TMnr 5991-6.jpg|Pustaha tanpa sampul koleksi Tropenmuseum-->
Berkas:Interior of great pustaha in tropenmuseum.jpg|Salah satu halaman dalam ''[[Pustaha Agung]]'' koleksi Tropenmuseum
Berkas:Letter_from_singamangaraja_xii_in_batak_script_i.jpg|Surat dari [[Sisingamangaraja XII]] dengan isi dan cap beraksara Batak, koleksi Tropenmuseum
Berkas:Batak_gospel_of_mark.jpg|[[Injil Markus]] dalam bahasa Batak Toba yang dicetak pada tahun 1867
Berkas:Opschrift op een Toba Batak huis te Porsea bij Balige, KITLV 99554.tiff|Inskripsi pada rumah Batak Toba di Porsea, dekat [[Balige, Toba|Balige]].
Berkas:Kedai Kopi & Teh Pardomuan.png|Penggunaan aksara Batak pada papan tanda kedai di Desa Hutajulu, Kabupaten Humbang Hasundutan.
</gallery>
|}
[[Berkas:Batak priest with priest staff, pustaha, and medicine horn.jpg|ka|240px|jmpl|Pendeta atau ''datu'' Batak dengan pustaha yang sedang digelar]]
''[[Pustaha]]'' merupakan panduan dan catatan pribadi pendeta [[Parmalim|adat Batak]] (''datu'') mengenai ilmu kedukunan (''hadatuan''). Pustaha umumnya dimulai dengan daftar ''datu'' yang mewariskan ilmunya secara turun-temurun hingga penulis pustaha yang bersangkutan, diikuti dengan pembahasan ilmu ''hadatuan'' yang mencakup namun tidak terbatas pada resep obat-obatan, cara membuat jimat penolak bala, menerapkan atau menghilangkan kutukan, serta penentuan hari baik-buruk melalui astrologi dan metode ramalan lainnya. Isi pustaha digubah menggunakan varian bahasa Batak arkais yang disebut ''hata poda'', secara harfiah berarti "bahasa amanat". Bahasa ini khusus digunakan oleh para ''datu'' dan calon ''datu'' di seantero ranah Batak untuk mempermudah komunikasi antarindividu yang sering kali bahasa ibunya berbeda-beda. Karena sifatnya sebagai catatan pribadi dan bahasanya yang arkais, informasi dan maksud persis di dalam pustaha sering kali sulit dipahami.{{sfn|Kozok|1996|pp=241–242}}
 
Dalam tradisi sastra Batak, hanya genre ratapan yang umumnya dituliskan. Ratapan Batak (disebut ''bilang-bilang'' dalam bahasa Karo, ''andung'' dalam bahasa Mandailing, dan ''sumansuman'' dalam bahasa Simalungun) merupakan keluh kesah mengenai cinta atau nasib pilu yang digubah dalam bentuk prosa. Teks ini biasanya diguratkan pada bambu, tulang, dan perkakas sehari-hari oleh pemilik benda bersangkutan. Ratapan Karo dan Simalungun sering kali ditemukan pada bambu dan perkakas yang diukir dengan kerajinan tinggi, sementara ratapan Mandailing umumnya hanya ditemukan pada bambu polos. Pada benda-benda tertentu, penggalan ratapan hanya digunakan sebagai teks pengisi dalam komponen pembentuk jimat.{{sfn|Kozok|1996|pp=236-239}}{{sfn|Kozok|2000|pp=50-51}}
 
Aksara Batak lazim digunakan oleh masyarakat awam untuk kegiatan surat-menyurat dengan media bambu, meski beberapa surat kertas juga diketahui. Tidak banyak tipe naskah ini yang kini tersisa karena kebanyakan surat Batak hanya berisikan pesan pendek yang kemudian dibuang setelah perihal yang bersangkutan terselesaikan. Terdapat pula jenis surat bernama ''pulas'' yang digunakan untuk menyampaikan tuntutan dan ancaman, misal untuk membayar utang atau mengembalikan sandra. Surat ancaman ini selalu disertai dengan miniatur senjata atau [[rijang|batuapi]] untuk mempertegas pesan yang disampaikan. ''Pulas'' terutama umum digunakan di daerah Karo, meski penggunaannya juga tercatat di daerah Batak lainnya. Pemilik perkebunan tembakau di [[Deli]] abad ke-19 kerap menerima surat ancaman semacam ini dari masyarakat Karo yang tanahnya sering kali disengketakan. Tak jarang pula para mengirim ''pulas'' tersebut menindaklanjuti ancaman mereka dengan membakar gudang dan perkebunan pada tanah yang dipermasalahkan.{{sfn|Kozok|1996|pp=236-239}}{{sfn|Kozok|2000|pp=51}}
 
