Baruch de Spinoza: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(29 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{inuse}}{{Infobox philosopher|region={{tree list}}
* [[Filsafat barat]]|era={{plainlist|
* [[Filsafat abad ke-17]]
Baris 15:
* [[Psychological Egoism]]<ref>{{Cite SEP|url-id=spinoza-psychological|title=Spinoza's Psychological Theory|first=Michael|last=LeBuffe|date=May 26, 2020}}</ref>
}}|main_interests={{hlist|[[Epistemologi]]|[[etika]]|[[Alkitab Ibrani]]{{sfn|Yovel|1989b|p=3}}|[[metafisika]]}}}}
'''Baruch de Spinoza'''{{Efn|{{IPAc-en|b|ə|ˈ|r|uː|k|_|s|p|ɪ|ˈ|n|oʊ|z|ə}};<ref>{{cite web |url=https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/spinoza |title=Spinoza |work=[[Collins English Dictionary]]|publisher=[[HarperCollins]]|access-date=27 April 2019}}</ref> Dutch: {{IPA-nl|baːˈrux spɪˈnoːzaː|}}; Portuguese: {{IPA-pt|ðɨ ʃpiˈnɔzɐ|}}; {{Lang-he|ברוך שפינוזה}}. Most documents within the Jewish community give his name as Bento. A few refer to him as Baruch, the Hebrew translation of Bento, which means "Blessed".{{sfn|Nadler|1999|p=42}} Later, as an author and correspondent, his preferred name in [[Latin]] was Benedictus de Spinoza, with the first name sometimes anglicized as Benedict.}} (24 November 1632{{Spaced ndash}}21 Februari 1677), juga dikenal dengan nama pena Latinnya '''Benedictus de Spinoza''',{{Efn|[[Steven Nadler]] speculates that Spinoza Latinized his name when he started to audit classes at the University of Leiden in 1659.{{sfn|Nadler|1999|p=163}}}} adalah seorang filsuf [[Yahudi Spanyol dan Portugis|Yahudi-Portugis]]. Sebagai salah satu filsuf utama yang kelak akan mempengaruhi [[Abad Pencerahan]], pemikiran Spinoza mempengaruhiberkontribusi terhadap [[Kritik teks (Alkitab)|kritik teks alkitab]] modern, ia berkontribusi pada filsafat [[rasionalisme]] abad ke-17, dan konsepsi kontemporer tentang diri dan alam semesta. Ia secara luas dianggap sebagai salah satu filsuf paling penting dan radikal pada [[periode modern awal]].{{Sfn|Nadler|2018|p=xiii}} Pemikiran filsafatnya banyak dipengaruhi oleh [[Stoikisme|Stoicisme]], [[Moshe ben Maimon|Maimonides]], [[Niccolò Machiavelli]], [[René Descartes]], [[Thomas Hobbes]], dan berbagai pemikir Kristen [[heterodoks]] pada zamannya.<ref name="IEP">{{Cite encyclopedia|last=Dutton|access-date=7 July 2019|encyclopedia=Internet Encyclopedia of Philosophy}}</ref>
 
Spinoza lahir di [[Amsterdam]] dalam sebuah keluarga imigran [[marrano]] yang berasal dari [[Iberia|Semenanjung Iberia]]. Ia mendapat pendidikan yang umumnya diberikan kepada anak laki-laki Yahudi, belajar [[bahasa Ibrani]] dan mempelajari teks kitab suci. Ia menjadi anggota dari komunitas Yahudi Portugis yang kaya karena ayahnya adalah salah satu anggota yang terkemuka. Ketika masih muda, Spinoza [[Herem (kecaman)|secara permanen dikeluarkan]] dari komunitas Yahudi karena menentang otoritas rabi dan memperdebatkan keyakinan agama Yahudi. Setelah dikeluarkan dari komunitas Yahudi pada tahun 1656, ia tidak menganut agama apapun, dan fokusmemfokuskan diri pada studi filsafat. Ia mempunyai kelompok pertemanan klandestin, sebuah sekte filosofis, yang rutin bertemu untuk mendiskusikan tulisan-tulisan yang ia bagikan kepada mereka semasa hidupnya. Setelah kematiannya, kelompok filsafat itu menyimpan tulisan-tulisan Spinoza yang tidak diterbitkan.{{Sfn|Israel|2023|pp=322, 327-51}}
 
