Wildan Abdul Chamid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menghapus Kategori:Tokoh Nahdatul Ulama; Menambah Kategori:Tokoh Nahdlatul Ulama menggunakan HotCat |
Hapus gelar Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(11 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim|image=[[Berkas:KH Wildan Abdul Chamid.jpg|170px]]|nama=Mohammad Wildan Abdul Chamid|bangsa=[[indonesia]]|etnis=[[Jawa]]|glr_islam_dpn=[[Kiai]] [[Haji]]|nama_ayah=KH. Abdulchamid|nama_ibu=Nyai Rochmah|negara1=[[Indonesia]]|status_hidup_wafat = WAFAT|negara_dilahirkan=[[Kendal, Kendal|Kendal]], [[Jawa Tengah]] era {{bendera|Hindia Belanda}}|relatives=[[Achmad Abdul Hamid Kendal]] (kakak)|spouse=Nyai Faizah|children=Wachidah Ghodif Wildan, Rochmah Wildan, Fauziyah Wildan, Robiatul Adawiyah Wildan, Nur Azizah Wildan, Atikah Wildan, Nihayah Wildan, Mohammad Farid Fad Wildan
<!-- ------------ -->
|tgl_lahir_h=
Baris 22:
}}
'''
== Kelahiran ==
Mohammad Wildan Abdul Chamid dilahirkan di Kendal, tepatnya tanggal 17 November 1937. Beliau merupakan putra bungsu dari 9 bersaudara pasangan K.H. Abdulchamid dan Nyai Rochmah. Nama kedelapan saudaranya K.H. [[Achmad Abdul Hamid Kendal]], Muhamad, Muhamad, Umamah, Makmun, Maryam, Anas, dan Aminah.
Baris 36 ⟶ 37:
Wildan dikenal sebagai santri kesayangan K.H. [[Bisri Mustofa]], sekaligus ia diamanati sebagai lurah pondok. Selama mondok, ia dipercaya untuk menjadi qari’ kitab kuning di pondok Leteh di luar jam mengajar Kiai [[Bisri Mustofa]].
Setelah memutuskan boyong kembali ke rumah, tepatnya 21 Nopember 1966, Wildan menikah dengan Faizah, gadis asal Semarang dan dikaruniai 8 (delapan) orang anak, Wachidah Ghodif, Rochmah, Fauziyah, Robiatul Adawiyah, Nur Azizah, Atikah, Nihayah, dan Mohammad Farid Fad (Gus Farid) <ref>
Menularkan ilmu, merupakan panggilan hati yang selalu konsisten diamalkan oleh Kiai Wildan, baik melalui forum pengajian maupun mendirikan lembaga pendidikan, antara lain dengan mendirikan pondok pesantren yang kemudian diberi nama Pondok Pesantren [[Raudlatul Muta'allimin|Raudlatul Muta’allimin]] pada tahun 2001.
Hal yang patut diteladani dari sosok Kiai Wildan adalah kegigihan dan semangat beliau dalam memperdalam ilmu dan menularkannya. Dalam semangat mengajar, beliau meniru model Kiai [[Bisri Mustofa]], bahkan ketika kondisi mati lampu, pengajian tetap berlangsung, beliau tetap mengajar dengan model hafalan. Pernah ketika mengajar ke Weleri, dimana sarana transportasi amat tak mendukung, beliau tetap semangat mengajar tiap Sabtu malam, yang tak jarang pulangnya menumpang truk yang lewat karena sudah tidak ada angkutan pada malam hari.
Baris 44 ⟶ 45:
== Dakwah, Ketokohan dan Pengaruh ==
Kiprah beliau dalam mengajar pengajian antara lain mengajar Kitab ''[[Bulughul Maram]]'' (Selasa bakda Subuh di Masjid Agung Kendal), Kitab ''[[Ihya Ulumudin]]'' (Selasa pagi jam 08.00 di rumah)
Ditengah kesibukannya menjadi Hakim Pengadilan Agama di Kendal, Kiai Wildan menyempatkan diri untuk terus menularkan ilmunya di jalur pendidikan formal dengan menjadi dosen di [[Universitas Islam Negeri Walisongo]] Semarang (sejak tahun 1972 sampai dengan mengundurkan diri pada tahun 2000 karena kesibukan mengajar pengajian), dosen IIWS Semarang, dan mendirikan MAN Kendal (dahulu bernama SP IAIN).
Baris 52 ⟶ 53:
== Wafat ==
Pada hari Kamis, tanggal 4 Romadhon 1437 H/ 9 Juni 2016 M dini hari, setelah sebelumnya bertadarus ''Al-Qur’an bil ghaib'' dan khatam ''Alfiyah Ibnu Malik'', sekitar pukul 03.00 WIB dini hari
Untuk memperingati wafatnya, tiap 4 Sya'ban
== Referensi ==
|