[[Misionaris]] [[Kristen]] Jerman yang mulai aktif di ranah Batak pada tahun 1860 awalnya menggunakan surat Batak dalam penyebaran dakwah mereka karena dinilai lebih cepat dan mudah diterima oleh masyarakat lokal dibanding [[huruf Latin]] yang perlu diajarkan terlebih dulu.<ref>{{cite Journal|last=Schreiber|first=August|year=1884|title=In welchen Sprachen predigen unsere Missionare?|journal=Berichte der Rheinischen Missions-Gesellschaft|volume=41|page=164-173}}</ref> Hal ini mendorong berkembangnya teknologi cetak untuk memproduksi buku-buku bersurat Batak secara massal, terutama buku pelajaran dan terjemahan [[Injil]] yang menjadi bahan pengajaran dalam sekolah-sekolah misionaris. Beberapa percetakan yang memproduksi materi bersurat Batak antara abad ke-19 hingga 20 adalah percetakan [[:en:Elberfeld|Elberfeld]] di Jerman, [[Laguboti]] di pesisir selatan Danau Toba, dan [[Percetakan Negara Republik Indonesia|Landsdrukkerij]] atau Percetakan Negeri di [[Batavia]].{{sfn|Kozok|2000|pp=38-39}}
 
=== Kemunduran ===
Bersamaan dengan masuknya pengaruh [[Kristen]] maupun [[Islam]] di suatu wilayah Batak, tradisi tulis tradisional di daerah yang bersangkutan umumnya mengalami kemunduran. Meski misionaris Kristen awalnya mendukung penggunaan surat Batak dan mengembangkan teknologi cetak surat Batak untuk kegiatan Zending/penginjilan mereka, penggunaan aksara ini tidak didukung semua pihak dan tak jarang penginjil bangsa asing maupun lokal melaksanakan pemusnahan pustaha dan segala benda bersurat batak.<ref>{{Cite journal|last=Meerwaldt|first=J.H.|year=1922|title=De nieuwe Bataksche Letterkunde|url=|journal=Mededelingen van wege het Nederlandsch Zendelinggenootschap|volume=66|issue=|pages=295-311|doi=}}</ref> Hal serupa juga terjadi di wilayah Batak yang menerima pengaruh Islam seperti [[Kabupaten Mandailing Natal|Mandailing]], [[Partibi]], dan [[Sipirok, Tapanuli Selatan|Sipirok]] karena pengaruh [[kaum Padri]],<ref>{{Cite book|title=Overzicht van de volksverhalen der Bataks|last=Voorhoeve|first=Petrus|date=1927|publisher=|isbn=|location=|pages=314|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Willer|first=T.J.|year=1846|title=Verzameling der Battahschen wetten en instellingen in Mandheling en Pertibie|url=|journal=Tijdschrift voor Nederlandsch Indië|volume=8|issue=|pages=145-424|doi=}}</ref> sehingga tradisi tulis-menulis surat Batak hanya bertahan di pedalaman ranah Batak. Beberapa buku cetak Batak masih diproduksi setidaknya hingga tahun 1916,{{sfn|Kozok|2000|pp=38-39}} namun memasuki abad ke-20 masyarakat Batak yang telah terpapar dengan edukasi modern kian memilih huruf Latin untuk fungsi sehari-hari sehingga produksi buku cetak Batak berkurang perlahan-lahan.{{sfn|Kozok|1996|pp=245-246}} Ketika Jepang mulai [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|menduduki Indonesia]] pada tahun 1942, Jepang membakar percetakan Laguboti dan melaksanakan pemusnahan buku-buku yang diasosiasikan dengan kegiatan misionaris asing, termasuk buku-buku cetak dengan surat Batak, sehingga produksi surat Batak cetak di SumatraSumatera Utara terhenti total dan tidak lagi kembali sebagaimana semula pada periode pasca-kemerdekaan.