Liberty Manik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
Membatalkan 1 suntingan by 103.119.140.84 (bicara) (🗿 yoww)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(3 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 37:
== Karya ==
=== Karya seni ===
* Mengarang lagu-lagu nasional: ''[[Satu Nusa Satu Bangsa]]'', ''Desaku Yang Kucinta'', ''Tamanku, Pantai Sepi, Di Laut, Negara Jaya.''<ref>{{Cite web|date=28 Oktober 2022|title=6 Karya Liberty Manik, Selain Lagu Satu Nusa Satu Bangsa|url=https://satukanal.com/baca/karya-liberty-manik/94368/|website=Satu Kanal|language=|access-date=19 Juni 2023}}</ref> Lagu ''Satu Nusa Satu Bangsa'' yang dikarangnya merupakan salah satu dari tujuh lagu perjuangan yang diterbitkan oleh Balai Pustaka sebagai [[Daftar lagu nasional Indonesia|lagu wajib nasional]] berdasarkan Instruksi Menteri Muda Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pada tahun 1963.<ref>{{Cite web|last=Maarif|first=Syamsul Dwi|title=Lirik Lagu 'Satu Nusa Satu Bangsa' & Sejarah L. Manik Pencipta Lagu|url=https://tirto.id/lirik-lagu-satu-nusa-satu-bangsa-sejarah-l-manik-pencipta-lagu-gmjY|website=[[Tirto]]|language=|access-date=18 Juni 2023}}</ref>
* Menerjemahkan dan mementaskan oratorium ''Mattheus Passion'' dan ''Weichnachtsoratorim'' karangan [[J.S. Bach]] di Yogyakarta tahun 1980-an.
* Mengarang lagu rohani: ''Molo Saut Ma Ho'' ([[Buku Ende]] No. 809), ''Yesus Kristus Kehidupan Dunia'' ([[Pelengkap Kidung Jemaat]] No. 263){{efn|Syair lagu ini dikarang oleh [[Agustina Lumentut]].}}, ''Kumohon Pengampunan'' (Pelengkap Kidung Jemaat No. 42){{efn|Syair lagu ini digubah oleh Liberty Manik dari lagu tradisional [[Suku Simalungun|Batak Simalungun]] yang berjudul "''Otik otik ma demban''".}}, ''Padamu Kami Datang''{{efn|Syair lagu ini digubah oleh Liberty Manik dari lagu tradisional Batak Simalungun yang berjudul "''Marmutik ma napuran botou''".}}, ''S'lamat Datang Kami Ucapkan''{{efn|Syair lagu ini digubah oleh Liberty Manik dari lagu tradisional [[Suku Pakpak|Batak Pakpak]] yang berjudul "''Kedu mo, kedu bengkuang ale''".}}, ''Karuniamu, Tuhan''{{efn|Syair lagu ini digubah oleh Liberty Manik dari lagu tradisional Batak Simalungun yang berjudul "''Bintang narondang''".}}.<ref>{{Cite book|last=|first=Tim Inti Nyanyian Gereja (TING Yamuger)|date=17 Februari 2022|url=https://books.google.co.id/books?id=CJdfEAAAQBAJ|title=Kidung Keesaan Empat Suara|location=[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|publisher=Yayasan Musik Gerejawi (Yamuger)|isbn=9790801856876|language=id|url-status=live}}</ref>
Baris 48:
* ''Ketens van overlevering in pustaha's'' bersama Petrus Voorhoeve
* ''Suku Batak Dengan "Gondang Batak"-nya'' (1977) dalam Majalah Peninjau Tahun IV Nomor 1
 
== Pandangan ==
Liberty Manik berpandangan bahwa musik nasional Indonesia seharusnya bukan ditekankan pada aspek keaslian dan ketimuran musik itu sendiri, melainkan pada komposisi musik yang berkualitas tinggi. Sama halnya dengan [[Sindoedarsono Soedjojono]] yang mendesak para pelukis untuk menguasai teknik-teknik melukis, Liberty Manik juga merasa bahwa pembelajaran dan penguasaan akan teknik komposisi musik jauh lebih berguna bagi seorang musisi daripada mencari-cari corak nasional dalam musik.<ref>{{Cite book|last=Lindsay|first=Jennifer|last2=Liem|first2=Maya Hian Ting|date=2012|title=Heirs To World Culture: Being Indonesian 1950-1965|location=[[Leiden]]|publisher=KITLV Press|isbn=978-90-6718-379-6|series=Verhandelingen van het [[Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde]]|pages=241|url-status=live}}</ref>
 
Dalam tulisannya bersama [[J.A. Dungga]], Liberty Manik juga berpandangan bahwa [[gamelan]] merupakan simbol ketertinggalan dan kemerosotan yang berkaitan dengan gaya hidup hedonistik kaum [[priayi]]. Menurut mereka, musik yang mengandung unsur magis dan primitif tidak lagi disukai karena perasaan religius masyarakat telah berubah. Dalam pemutaran perdana film [[Enam Djam di Jogja]] karya [[Usmar Ismail]], beberapa orang mempertanyakan penggunaan musik gamelan alih-alih mars yang dianggap lebih menggugah dalam adegan peperangan di film itu.<ref>{{Cite book|last=Mack|first=Dieter|date=2004|url=https://books.google.co.id/books/about/Zeitgen%C3%B6ssische_Musik_in_Indonesien.html?id=DbYAu-NeEPoC|title=Zeitgenössische Musik in Indonesien: Zwischen lokalen Traditionen, nationalen Verpflichtungen und internationalen Einflüssen|location=Jerman|publisher=G. Olms|isbn=978-3-487-12562-6|pages=44-45|language=de|url-status=live}}</ref>
 
== Penghargaan ==
=== Nasional ===
Pada 13 Agustus 1999, Liberty Manik dianugerahi tanda jasa [[Bintang Budaya Parama Dharma]] secara [[anumerta]] oleh Presiden [[B.J. Habibie|Bacharuddin Jusuf Habibie]].<ref>{{Cite journal|last=Lubis|first=Hafnita Sari Dewi|last2=Siburian|first2=Regina|date=7 Januari 2019|title=Pemikiran Liberty Manik Terhadap Semangat Nasionalisme|url=https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/ph/article/view/13898|journal=Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah|language=|volume=4|issue=1|pages=100–115|doi=10.24114/ph.v4i1.13898|issn=2684-9607}}</ref> Tanda jasa ini diberikan berdasarkan Keppres No.80080/TK/1999.<ref>{{Cite book|author=Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia|date=|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/50406-Bintang_Budaya_Parama_Dharma_tahun_1988-2003.pdf|title=Daftar Pemilik Bintang Budaya Parama Dharma Tahun 1988 – 2003|location=Jakarta|pages=3|language=id|url-status=live}}</ref>
 
=== Daerah ===
Baris 59 ⟶ 62:
 
== Catatan ==
{{notelistNotelist}}
 
== Referensi ==
{{reflistReflist}}
 
== Pranala luar ==