Asketisisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan IP LTA Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(13 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{multiple image
'''
Sepanjang sejarah,
== Etimologi dan makna ==
Kata sifat "asketis" berasal dari istilah Yunani kuno, ''askēsis'', yang berarti latihan atau olahraga. Istilah ini mula-mula bukan merujuk pada tindakan [[penyangkalan diri]], melainkan pada latihan jasmani sebagai persiapan untuk mengikuti kejuaraan atletik. Istilah ini kelak digunakan pula sebagai sebutan bagi praktik-praktik berat dalam semua agama besar yang dilakukan dalam bobot yang berbeda-beda untuk mendapatkan penebusan dosa dan kemuliaan rohani.<ref name="TF">{{cite book|last=Clarke|first=Paul A. B.|author2=Andrew Linzey|title=Dictionary of ethics, theology and society|publisher=Taylor & Francis|year=1996|series=Routledge Reference|page=58|isbn=978-0-415-06212-1|url=https://books.google.com/books?id=idsNAAAAQAAJ&pg=PA58|access-date=2017-06-09|archive-date=2016-06-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20160604002612/https://books.google.com/books?id=idsNAAAAQAAJ&pg=PA58|dead-url=no}}</ref>
==
[[disiplin|Mendisiplinkan diri sendiri]] dan berpantang dalam bentuk dan pada taraf tertentu adalah bagian dari praktik keagamaan dalam banyak agama dan tradisi kerohanian. Gaya hidup asketis secara khusus dikaitkan dengan para [[rahib|biarawan]], [[biarawati]], dan [[fakir]] dalam [[agama Abrahamik|agama-agama Abrahamis]], serta para [[biksu|biku]], [[Monastisisme Jaina|muni]], [[sanyasa|sanyasi]], dan [[yogi]] dalam agama-agama India.<ref>{{cite book|author=Maurice Waite|title=Oxford Thesaurus of English|url=https://books.google.com/books?id=CaCcAQAAQBAJ
=== Agama-agama Abrahamis ===
Baris 27:
{{Lihat pula|Monastisisme Kristiani}}
Para pujangga Kristen dari [[Abad Kuno Akhir|penghujung zaman kuno]] seperti [[Origenes]], [[Hieronimus|Santo Heronimus]],<ref>
Menurut Richard Finn, sebagian besar
Padang-padang gurun [[Timur Tengah]] pada suatu ketika pernah didiami oleh ribuan [[eremit|petapa]] Kristen,<ref>for a study of the continuation of this early tradition in the Middle Ages, see Marina Miladinov, ''Margins of Solitude: Eremitism in Central Europe between East and West'' (Zagreb: Leykam International, 2008)</ref> di antaranya adalah Santo [[Antonius Agung dari Mesir|Antonius Agung]] (alias Santo Antonius dari Gurun), Santa [[Maria dari Mesir]], dan Santo [[Simeon Stilitis]]. Pada 963 M, sebuah serikat biara-biara yang disebut ''Lavra'' dibentuk di [[Gunung Athos]], dalam mazhab [[Gereja Ortodoks|Kristen Ortodoks Timur]].<ref name="Johnston2013p548"/> ''Lavra'' Gunung Athos ini kelak menjadi pusat terpenting bagi paguyuban-paguyuban petarak Kristen Ortodoks pada abad-abad selanjutnya.<ref name="Johnston2013p548">{{cite book|author=William M. Johnston|title=Encyclopedia of Monasticism|url=https://books.google.com/books?id=iepJAgAAQBAJ
[[Selibat|Pantangan sanggama]] seperti yang dilaksanakan oleh sekte Kristen [[Encratit|Enkratit]] hanyalah salah satu aspek dari penolakan terhadap perkara duniawi dalam
==== Evagrius Ponticus: Ajaran kebiaraan ====
{{Lihat pula|Evagrius Ponticus|Origenes|Klemens dari Aleksandria }}