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=01CrDAAAQBAJ&pg=PA161&lpg=PA161&dq=jepang+membakar+buku+belanda&source=bl&ots=j3p5FaVDhO&sig=ACfU3U2vc_M7z8ot56BmbCJ5C1EjNwidDQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiyqYi9va7oAhUUjeYKHVdJAE8Q6AEwAnoECAkQAQ#v=onepage&q=jepang%20membakar%20buku%20belanda&f=false|title=Pemikiran Tentang Batak: Setelah 150 Tahun Agama Kristen di Sumatera Utara|last=Simanjuntak|first=Bungaran Antonius|date=2011|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=978-979-461-781-6|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=7md2DAAAQBAJ&pg=PA359&lpg=PA359&dq=percetakan+lagu+boti&source=bl&ots=ScXRH1uvQn&sig=ACfU3U3l3XyipV3f3KH7a6ElJlHFO1jJjg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjx-f7Hvq7oAhUa9XMBHYX9DCYQ6AEwBHoECAoQAQ#v=onepage&q=percetakan%20lagu%20boti&f=false|title=Konsepku Membangun Bangso Batak: Manusia, Agama, dan Budaya|last=Simanjuntak|first=Bungaran Antonius|date=2012|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=978-979-461-804-2|language=id}}</ref>
 
=== Penggunaan kontemporer ===
[[Berkas:Distorted batak sample, compared to authentic sample.png|ka|300px|jmpl|Contoh penulisan surat Batak kontemporer yang terdistorsi (kiri) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III yang dicetak pada tahun 2002, dibandingkan dengan penulisan berdasarkan naskah Batak otentik (kanan). Selain bentuk hurufnya yang sangat terdistorsi, contoh kiri juga memiliki sejumlah kesalahan [[#Ortografi|ortografis]] yang tidak pernah terjadi dalam naskah Batak asli.]]
Dalam ranah kontemporer, surat Batak telah menjadi bagian dari pengajaran muatan lokal di SumatraSumatera Utara sejak 1980-an dan dapat ditemukan pada papan nama tempat-tempat umum tertentu.<ref name="uni"/> Pada Juni 1988, sebuah lokakarya yang berlangsung di Medan berupaya untuk menghasilkan suatu standar tunggal dari varian-varian surat Batak yang telah ada. Lokakarya ini menetapkan satu set aksara yang disederhanakan dengan beberapa tambahan untuk bunyi asing serta angka. Namun begitu, tercatat bahwa lokakarya tersebut dibahas dan diseminarkan oleh panitia yang tidak memiliki anggota ahli sastra Batak maupun filolog surat Batak. Akibatnya, set aksara yang dihasilkan lokakarya tersebut memiliki banyak pilihan bentuk janggal yang jarang atau tidak pernah ditemui dalam naskah Batak otentik, dan peneliti seperti [[Uli Kozok]] menilai hasil lokakarya ini sangat menyimpang dari penulisan Batak asli.{{sfn|Kozok|2009|pp=92-93}} Hasil lokakarya ini tidak pernah diberlakukan secara resmi ataupun digunakan secara luas,{{sfn|Kozok|2009|pp=92}} meski beberapa cuplikan tabelnya kadang dapat ditemukan di internet.<ref>[http://www.ancientscripts.com/files/Surat%20Batak.pdf Ulasan singkat mengenai Surat Batak oleh Andre Samosir kepada Lawrence K Lo untuk ancientscripts.com]</ref> Pada umumnya, sedikit sekali masyarakat Batak kontemporer yang pernah melihat teks Batak otentik karena budaya tulis tradisional yang berkurang drastis dan percetakan surat Batak yang musnah pada pertengahan abad ke-20. Pada abad ke-21, surat Batak hanya sesekali digunakan untuk fungsi ornamental, dan satu-satunya "naskah" bersurat Batak yang masih sering dihasilkan di ranah Batak kontemporer adalah tiruan pustaha sebagai cendramata di pusat-pusat pariwisata seperti [[Parapat, Girsang Sipangan Bolon, Simalungun|Parapat]] dan [[Tomok]]. Akibatnya, surat Batak yang kini diajarkan sering kali terdistorsi atau banyak menyimpang dari penulisan dalam naskah-naskah asli tanpa disadari oleh penulis masing-masing.