Spinoza menentang asal usul ilahi dari [[Alkitab Ibrani]], sifat [[Tuhan dalam Yudaisme|Tuhan]], dan kekuasaan yang dimiliki oleh otoritas agama, baik Yahudi maupun Kristen. Ia sering disebut ateis oleh orang-orang sezamannya, meskipun dalam karyanya Spinoza tidak pernah membantah [[Filsafat ketuhanan|keberadaan Tuhan]].{{Sfn|Stewart|2006|p=352}} Tidak seperti para sarjana kontemporer abad ke-21, “ketika para sarjana abad ketujuh belas menuduh Spinoza ateismesebagai seorang ateis, yang mereka maksudkan adalah bahwa ia menentang ortodoksi agama, khususnya dalam masalah moral, dan bukan berarti bahwa ia menyangkal keberadaan Tuhan."{{Sfn|Carlisle|2021|p=10}} Studi teologisnya tidak dapat dipisahkan dari pemikirannya tentang politik; ia dapat dikelompokkan dengan para filsuf seperti Hobbes, [[John Locke]], [[Gottfried Leibniz|Gottfried Wilhelm Leibniz]], dan [[Immanuel Kant]], yang “membantu membentuk genre teori politik yang disebut [[teologi sekuler]]."{{Sfn|Smith|1997|p=2}}
 
Filsafat Spinoza meliputi berbagai bidang wacana filsafat, seperti [[metafisika]], [[epistemologi]], [[filsafat politik]], [[etika]], [[Filsafat budi|filsafat pikiran]], dan [[Filsafat ilmu|filsafat ilmu pengetahuan]]. Dengan reputasinya sebagai salah satu pemikir paling orisinal dan berpengaruh pada abad ketujuh belas, [[Rebecca Goldstein]] menjulukinya sebagai "seorang pemberontak Yahudi yang memberikan kita modernitas".{{Sfn|Goldstein|2006|p=i}}
 
== Riwayat Hidup ==
 
=== Awal Kehidupan ===
=== Latar belakang keluarga dan pengaruh Uriel da Costa ===
Baruch de Spinoza lahir di kota [[Amsterdam]] pada tanggal 24 November 1632.<ref name="Parkinson">{{en}}G. H. R. Parkinson. 2000. Spinoza Ethics. United States: Oxford University Press. hal. 6-10.</ref> Ayahnya merupakan seorang pedagang yang kaya.<ref name="Parkinson"/> Pada masa kecilnya, Spinoza telah menunjukkan kecerdasannya sehingga banyak orang yang mengatakan bahwa ia bisa menjadi seorang rabbi.<ref name="Parkinson"/> Dalam kehidupannya, ia tidak hanya belajar matematika dan ilmu-ilmu alam, ia juga mempelajari bahasa [[Latin]], [[Yunani]], [[Belanda]], [[Spanyol]], [[Prancis]], [[Bahasa Ibrani|Ibrani]], [[Jerman]], dan [[Italia]].<ref name="Parkinson"/> Pada usianya yang ke 18 tahun, Spinoza membuat marah komunitas [[Yahudi]] karena ia meragukan Kitab Suci sebagai [[Wahyu]] Allah, mengkritik posisi imam Yahudi, mempertanyakan kedudukan bangsa Yahudi sebagai umat pilihan [[Yahweh]], dan keterlibatan Allah secara personal dalam sejarah manusia.<ref name="Tjahjadi">Simon Petrus L. Tjahjadi. 2007. Tuhan Para Filsuf dan Ilmuwan. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 28-36.</ref>
Nenek moyang Spinoza merupakan penganut [[Kripto-Yudaisme]] yang menjadi korban persekusi selama masa [[Inkuisisi Portugis]]. Mereka juga menjadi korban penyiksaan yang dipertontonkan di depan publik.{{Sfn|Israel|2023|p=85}} Pada tahun 1597, kakek dari pihak ayah Spinoza meninggalkan [[Vidigueira]] menuju [[Nantes]] untuk memulai kehidupan baru sebagai [[Kristen Baru|umat Kristen Baru]]. Mereka akhirnya pindah ke Belanda karena alasan yang tidak diketahui.{{Sfn|Israel|2023|p=134}} Nenek moyang dari pihak ibu Spinoza adalah keluarga pengusaha yang terkemuka [[Porto|di Oporto]], {{Sfn|Israel|2023|p=88}} dan kakek dari pihak ibunnya adalah seorang pedagang terkemuka yang berpindah dari penganut Yudaisme menjadi penganut agama Kristen.{{Sfn|Israel|2023|p=299}} Spinoza dibesarkan oleh neneknya sejak usia enam tahun sampai berusia sembilan tahun. Ia mungkin banyak belajar tentang sejarah keluarganya dari neneknya.{{Sfn|Israel|2023|p=124}}
[[Berkas:Dacosta_und_Spinoza.jpg|kiri|jmpl|240x240px|Adegan imajinasi [[Samuel Hirszenberg]] tentang Uriel da Costa yang mengajar Spinoza (1901)]]
Melalui koneksi ibunya, Spinoza sempat belajar dari filsuf [[Uriel da Costa]], seorang filsuf kontroversial dalam komunitas Yahudi Portugis di Amsterdam.{{Sfn|Israel|2023|p=159}} Da Costa mempertanyakan kepercayaan tradisional Kristen dan Yahudi. Ia menyatakan, misalnya, asal usul agama-agama itu merupakan ciptaan manusia dan bukan wahyu Tuhan. Pertentangan dengan kelompok agama Yahudi menyebabkan da Costa dikucilkan dua kali oleh otoritas rabi, yang menjatuhkan hukuman penghinaan dan pengucilan sosial.{{Sfn|Israel|2023|p=160}} Pada tahun 1639, sebagai bagian dari perjanjian untuk diterima kembali dalam komunitas Yahudi, da Costa harus bersujud agar para jamaah dapat melangkahinya. Dia meninggal pada tahun 1640, dilaporkan bunuh diri.{{Sfn|Israel|2023|p=161}}
 