[[Evagrius Ponticus]], yang juga disebut Evagrius Penyendiri (345-399 M), adalah seorang guru biara berpendidikan tinggi yang menghasilkan sekumpulan besar karya tulis teologi, sebagian besar bertema
Sastra asketis Kristen perdana dipengaruhi oleh mazhab-mazhab filsafat Yunani pra-Kristen, khususnya filsafat [[Plato]] dan [[Aristoteles]], yang berusaha mencari cara hidup rohani yang sempurna.<ref>Samuel Rubenson,''The Cambridge History of Christianity'', (Edited by Augustine Casiday, Frederick W. Norris), Chapter 27 - Asceticism and monasticism, I: Eastern pp. 637-668, 2006</ref> Menurut Klemens dari Aleksandria, filsafat dan Alkitab dapat dipandang sebagai "ekspresi ganda dari satu pola pengetahuan".<ref name="Robin Darling Young 2001, pp. 53-71"/> Menurut Evagrius, "raga dan jiwa ada untuk membantu kecerdasan dan bukan untuk menghambatnya".<ref>Marcus Plested, The Macarian Legacy: The Place of Macarius-Symeon in the Eastern Christian Tradition, (Oxford Theology and Religion Monographs), 2004, p67</ref>
Baris 43:
==== Agama Islam ====
{{Lihat pula|Dervish|Fakir|Sufisme}}
Istilah Islami untuk
===== Sufisme =====
[[Berkas:Portrait of a Muslim ascetic (fakir) in Eastern Bengal in the 1860s.jpg|jmpl|190px|Seorang petarak Muslim Sufi (fakir) di [[Benggala]] pada era 1860-an.]]
Para pakar yang mempelajari tentang [[Sufi]] berpendapat bahwa
Menurut Eric Hanson dan Karen Armstrong, sufisme tumbuh sebagai sebuah aliran mistik yang agak bersifat rahasia dalam mazhab utama Sunni dan Syi'ah, sebagai tanggapan terhadap "semakin duniawinya masyarakat khilafah [[Kekhalifahan Umayyah|Bani Umayyah]] dan [[Kekhalifahan Abbasiyah|Bani Abbas]]".<ref name=hanson104>{{cite book|author=Eric O. Hanson|title=Religion and Politics in the International System Today|url=https://books.google.com/books?id=Wz4nCOMd8ucC|year=2006|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-61781-9|pages=102–104|access-date=2017-06-08|archive-date=2021-04-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20210404014943/https://books.google.com/books?id=Wz4nCOMd8ucC|dead-url=no}}</ref> Menurut Nile Green, penerimaan terhadap
Sufisme sempat diadopsi dan tumbuh subur, terutama di wilayah perbatasan negara-negara Islam, tempat
Laku-tirakat yang bersifat ritual, seperti mencambuk diri ([[tatbir]]) dipraktikkan oleh umat Muslim Syi'ah setiap tahun dalam peringatan [[Ihya Muharram]].<ref>{{cite book|author1=Mark Juergensmeyer|author2=Wade Clark Roof|title=Encyclopedia of Global Religion|url=https://books.google.com/books?id=WwJzAwAAQBAJ
==== Agama Yahudi ====
{{Utama|
[[Berkas:GermanJews1.jpg|jmpl|190px|[[Askenazi Hasidim|Hasidei Askenaz]] adalah gerakan mistik dan asketis Yahudi di [[Jerman]] pada Abad Pertengahan.]]
Sejarah
Gaya hidup
[[Askenazi Hasidim]] ({{lang-he|חסידי אשכנז}}, ''Hasidei Askenaz'') adalah gerakan asketis mistik [[agama Yahudi|Yahudi]] di [[Rhineland|Rheinland]], Jerman. Laku-tirakat mereka diabadikan dalam naskah-naskah abad ke-12 dan ke-13.<ref name="Shokek2013p132"/> Peter Meister berpendapat bahwa
==== Agama Bahá'í ====
Menurut Shoghi Effendi, dalam [[baha'i|agama Baha'i]], mempertahankan standar yang tinggi dari budi-pekerti tidak boleh dikait-kaitkan atau dicampuradukkan dengan bentuk
=== Agama-agama India ===
==== Agama Buddha ====
[[Berkas:EmaciatedBuddha.JPG|jmpl|Sang Buddha sebagai seorang petarak. [[Gandhara]], abad ke-2 sampai abad ke-3 M. [[British Museum]].]]