{{sfn|Kozok|1996|pp=245-246}}{{sfn|Kozok|1999|pp=10}} Salah satu contohnya dalam publikasi resmi misal contoh Surat Batak dalam [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]] Edisi III yang dicetak tahun 2002, halaman 1341.{{sfn|Kozok|2009|pp=114}}
 
== Bentuk ==
Baris 81 ⟶ 101:
! i
! u
|- style="length:20%;"
! style="width:10%; text-align:center;" |Karo
| align="center" |[[Berkas:Batak A-1, Ha.svg|30px|link=|alt=A]]
| align="center"|[[Berkas:Batak A-1, Ha.svg|30px|link=|alt=Ha]]
| align="center" | [[Berkas:Batak Ha-1, Ka-1.svg|30px|link=|alt=Ka]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ba-2.svg|30px|link=|alt=Ba]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Pa-1.svg|30px|link=|alt=Pa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Na.svg|30px|link=|alt=Na]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Wa-1.svg|30px|link=|alt=Wa]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ga-1.svg|30px|link=|alt=Ga]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak Ja.svg|30px|link=|alt=Ja]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak Da.svg|30px|link=|alt=Da]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ra-1.svg|30px|link=|alt=Ra]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ma-1.svg|30px|link=|alt=Ma]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ta-1.svg|30px|link=|alt=Ta]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Sa-1, Ca-1.svg|30px|link=|alt=Sa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ya-1.svg|30px|link=|alt=Ya]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak Nga.svg|30px|link=|alt=Nga]]
| align="center" |[[Berkas:Batak La-1.svg|30px|link=|alt=La]]
!
| align="center"|[[Berkas:Batak Ca-3.svg|30px|link=|alt=Ca]]<hr>[[Berkas:Batak Ca-2, Nya.svg|30px|link=|alt=Ca]]
|[[Berkas:Batak Nda.svg|30px|link=|alt=Nda]]
|[[Berkas:Batak Mba-1.svg|30px|link=|alt=Ba]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak I.svg|30px|link=|alt=I]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak U.svg|30px|link=|alt=I]]
|- style="length:10%;"
! style="width:10%; text-align:center;" |Mandailing-Angkola<br>Mandailing
| align="center" |[[Berkas:Batak A-1, Ha.svg|30px|link=|alt=A]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ha-3.svg|30px|link=|alt=Ha]]
Baris 88 ⟶ 133:
| align="center" |[[Berkas:Batak Ba-1.svg|30px|link=|alt=Ba]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Pa-1.svg|30px|link=|alt=Pa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Na.svg|30px|link=|alt=Na]]<hr>[[Berkas:Batak Na-2.svg|30px|link=|alt=Na]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Wa-1.svg|30px|link=|alt=Wa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ga-1.svg|30px|link=|alt=Ga]]
| rowspan="3" |[[Berkas:Batak Ja.svg|30px|link=|alt=Ja]]
| rowspan="3" |[[Berkas:Batak Da.svg|30px|link=|alt=Da]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ra-1.svg|30px|link=|alt=Ra]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ma-1.svg|30px|link=|alt=Ma]]
Baris 98 ⟶ 141:
| align="center" |[[Berkas:Batak Sa-3.svg|30px|link=|alt=Sa]]<hr>[[Berkas:Batak Sa-2.svg|30px|link=|alt=Sa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ya-1.svg|30px|link=|alt=Ya]]
