Literasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(34 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Gabung kepadake|Melek aksara}}
 
'''Literasi''' atau '''kemelekan''' adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat serangkaian kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. <ref>{{Cite web|url=http://gurudigital.id/jenis-pengertian-literasi-adalah/|website=Guru Digital|title=Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi|access-date=6 Marer 2019}}</ref>
 
Dalam [[bahasa Latin]], istilah literasi berasal dari literatus, artinya orang yang belajar.
Dalam [[bahasa Latin]], istilah literasi disebut sebagai ''literatus'', artinya adalah orang yang belajar. Selanjutnya, [[National Institute for Literacy]] menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. [[Education Development Center]] (EDC) juga turut menjabarkan pengertian dari literasi, yakni kemampuan individu menggunakan potensi yang dimilikinya, dan tidak sebatas kemampuan baca tulis saja. [[UNESCO]] juga menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nila-nilai budaya serta pengalaman. Kemudian, di dalam kamus online Merriam—Webster, dijelaskan bahwa literasi adalah kemampuan atau kualitas [[melek aksara]] di mana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis, dan mengenali serta memahami ide-ide secara visual.
 
 
 
Dalam [[bahasa Latin]], istilah literasi disebut sebagai ''literatus'', artinya adalah orang yang belajar. Selanjutnya, [[National Institute for Literacy]] menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. [[Education Development Center]] (EDC) juga turut menjabarkan pengertian dari literasi, yakni kemampuan individu menggunakan potensi yang dimilikinya, dan tidak sebatas kemampuan baca tulis saja. [[UNESCO]] juga menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nilanilai-nilai budaya serta pengalaman. Kemudian, di dalam kamus online Merriam—Webster, dijelaskan bahwa literasi adalah kemampuan atau kualitas [[melek aksara]] di mana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis, dan mengenali serta memahami ide-ide secara visual.
 
== Jenis ==
* [[Literasi media]]
* [[Literasi Digital Inklusifdigital]]
* [[Literasi informasi]]
* [[Literasi saintifik]]
* [[Literasi ekonomi makrokeuangan]]
* [https://jalabahasa.kemdikbud.go.id/index.php/jalabahasa/article/view/227 Literasi Baru]
*Literasi hukum
* [[Literasi ketatanegaraan]]
* [[Literasi ekonomi makro]]
* Literasi sastra
 
== Literasi Barubaru ==
Pada abad ke-21 diatau era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 muncul paradigma literasi baru. Tantangan era ini menurutMenurut penelitian [[Hamidulloh Ibda]], tantangan pada era ini sangat kompleks yang mengharuskan masyarakat mengimplementasikan literasi baru (literasi data, literasi teknologi, literasi manusia) yang menjadi pelengkap literasi lama (membaca, menulis, berhitung). <ref>{{Cite journal|last=Ibda|first=Hamidulloh|date=2019|title=Pembelajaran Bahasa Indonesia Berwawasan Literasi Baru di Perguruan Tinggi dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0|url=https://jalabahasa.kemdikbud.go.id/index.php/jalabahasa/article/view/227|journal=Jalabahasa|volume=15|issue=1|pages=48|doi=https://doi.org/10.36567/jalabahasa.v15i1.227}}</ref>
 
Dalam Rapat Kerja Nasional Kemenristek Dikti 2018, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristek Dikti menyampaikan mengenai beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan sebuah perguruan tinggi untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Kemampuan yang harus dimiliki dan diajarkan pada kurikulum perguruan tinggi salah satunya adalah literasi data. Selain literasi data, literasi baru juga mengharuskan literasi teknologi dan SDM.
Menurut penelitian Hamidulloh Ibda, dijelaskan bahwa penguatan literasi baru pada guru dan dunia pendidikan menjadi penting karena sebagai kunci perubahan, revitalisasi kurikulum berbasis literasi dan penguatan peran guru yang memiliki kompetensi digital. Guru berperan membangun generasi berkompetensi, berkarakter, memiliki kemampuan literasi baru, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pendidikan sebagai dasar penentu kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional pada anak, harus memperkuat keterampilan literasi abad 21. Mulai aspek kreatif, pemikiran kritis, komunikatif, dan kolaboratif. Pendidikan urgen memperkuat literasi baru dan revitalisasi kurikulum berbasis digital. Revitalisasi kurikulum mengacu pada lima nilai dasar dari peserta didik yang baik, yaitu ketahanan, kemampuan beradaptasi, integritas, kompetensi, dan peningkatan berkelanjutan. Pendidik harus menjadi guru digital, paham komputer, dan bebas dari penyakit akademis. Tujuannya mewujudkan generasi berkompetensi tingkat tinggi, karakter dan literasi untuk menjawab tantangan era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0.<ref>{{Cite journal|last=Ibda|first=Hamidulloh|date=2018|title=Penguatan Literasi Baru pada Guru Madrasah Ibtidaiyah dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0|url=http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/jrtie/article/view/1064|journal=JRTIE: Journal of Research and Thought on Islamic Education|volume=1|issue=1|pages=1|doi=https://doi.org/10.24260/jrtie.v1i1.1064}}</ref>
 