[[Steven Nadler]] menulis bahwa meskipun da Costa meninggal ketika Spinoza baru berusia delapan tahun, gagasannya mempengaruhi perkembangan intelektual Spinoza. Komunitas Yahudi di Amsterdam telah lama mendiskusikan skeptisisme da Costa terhadap agama-agama terorganisir, penolakan terhadap keabadian jiwa, dan gagasan bahwa Musa tidak menulis Taurat.{{Sfn|Nadler|2018|p=84}}
 
=== Pendidikan dan bisnis keluarga ===
[[Berkas:Baruch_Espinosa_crossed_out_from_pupil_list,_Ets_Haim,_Amsterdam,_17th_century.jpeg|jmpl|Nama Spinoza dicoret dalam daftar murid Talmud Torah (Ets Haim dalam bahasa Ibrani)]]
Spinoza bersekolah di sekolah Talmud Torah yang bersebelahan dengan sinagoga Bet Ya'acov, yang dipimpin oleh Rabi senior Saul Levi Morteira.{{Sfn|Israel|2023|pp=148–49}} Sekolah itu memberikan pengajaran dalam bahasa Spanyol, bahasa pembelajaran dan sastra. Para pelajar di sekolah itu belajar membaca buku doa dan [[Taurat]] dalam bahasa Ibrani, menerjemahkan bagian mingguan ke dalam bahasa Spanyol, dan mempelajari komentar [[Rashi]].{{Sfn|Nadler|2018|pp=72-75}} Nama Spinoza tidak muncul dalam daftar setelah usia empat belas tahun, kemungkinan besar, dia tidak pernah belajar dengan para rabi seperti [[Manasye ben Israel|Manasseh ben Israel]] dan Morteira. Spinoza mungkin mulai bekerja sekitar usia empat belas tahun karena dibutuhkan dalam bisnis ayahnya setelah saudaranya meninggal pada tahun 1649.{{Sfn|Nadler|2018|p=93}}
 
Selama [[Perang Inggris-Belanda Pertama]], sebagian besar kapal dan kargo perusahaan keluarga Spinoza disita oleh kapal [[Persemakmuran Inggris|Inggris]]. Perusahaan tersebut dibebani dengan hutang pada akhir perang pada tahun 1654 karena pelayaran dagangnya dicegat oleh Inggris, yang menyebabkan perusahaan keluarga Spinoza bankrut.{{Sfn|Nadler|2018|pp=100-101}} Ayah Spinoza meninggal pada tahun 1654. Hal ini menyebabkan Spinoza harus mengambil tanggung jawab dalam mengatur dan memimpin ritual berkabung Yahudi, dan menjalin kemitraan bisnis dengan saudara laki-lakinya dari perusahaan warisan mereka.{{Sfn|Israel|2023|pp=204-05}} Pada tahun 1655, kekayaan keluarga tersebut telah menguap dan bisnisnya berakhir secara efektif.{{Sfn|Israel|2023|pp=205-06}}
 