| rowspan="3" |[[Berkas:Batak Nga.svg|30px|link=|alt=Nga]]
| align="center" |[[Berkas:Batak La-1.svg|30px|link=|alt=La]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ca-2, Nya.svg|30px|link=|alt=Nya]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ca-4.svg|30px|link=|alt=Ca]]<hr>[[Berkas:Batak Ca-2.svg|30px|link=|alt=A]]
! rowspan="34" |
! rowspan="34" |
|- style="length:10%;"
| rowspan="3" |[[Berkas:Batak I.svg|30px|link=|alt=I]]
! style="width:10%; text-align:center;" |Pakpak
| rowspan="3" |[[Berkas:Batak U.svg|30px|link=|alt=I]]
| align="center" |[[Berkas:Batak A-1, Ha.svg|30px|link=|alt=A]]
| align="center" |[[Berkas:Batak A-1, Ha.svg|30px|link=|alt=Ha]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ha-1, Ka-1.svg|30px|link=|alt=Ka]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ba-1.svg|30px|link=|alt=Ba]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Pa-1.svg|30px|link=|alt=Pa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Na.svg|30px|link=|alt=Na]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Wa-3.svg|30px|link=|alt=Wa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ga-1.svg|30px|link=|alt=Ga]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ra-1.svg|30px|link=|alt=Ra]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ma-1.svg|30px|link=|alt=Ma]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ta-1.svg|30px|link=|alt=Ta]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Sa-1, Ca-1.svg|30px|link=|alt=Sa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ya-1.svg|30px|link=|alt=Ya]]
| align="center" |[[Berkas:Batak La-1.svg|30px|link=|alt=La]]
!
| align="center" |[[Berkas:Batak Sa-1, Ca-1.svg|30px|link=|alt=Ca]]
|- style="length:10%;"
! style="width:10%; text-align:center;" |Simalungun
Baris 144 ⟶ 202:
Bentuk-bentuk di atas merupakan bentuk yang digeneralisasi, tidak jarang suatu naskah menggunakan varian bentuk aksara atau tarikan garis yang sedikit berbeda antara satu sama lainnya tergantung dari daerah asal dan media yang digunakan.{{sfn|Kozok|2009}}
 
Aksara i ({{btk|ᯤ}}) dan u ({{btk|ᯥ}}) hanya digunakan untuk suku kata terbuka, misal pada kata dan <!--''paingot'' {{btk|ᯇᯤᯝᯬᯖ᯲}}--> ''ina'' {{btk|ᯤᯉ}} dan ''ulu'' {{btk|ᯥᯞᯮ}}. Untuk suku kata tertutup yang diawali dengan bunyi i atau u, digunakanlah aksara a ({{btk|ᯀ}} atau {{btk|ᯁ}}) bersama diaktirik untuk masing-masing vokal, misal pada kata ''indung'' {{btk|ᯀᯪᯉ᯲ᯑᯮᯰ}} dan ''umpama'' {{btk|ᯀᯮᯔ᯲ᯇᯔ}}.{{sfn|Kozok|1999|pp=109}}
<!--
Dalam penulisan Karo, bunyi sengau m, n, dan ng sebelum konsonan b, c, d, g, j, k, dan p/ tidak ditulis. Karena itu, kata seperti ''panta'' hanya ditulis ''pata'' {{btk|ᯇᯗ}}.
-->
 
=== Diakritik ===
Diakritik ('''''anak ni surat''''') adalah tanda yang melekat pada aksara utama untuk mengubah vokal inheren aksara utama yang bersangkutan, bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:<ref name="uni"/>
Baris 162 ⟶ 224:
! pemati
|- style="text-align: center"
! rowspan="2" | Mandailing-AngkolaKaro
| [[Berkas:Batak sign I-1.svg|40px|link=|alt=-I]]<hr>[[Berkas:Batak sign I-2.svg|40px|link=|alt=-I]]
| [[Berkas:Batak sign O-1.svg|40px|link=|alt=-U]]
| [[Berkas:Batak sign E-2.svg|40px|link=|alt=-E]]
| [[Berkas:Batak sign E-1.svg|40px|link=|alt=-E]]
| [[Berkas:Batak sign E-3, O-2.svg|40px|link=|alt=-O]]<hr>[[Berkas:Batak sign O-3.svg|40px|link=|alt=-O]]
!