Dalam sejarah, [[Siddhartha Gautama|Sidharta Gautama]] pernah mengadopsi cara hidup asketis yang ekstrem demi mendapatkan pencerahan.<ref>{{cite book|author1=Robert E. Buswell Jr.|author2=Donald S. Lopez Jr.|title=The Princeton Dictionary of Buddhism|url=https://books.google.com/books?id=DXN2AAAAQBAJ|year=2013|publisher=Princeton University Press|isbn=978-1-4008-4805-8|page=894|access-date=2017-06-10|archive-date=2020-05-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20200517114246/https://books.google.com/books?id=DXN2AAAAQBAJ|dead-url=no}}</ref> Akan tetapi, sesudah mencapai pencerahan, sebagai Sang Buddha, ia menolak
Menurut Hajime Nakamura dan pakar-pakar lain, beberapa naskah perdana agama Buddha menyiratkan bahwa
===== Theravada =====
Bukti-bukti tertulis menyiratkan bahwa laku-tirakat telah menjadi bagian dari tradisi agama Buddha di [[Sri Lanka]] pada abad ke-3 SM, dan tradisi ini berkesinambungan selama Abad Pertengahan berdampingan dengan tradisi kebiaraan langgam ''sangha''.<ref name="Johnston2000p90">{{cite book |author=William M. Johnston |title=Encyclopedia of Monasticism: A-L |url=https://books.google.com/books?id=GfC0TDkJJNgC |year=2000 |publisher=Routledge |isbn=978-1-57958-090-2 |pages=90–91 |access-date=2017-06-13 |archive-date=2020-11-23 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201123063911/https://books.google.com/books?id=GfC0TDkJJNgC |dead-url=no }}</ref>
Dalam mazhab Theravada di [[Thailand]], naskah-naskah Abad Pertengahan memuat warta tentang biku-biku petarak yang berkelana dan tinggal seorang diri di dalam hutan atau krematorium, menjalankan tapa-brata yang berat, dan kelak dikenal dengan sebutan ''Thudong''.<ref>{{cite book|author1=Robert E. Buswell Jr.|author2=Donald S. Lopez Jr.|title=The Princeton Dictionary of Buddhism|url=https://books.google.com/books?id=DXN2AAAAQBAJ|year=2013|publisher=Princeton University Press|isbn=978-1-4008-4805-8|pages=22, 910|access-date=2017-06-10|archive-date=2020-05-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20200517114246/https://books.google.com/books?id=DXN2AAAAQBAJ|dead-url=no}}</ref><ref>{{cite book|author=K Tiyavanich|title=Forest Recollections: Wandering Monks in Twentieth-Century Thailand|url=https://books.google.com/books?id=YKwwO5oGXwcC
===== Mahayana =====
Dalam mazhab Mahayana,
Dalam agama Buddha di Tiongkok, laku-tirakat mumifikasi diri sendiri jarang ditemui tetapi tercatat dalam kitab-kitab ajaran agama Buddha mazhab ''Ch'an'' (Zen) di sana.<ref name="Williams2005p362">{{cite book|author=Paul Williams|title=Buddhism: Buddhism in China, East Asia, and Japan|url=https://books.google.com/books?id=VHj5DWDJjnIC&pg=PA362
Laku-tirakat agama Buddha Tiongkok, menurut James Benn, bukanlah hasil adaptasi atau impor dari laku-tirakat India, melainkan berasal dari gagasan umat Buddha Tiongkok sendiri, didasarkan pada tafsir umat Buddha Tiongkok yang unik atas ''Saddharmapuṇḍarīka'' atau ''Sūtra Seroja''.<ref name=bennret207>James A Benn (2012), Multiple Meanings of Buddhist Self-Immolation in China – A Historical Perspective, ''Revue des Études Tibétaines'', no. 25, pages 203–212, '''Quote:''' "Of all the forms of self-immolation, auto-cremation in particular seems to have been primarily created by medieval Chinese Buddhists. Rather than being a continuation or adaptation of an Indian practice (although there were Indians who burned themselves), as far as we can tell, auto-cremation was constructed on Chinese soil and drew on range of influences such as a particular interpretation of an Indian Buddhist scripture (the Saddharmapuṇḍarīka or Lotus Sūtra) along with indigenous traditions, such as burning the body to bring rain, that long pre-dated the arrival of Buddhism in China."</ref> Laku-tirakat Tiongkok ini mungkin diadopsi dari laku-tirakat masyarakat Tiongkok pra-Buddha,<ref>James A Benn (2012), Multiple Meanings of Buddhist Self-Immolation in China – A Historical Perspective, ''Revue des Études Tibétaines'', no. 25, page 207</ref><ref>James A. Benn (1998), [http://www.jstor.org/stable/3176400 Where Text Meets Flesh: Burning the Body as an Apocryphal Practice in Chinese Buddhism] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170112084652/http://www.jstor.org/stable/3176400 |date=2017-01-12 }}, History of Religions, Vol. 37, No. 4 (May, 1998), pages 295-322</ref> atau dari [[Taoisme|agama Tao]].<ref name="BaochangTsai1994p10">{{cite book|author1=Shih Pao-ch'ang|
==== Agama Hindu ====
{{Lihat pula|Tapa|Sangnyasa|Ataptatanu}}
[[Berkas:A female sadhu sannyasi monk with a Vishnu mark, painting from India.jpg|jmpl|190px|Seorang petarak perempuan dari mazhab [[Waisnawa]] pada abad ke-19 di India.]]