=== Dikucilkan dari Sinagoge ===
[[Berkas:Hirszenberg,_Spinoza_wyklêty_(Excommunicated_Spinoza),_1907.jpg|jmpl|''Spinoza yang dikucilkan'' oleh [[Samuel Hirszenberg]] (1907), lukisan kedua dari dua lukisan modernnya yang membayangkan kehidupan Spinoza.]]
Sikap yang ditunjukkan Spinoza kepada orang Yahudi, membuat para tokoh agama Yahudi mengambil sebuah sikap.<ref name="Hardiman">F. Budi Hardiman. 2007. Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia. Hal. 43-52.</ref> Para tokoh agama Yahudi pada saat itu menjadi gelisah dengan semua ajaran-ajaran Spinoza.<ref name="Hardiman"/> Para tokoh agama ini terus menerus memaksa agar Spinoza kembali lagi pada [[ortodoksi]] agama, namun hal ini tidak pernah berhasil.<ref name="Hardiman"/> Akhirnya pada tahun 1656, Spinoza dikucilkan dari [[Sinagoge]].<ref name="Hardiman"/> Tidak hanya kelompok Yahudi yang mengucilkan Spinoza, keluarganya pun turut mengucilkan dirinya.<ref name="Hardiman"/>
Amsterdam merupakan kota yang toleran terhadap keberagaman agama. Orang-orang Yahudi secara bebas dapat menjalankan kepercayaannya dan tidak dikurung dalam [[ghetto]]. Komunitas Yahudi di sana berkepentingan untuk melindungi reputasi mereka dan tidak berhubungan dengan Spinoza.{{Sfn|Nadler|2001|pp=17–22}} Spinoza awalnya tidak secara terbuka mengemukakan pandangannya tentang otoritas Yahudi. Namun, setelah ayahnya meninggal pada tahun 1654, ia secara terbuka mengkritik dan menentang otoritas Yahudi. Hal ini berakibat tekanan agama, keuangan, dan hukum yang berkepanjangan yang dialaminya dari komunitas Yahudi.{{Sfn|Nadler|2001|p=25}}
Meskipun demikian, Spinoza tetap tenang mengatasi masalah hidupnya.<ref name="Hardiman"/> Hingga Akhirnya ia mengganti nama dirinya dengan [[Benedictus de Spinoza]], sebagai tanda kehidupan barunya.<ref name="Hardiman"/>
 
Pada tanggal 27 Juli 1656, para pemimpin komunitas Talmud Torah, termasuk Aboab de Fonseca,{{Sfn|Israel|2023|p=74}} mengeluarkan surat ''herem'' melawan Spinoza yang masih berusia 23 tahun.{{Sfn|Scruton|2002|p=21}} Pengecaman terhadap Spinoza adalah yang paling keras yang pernah diberikan dalam masyarakat itu dan membawa dampak emosional dan spiritual yang luar biasa.{{Sfn|Nadler|2001|pp=2-7}} Alasan pengucilan Spinoza dalam herem tersebut adalah: "bid'ah yang keji", "perbuatan yang mengerikan", dan kesaksian para saksi "di hadapan Espinoza tersebut".{{Sfn|Smith|2003|p=xx}} Meskipun pemerintah kota Amsterdam tidak terlibat langsung dalam pengecaman terhadap Spinoza, dewan kota secara tegas memerintahkan komunitas Portugis-Yahudi untuk mengatur perilaku mereka dan memastikan bahwa komunitas tersebut tetap menaati hukum Yahudi.{{Sfn|Nadler|2001|p=19}}
 