| [[Berkas:Batak sign Ng.svg|40px|link=|alt=-Ng]]
| [[Berkas:Batak sign H.svg|40px|link=|alt=-H]]
| [[Berkas:Batak sign mute-2.svg|40px|link=|alt=-]]
|- style="text-align: center"
| kelawan
| sikurun
| ketéléngan
| kebereten
| ketolongen
!
| kebincaren
| kejeringen
| penengen
|- style="text-align: center"
! rowspan="2"| Mandailing
| [[Berkas:Batak sign I-1.svg|40px|link=|alt=-I]]
| [[Berkas:Batak sign U.svg|40px|link=|alt=-U]]
| [[Berkas:Batak sign E-2.svg|40px|link=|alt=-E]]
!
| [[Berkas:Batak sign O-1.svg|40px|link=|alt=-U]]
!
| [[Berkas:Batak sign Ng.svg|40px|link=|alt=-Ng]]
!
| [[Berkas:Batak sign mute-1.svg|40px|link=|alt=-]]
|- style="text-align: center"
Baris 181 ⟶ 264:
| amisara
!
| pangolat
|- style="text-align: center"
! rowspan="2"| Pakpak
| [[Berkas:Batak sign I-1.svg|40px|link=|alt=-I]]
| [[Berkas:Batak sign U.svg|40px|link=|alt=-U]]
| [[Berkas:Batak sign E-2.svg|40px|link=|alt=-E]]
| [[Berkas:Batak sign E-1.svg|40px|link=|alt=-E]]
| [[Berkas:Batak sign O-1.svg|40px|link=|alt=-U]]
!
| [[Berkas:Batak sign Ng.svg|40px|link=|alt=-Ng]]
| [[Berkas:Batak sign H.svg|40px|link=|alt=-H]]
| [[Berkas:Batak sign mute-1.svg|40px|link=|alt=-]]
|- style="text-align: center"
| kaloan
| kabereten
| ketadingin
| kabereten podi
| sikora
!
| kebincaren
| sikorjan
| pangolat
|- style="text-align: center"
Baris 250 ⟶ 354:
! k
|- style="text-align: center"
! rowspan="2" | Mandailing-AngkolaKaro
| [[Berkas:Batak Ha-1, Ka-31.svg|33px|link=|alt=Ka]]
| [[Berkas:Batak Ki-1.png|40px|link=|alt=Ki]]<hr>[[Berkas:Batak Ki-2.png|40px|link=|alt=Ki]]
| [[Berkas:Batak Ko-1, Ku-1.png|40px|link=|alt=Ku]]
| [[Berkas:Batak Ke-1.png|40px|link=|alt=Ke]]
| [[Berkas:Batak Ke-3.png|40px|link=|alt=Ke]]
| [[Berkas:Batak Ke-2, Ko-2.png|40px|link=|alt=Ko]]<hr>[[Berkas:Batak Ko-3.png|40px|link=|alt=Ko]]
!
| [[Berkas:Batak Kang.png|40px|link=|alt=Kang]]
| [[Berkas:Batak Kah.png|40px|link=|alt=Kah]]
| [[Berkas:Batak K-1 (Karo).svg|33px|link=|alt=K]]
|- style="text-align: center"
!
| kelawan
| sikurun
| ketéléngan
| kebereten
| ketolongen
!
| kebincaren
| kejeringen
| penengen
|- style="text-align: center"
! rowspan="2"| Mandailing
| [[Berkas:Batak Ka-3.svg|33px|link=|alt=Ka]]
| [[Berkas:Batak Ki (Mandailing).png|40px|link=|alt=Ki]]
| [[Berkas:Batak Ku (Mandailing).png|40px|link=|alt=Ku]]
| [[Berkas:Batak Ke (Mandailing).png|40px|link=|alt=Ke]]
!
| [[Berkas:Batak Ko (Mandailing).png|40px|link=|alt=Ke]]
!
| [[Berkas:Batak Kang (Mandailing).png|40px|link=|alt=Kang]]
!
| [[Berkas:Batak K-4 (Mandailing).svg|48px|link=|alt=K]]
|- style="text-align: center"
Baris 271 ⟶ 398:
| amisara
!