Mengundurkan diri dari kehidupan duniawi dan menjalani kehidupan rohani dalam komunitas biara atau seorang diri, telah menjadi suatu tradisi dalam sejarah agama Hindu sejak purbakala. Tradisi mengundurkan diri dari kehidupan duniawi disebut [[Sangnyasa]] yang tidak sama dengan
{{Quote box
|quote = '''
<poem>
Sesungguhnya sastra Weda memang berisi bukti yang
Baris 106:
yang menyepi dari keramaian dunia di India kuno.
</poem>
|source = —Lynn Denton, ''Female Ascetics in Hinduism''<ref>{{cite book|author=Lynn Teskey Denton|title=Female Ascetics in Hinduism|url=https://books.google.com/books?id=jCenLd4P60sC
|bgcolor=#FFE0BB
|align = right
}}
Praktik-praktik serupa
{{Quote|
Baris 116:
|Karel Werner (1977)|"Yoga and the Ṛg Veda: An Interpretation of the Keśin Hymn"<ref name="karelwernerkesinrv" />}}
Naskah-naskah Weda dan Upanisad dalam agama Hindu, menurut Mariasusai Dhavamony, tidak membahas tentang tindakan menyakiti diri sendiri, tetapi memang membahas tentang pengekangan dan pengendalian diri sendiri.<ref>{{cite book|author=Mariasusai Dhavamony|title=Classical Hinduism|url=https://books.google.com/books?id=DD0w_IMFA8gC
{{Quote|
Baris 124:
|[[Baudhayana sutra|Baudhayana]] Dharmasūtra| II.10.18.1-10<ref name=mmbd2>[[Max Muller]] (Penerjemah), [https://archive.org/stream/pt2sacredlawsof14bhuoft#page/278/mode/2up Baudhayana Dharmasūtra Prasna II, Adhyaya 10, Kandika 18], [[Sacred Books of the East]], Vol. XIV, Oxford University Press, pages 279-281</ref>}}
Menurut [[Patrick Olivelle]], hal senada juga terdapat dalam [[Nirwana Upanisad]] yang menegaskan bahwa petarak Hindu harus berpendirian bahwa "angkasa adalah keyakinannya, kemutlakan adalah pengetahuannya, kemanunggalan adalah masuk perdananya, welas asih belaka adalah kegemarannya, kebahagiaan adalah kalung bunganya, gua sunyi adalah kawannya", dan seterusnya, sambil melanjutkan usahanya untuk mencapai pengenalan diri sendiri (atau pengenalan jiwa) dan hubungannya dengan konsep metafisika Hindu tentang [[Brahman]].<ref>{{cite book|first=Patrick|
Naskah abad ke-11, ''Yatidharmasamuccaya'' adalah sebuah naskah Waisnawa yang merangkum segala macam laku-tirakat mazhab Waisnawa dalam agama Hindu.<ref>{{cite book|author1=Yādavaprakāśa|author2=Patrick Olivelle (Translator)|title=Rules and Regulations of Brahmanical Asceticism: Yatidharmasamuccaya of Yādava Prakāśa|url=https://books.google.com/books?id=u43i4TKAIZ4C|year=1995|publisher=State University of New York Press|isbn=978-0-7914-2283-0|access-date=2017-06-14|archive-date=2020-07-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20200726103336/https://books.google.com/books?id=u43i4TKAIZ4C|dead-url=no}}</ref> Dalam agama Hindu, seperti dalam agama-agama India lainnya, baik laki-laki maupun perempuan pernah melibatkan diri dalam bermacam-macam laku-tirakat sepanjang sejarah.<ref name="Leslie1992p212"/>
==== Agama Jaina ====