Munculnya era literasi baru tidak lepas dari era revolusi industri 4.0. Kondisi ini, adalah era dunia industri digital telah menjadi suatu paradigma dan acuan dalam tatanan kehidupan saat ini. Era revolusi&nbsp; industri 4.0 hadir bersamaan dengan era disrupsi yang sejak tahun 2017 mulai direspon serius kalangan terdidik. Untuk menghadapi revolusi industri 4.0 atau era disrupsi diperlukan “literasi baru” selain literasi lama. Literasi lama yang ada saat ini digunakan sebagai modal untuk berkiprah di kehidupan masyarakat. Literasi data, teknologi, dan SDM harus direspon pendidikan tinggi yang bisa dimasukkan ke dalam pembelajaran.<ref>{{Cite book|last=Ahmadi, Farid|first=Ibda, Hamidulloh|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=_gPhDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Literasi+baru&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=Literasi%20baru&f=false|title=Konsep dan Aplikasi Literasi Baru di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0|location=Semarang|publisher=CV. Pilar Nusantara|isbn=978-602-53992-5-1|pages=1-10|url-status=live}}</ref>
Dalam buku yang ditulis Farid Ahmadi dan Hamidulloh Ibda disebutkan bahwa literasi baru merupakan kemampuan atau sebuah usaha mendapatkan informasi, pengetahuan, melalui tiga jalan yaitu literasi data, teknologi dan SDM/humanisme. Literasi baru menjadi penguat dari literasi lama yaitu calistung atau dikenal dengan membaca, menulis, berhitung.
 
Menurut penelitian [[Hamidulloh Ibda]], dijelaskan bahwa penguatan literasi baru pada guru dan dunia pendidikan menjadi penting karena sebagai kunci perubahan, revitalisasi kurikulum berbasis literasi dan penguatan peran guru yang memiliki kompetensi digital. Guru berperan membangun generasi berkompetensi, berkarakter, memiliki kemampuan literasi baru, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pendidikan sebagai dasar penentu kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional pada anak, harus memperkuat keterampilan literasi abad 21. Mulai aspek kreatif, pemikiran kritis, komunikatif, dan kolaboratif. Pendidikan urgen memperkuat literasi baru dan revitalisasi kurikulum berbasis digital. Revitalisasi kurikulum mengacu pada lima nilai dasar dari peserta didik yang baik, yaitu ketahanan, kemampuan beradaptasi, integritas, kompetensi, dan peningkatan berkelanjutan. Pendidik harus menjadi guru digital, paham komputer, dan bebas dari penyakit akademis. Tujuannya mewujudkan generasi berkompetensi tingkat tinggi, karakter dan literasi untuk menjawab tantangan era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0.<ref>{{Cite journal|last=Ibda|first=Hamidulloh|date=2018|title=Penguatan Literasi Baru pada Guru Madrasah Ibtidaiyah dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0|url=http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/jrtie/article/view/1064|journal=JRTIE: Journal of Research and Thought on Islamic Education|volume=1|issue=1|pages=1|doi=https://doi.org/10.24260/jrtie.v1i1.1064}}</ref>
Pembelajaran memproses input dengan tujuan agar menghasilkan output atau outcome yang diinginkan. Untuk itu, penerapan HOTS harus menggiring siswa dan mahasiswa dapat berpikir logis, kreatif, komunikatif yang dibutuhkan diabad 21. Tanpa hal itu pendidikan yang capaianya harus menjawab era abad 21 akan dilaksanakan karena era ini membutuhkan keterampilan yang sangat kompleks. Maka semua guru, dosen, dan akademisi, harus dapat mewujudkanhal itu dalam rangka menggapai peradaban literasi baru.<ref>{{Cite book|last=Ahmadi, Farid|first=Ibda, Hamidulloh|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=_gPhDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=literasi+baru&hl=id&sa=X&redir_esc=y|title=Konsep dan Aplikasi Literasi Baru di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0|location=Semarang|publisher=CV. Pilar Nusantara|isbn=978-602-53992-5-1|pages=37-43|url-status=live}}</ref>
 
Dalam buku yang ditulis [[Farid Ahmadi]] dan [[Hamidulloh Ibda]] disebutkan bahwa literasi baru merupakan kemampuan atau sebuah usaha mendapatkan informasi, pengetahuan, melalui tiga jalan yaitu literasi data, teknologi dan SDM/humanisme. Literasi baru menjadi penguat dari literasi lama yaitu calistung atau dikenal dengan membaca, menulis, berhitung.
 
Pembelajaran memproses ''input'' dengan tujuan agar menghasilkan ''output'' atau ''outcome'' yang diinginkan. Untuk itu, penerapan HOTS (Higher Order Thinking Skill) harus menggiring siswa dan mahasiswa dapat berpikir logis, kreatif, komunikatif sebagaimana yang dibutuhkan diabad 21. Tanpa hal itu, capaian pendidikan yanguntuk capaianyamenjawab harustantangan menjawabdi era abadrevolusi 21industri 4.0 tidak akan dilaksanakantercapai, karena pada era ini membutuhkandibutuhkan keterampilan yang sangat kompleks. MakaUntuk menjawab tantangan pada era ini maka semua guru, dosen, dan akademisi, harusdiharuskan dapat mewujudkanhalmewujudkan hal itu dalam rangka menggapai peradaban literasi baru.<ref>{{Cite book|last=Ahmadi, Farid|first=Ibda, Hamidulloh|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=_gPhDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=literasi+baru&hl=id&sa=X&redir_esc=y|title=Konsep dan Aplikasi Literasi Baru di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0|location=Semarang|publisher=CV. Pilar Nusantara|isbn=978-602-53992-5-1|pages=37-43|url-status=live}}</ref>
 
== Referensi ==
{{reflist}}{{bahasa-stub}}
 
== Lihat pula ==
{{wiktionary}}
* [[Budaya literasi]]
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Bahasa]]
[[Kategori:Literasi]]
[[Kategori:Ilmu informasi]]