| pangolat
|- style="text-align: center"
! rowspan="2"| Pakpak
| [[Berkas:Batak Ha-1, Ka-1.svg|33px|link=|alt=Ka]]
| [[Berkas:Batak Ki-1.png|40px|link=|alt=Ki]]
| [[Berkas:Batak Ku-2.png|40px|link=|alt=Ku]]
| [[Berkas:Batak Ke-1.png|40px|link=|alt=Ke]]
| [[Berkas:Batak Ke-2, Ko-2.png|40px|link=|alt=Ke]]
| [[Berkas:Batak Ko-1, Ku-1.png|40px|link=|alt=Ku]]
!
| [[Berkas:Batak Kang.png|40px|link=|alt=Kang]]
| [[Berkas:Batak Kah.png|40px|link=|alt=Kah]]
| [[Berkas:Batak K-3 (Toba, Pakpak).svg|36px|link=|alt=K]]
|- style="text-align: center"
!
| kaloan
| kabereten
| ketadingin
| kabereten podi
| sikora
!
| kebincaren
| sikorjan
| pangolat
|- style="text-align: center"
Baris 352 ⟶ 502:
== Ortografi ==
=== Ligatur -u ===
Dalam penulisan Mandailing-Angkola, Pakpak, Simalungun, dan Toba, diaktirik -u sering kali ditulis bersambung sehingga membentuk [[:en:Orthographic_ligatureOrthographic ligature|ligatur]] dengan aksara dasar bersangkutan. Ligatur tersebut dapat dilihat sebagaimana berikut:<ref name="uni"/>
 
{| summary="Ligatures with -U"
Baris 419 ⟶ 569:
| align="center"| [[Berkas:Batak Pu-1.svg|30px|link=|alt=Pu]]
| pa + -u = pu (Mandailing)
|-
| [[Berkas:Batak Pa-1.svg|30px|link=|alt=Pa]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;border-right:#aaaaaa hidden;" | &nbsp;+
| [[Berkas:Batak sign U.svg|30px|link=|alt=-U]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;" | =&nbsp;
| align="center"| [[Berkas:Batak Pu-3.svg|30px|link=|alt=Pu]]
| pa + -u = pu (Pakpak, Toba)
|-
| [[Berkas:Batak Pa-2.svg|30px|link=|alt=Pa]]
Baris 447 ⟶ 604:
| align="center"| [[Berkas:Batak Wu-1.svg|30px|link=|alt=Wu]]
| wa + -u = wu (Mandailing, Toba)
|-
| [[Berkas:Batak Wa-3.svg|30px|link=|alt=Wa]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;border-right:#aaaaaa hidden;" | &nbsp;+
| [[Berkas:Batak sign U.svg|30px|link=|alt=-U]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;" | =&nbsp;
| align="center"| [[Berkas:Batak Wu-3.svg|30px|link=|alt=Wu]]
| wa + -u = wu (Pakpak, Toba)
|-
| [[Berkas:Batak Wa-2.svg|30px|link=|alt=Wa]]
Baris 532 ⟶ 696:
| align="center"|[[Berkas:Batak Tu-2.svg|30px|link=|alt=Tu]]&nbsp;
| ta + -u = tu
|-
| [[Berkas:Batak Sa-1, Ca-1.svg|30px|link=|alt=Sa]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;border-right:#aaaaaa hidden;" | &nbsp;+
| [[Berkas:Batak sign U.svg|30px|link=|alt=-U]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;" | =&nbsp;
| align="center"|[[Berkas:Batak Su-1.svg|30px|link=|alt=Su]]&nbsp;
| sa + -u = su (Pakpak)
|-
| [[Berkas:Batak Sa-3.svg|30px|link=|alt=Sa]]
Baris 843 ⟶ 1.014:
|-
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed" heights=160px"160">
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wichelkoker die de gunstige en ongunstige dagen berekent TMnr 2599-16a.jpg|Tabung bambu dengan teks pendek
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Twee bamboe wichelkokers TMnr 5977-47.jpg|Bambu dengan kalender Batak (''porhalaan'') dan teks pendek, koleksi Tropenmuseum
Baris 852 ⟶ 1.023:
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wichelboek met onderwijzing omtrent het citroenorakel versierd met boraspati TMnr A-4173.jpg|Pustaha koleksi Tropenmuseum dengan sampul bermotif kadal Boraspati