{{Utama|Monastisisme Jaina}}
Naskah-naskah Jaina seperti ''Tatwarta Sutra'' dan ''Utaradyayana Sutra'' membahas secara panjang lebar dan terperinci mengenai kebersahajaan bertarak. Ada enam laku-tirakat eksternal dan enam laku-tirakat internal yang paling lazim dilakukan, dan sering kali diulang dalam naskah-naskah Jaina terkemudian.{{sfn|Cort|2001a|pp=120-121}} Menurut John Cort, laku-tirakat eksternal mencakup puasa makan dan minum, makan dalam jumlah terbatas, hanya menyantap makanan tertentu, berpantang makanan lezat, bermati-raga, dan mengendalikan tubuh (menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi sumber godaan).{{sfn|Cort|2001a|pp=120-122}} Laku-tirakat internal meliputi menjalankan laku-silih, mengakui kesalahan, menghormati dan menolong para pengemis, belajar, bersemadi dan mengabaikan keinginan jasmani dengan tujuan menelantarkan badan.{{sfn|Cort|2001a|pp=120-122}}
Naskah Jaina, [[Kalpasutra (Jainisme)|Kalpasutra]], secara rinci menggambarkan
{{Quote|Sang Petapa Mulia Mahawira berpakaian selama satu tahun dan satu bulan; selepas itu ia berkelana dengan telanjang bulat, dan menerima sedekah setangkup tangannya. Selama dua belas tahun lebih Sang Petapa Mulia Mahawira mengabaikan tubuhnya dan membiarkannya tidak terurus; dengan tenang menanggung, melalui, dan menderita segala macam peristiwa senang maupun susah yang ditimbulkan oleh kuasa dewata, manusia, maupun binatang.|Kalpa Sutra 117}}
Baik Mahawira dan para pengikutnya yang terdahulu digambarkan dalam naskah-naskah agama Jaina melakukan mati-raga dan diperlakukan buruk oleh binatang dan manusia, tetapi tidak pernah membalas dan tidak pernah pula membahayakan atau mencelakai ([[ahimsa]]) makhluk lain.{{sfn|Dundas|2002|p=180}} Dengan laku-tirakat yang sedemikian, ia membakar habis [[Karma]] lampaunya, mendapatkan pengetahuan rohani, dan menjadi seorang [[Arihanta (Jainisme)|Jina]].{{sfn|Dundas|2002|p=180}} Tapa-brata berat ini adalah bagian dari jalan hidup membiara dalam agama Jaina.{{sfn|Wiley|2009|p=210}} Tindakan bermati-raga disebut ''kaya klesa'' dalam agama Jaina, dan tercantum dalam ayat 9.19 dari ''[[Tatwarta Sutra]]'' karya [[Umaswati]], naskah filsafat Jaina tertua yang tersisa dan sangat dimuliakan.<ref>{{cite book |author=W. J. Johnson |title=Harmless Souls: Karmic Bondage and Religious Change in Early Jainism with Special Reference to Umāsvāti and Kundakunda |url=https://books.google.com/books?id=vw8OUSfQbV4C |year=1995 |publisher=Motilal Banarsidass |isbn=978-81-208-1309-0 |pages=197 |access-date=2017-06-14 |archive-date=2020-02-19 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200219021859/https://books.google.com/books?id=vw8OUSfQbV4C |dead-url=no }}</ref>{{sfn|Vijay K. Jain|2011|p=134}}
== Catatan ==
Baris 147:
{{Hidup bakti Katolik}}
▲[[Kategori:Asketisme| ]]
[[Kategori:Istilah agama]]
[[Kategori:Hidup sederhana]]
|