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wichelboek met formules recepten en voorschriften die worden toegepast door de priester-genezer TMnr 137-573.jpg|Pustaha koleksi Tropenmuseum dengan sampul polos
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wichelboek TMnr A-1389.jpg|''Pustaha Agung'' koleksi Tropenmuseum, pustaha terbesar yang diketahui dengan lembar yang panjangnya mencapai 15 m.meter
Berkas:Pustaha about Protection against Evil WDL2895.png|Pustaha koleksi KITLV yang membahas mengenai ilmu penolak bala
Berkas:Antidote against poison, in Batak. Wellcome L0040769.jpg|Pustaha koleksi Galeri Wellcome yang membahas mengenai penawar racun
Berkas:Si_Singamangaraja_SealSi Singamangaraja Seal.jpg|Cap [[Sisingamangaraja XII|Si Singamangaraja XII]]
FileBerkas:Jalan Gereja (Church St.).jpg|Penggunaan surat Batak pada papan nama jalan di [[Tuktuk Siadong, Simanindo, Samosir|Tuktuk, Samosir]]
</gallery>
|}
Baris 863 ⟶ 1.034:
 
== Lihat pula ==
* [[Rumpun bahasa Batak|Bahasa Batak]]
* [[Pustaha]]
* [[Aksara Nusantara]]
Baris 871 ⟶ 1.042:
{{notelist}}
 
== RujukanReferensi ==
{{reflist}}
 
Baris 901 ⟶ 1.072:
*[http://www.bl.uk/manuscripts/FullDisplay.aspx?ref=Add_MS_4726 ''Pustaha Panampuhi'', panduan meramal menggunakan air jeruk nipis] koleksi British Library no. Add MS 4726
*[https://budaya-indonesia.org/Pustaha-Poda-ni-si-aji-mamis-ma-inon ''Pustaha Poda ni Si Aji Manis'', panduan untuk mencelakakan musuh] koleksi Übersee-Museum no. A 12332
*[http://khastara.perpusnas.go.id/web/detail/720253/laklak Pustaha] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200806105005/http://khastara.perpusnas.go.id/web/detail/720253/laklak |date=2020-08-06 }} koleksi Perpustakaan Nasional Indonesia no. peti 113 D4
*[https://digital.soas.ac.uk/LOAA005798/00004/ Pustaha] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211024173133/https://digital.soas.ac.uk/LOAA005798/00004/ |date=2021-10-24 }} koleksi SOAS University of London no. MS 41836
 
===Lainnya===
Baris 911 ⟶ 1.082:
* [http://www.omniglot.com/writing/batak.htm Artikel surat Batak] di situs Omniglot.com
* Unduh font surat Batak di [https://ulikozok.com/aksara-batak/batak-font/ Situs Uli Kozok], [https://aksaradinusantara.com/fonta/aksara/batak Aksara di Nusantara], atau [https://www.google.com/get/noto/ Google Noto Font]
* [https://bennylin.github.io/transliterasi/batak.html Transliterasi Surat Batak dari/ke Latin]
<!--* [http://transtoba2.seige.net Transtoba2] – Roman to Toba Batak script transliteration software by Uli Kozok and Leander Seige (GNU GPL)-->
{{DEFAULTSORT:Batak Script}}
{{jenis aksara|state=show|state2=show}}
{{Suku Bangsa Batak}}
{{Suku Batak Toba}}
{{Suku Karo}}
[[Kategori:Aksara Batak| ]]
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Batak]]
[[Kategori:Aksara Batak]]
[[Kategori:Rumpun bahasa Batak]]
[[Kategori:Batak Angkola]]
[[Kategori:Batak Karo]]
[[Kategori:Batak Mandailing]]
[[Kategori:Batak Pakpak]]
[[Kategori:Batak Simalungun]]
[[Kategori:Batak Toba]]
[[Kategori:Aksara Nusantara]]