Sebelum pengusiran, Spinoza belum menerbitkan apapun atau menulis risalah; [[Steven Nadler]] menyatakan bahwa jika Spinoza menyuarakan kritiknya terhadap Yudaisme yang kemudian muncul melalui karya filosofisnya, seperti Bagian I dari [[Etika (buku Spinoza)|''Etika'']], maka tidak heran jika ia dihukum berat.{{Sfn|Nadler|2001|p=16}} Dia mungkin sudah menyuarakan pandangan yang diungkapkan kemudian dalam ''[[Tractatus Theologico-Politicus|Risalah Teologis-Politiknya]]'' bahwa otoritas sipil harus merepresi Yudaisme karena dianggap merugikan orang-orang Yahudi itu sendiri. Tidak seperti kebanyakan kecaman yang dikeluarkan oleh jemaat Amsterdam, kecaman tersebut tidak pernah dibatalkan. Setelah kecaman tersebut, Spinoza dikatakan pernah menulis sebuah surat [[Apologi|permintaan maaf]] dalam bahasa Spanyol kepada para pemimpin komunitas Yahudi, dimana ia membela pandangannya dan mengutuk para rabi, namun surat tersebut dinyatakan hilang.{{Sfn|Scruton|2002|p=22}}
=== Akhir Hidup ===
Dalam keadaan yang telah dikucilkan, Spinoza mencari nafkah dengan cara mengasah lensa sambil terus menerus menuliskan pemikiran-pemikirannya.<ref name="Hardiman"/> Tidak lama setelah pengucilan ini, Spinoza mengidap penyakit TBC.<ref name="Tjahjadi"/> Pada tahun 1673, dia diundang untuk mengajar di universitas [[Heidelberg]] namun ia menolaknya.<ref name="Hardiman"/> Alasan Spinoza menolak undangan ini dikarenakan baginya tidak ada yang lebih mengerikan daripada kenyataan bahwa orang-orang dihukum mati karena berpikir bebas.<ref name="Hardiman"/> Semasa hidupnya, Spinoza juga bekerja sebagai guru pribadi pada beberapa keluarga kaya dan dari sinilah Spinoza bertemu dengan tokoh-tokoh partai politik Belanda saat itu, antara lain [[Jan de Witt]].<ref name="Tjahjadi"/> Akhirnya pada tanggal 21 Februari 1677 Spinoza meninggal pada usia 44 tahun karena penyakit TBC paru-paru yang telah lama ia derita.<ref name="Hardiman"/>
 
Pengusiran Spinoza dari komunitas Yahudi tidak membuatnya menganut agama Kristen.{{Sfn|Israel|2023|pp=229-30}} Dari tahun 1656-1661, Spinoza mencari penginapan di Amsterdam dan Leiden. Ia hidup dari mengajar sambil belajar menggiling lensa dan membuat mikroskop dan teleskop.{{Sfn|Israel|2023|p=243}} Spinoza tidak mempertahankan identitas Yahudinya; ia berpendapat bahwa tanpa kepatuhan terhadap hukum Yahudi, orang-orang Yahudi tidak memiliki dasar perbedaan dan identitas, ia menganggap bahwa gagasan tentang Yahudi sekuler adalah tidak koheren.{{Sfn|Nadler|2011|p=167}}
== Filosofi ==
=== Substansi Tunggal ===
 
=== AkhirKelompok Hidupstudi ===
Pandangan Spinoza mengenai substansi tunggal merupakan tanggapannya atas pemikiran Descartes tentang masalah substansi dan hubungan antara jiwa dan tubuh.<ref name="Weij">{{id}}P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: Gramedia. Hal. 74-80.</ref> Dalam filsafat Descartes, terdapat sebuah permasalahan yaitu bagaimana Allah, jiwa, dan dunia material dapat dipikirkan sebagai satu kesatuan utuh?<ref name="Tjahjadi"/> Dalam bukunya ''Ethica, ordine geometrico demonstrata'' (Etika yang dibuktikan dengan cara geometris), Spinoza mencoba menjawab permasalahan ini.<ref name="Tjahjadi"/> Ia memulai menjawab permasalahan dari filsafat Descartes dengan memberikan sebuah pengertian mengenai substansi.<ref name="Tjahjadi"/> Substansi dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri dan dipikirkan oleh dirinya sendiri, artinya sesuatu yang konsepnya tidak membutuhkan konsep lain untuk membentuknya.<ref name="Tjahjadi"/> Menurut Spinoza, sifat substansi adalah abadi, tidak terbatas, mutlak, dan tunggal-utuh.<ref name="Tjahjadi"/> Bagi Spinoza, hanya ada satu yang dapat memenuhi definisi ini yaitu [[Allah]].<ref name="Tjahjadi"/> Menurut Spinoza, sifat substansi adalah abadi, tidak terbatas, mutlak, dan tunggal-utuh.<ref name="Tjahjadi"/> Bagi Spinoza, hanya ada satu yang dapat memenuhi definisi ini yaitu [[Allah]].<ref name="Tjahjadi"/> Hanya Allah yang memiliki sifat yang tak terbatas, abadi, mutlak, tunggal, dan utuh.<ref name="Tjahjadi"/> Selain itu, Spinoza juga mengajarkan apabila Allah adalah satu-satunya substansi, maka segala yang ada harus dikatakan berasal daripada Allah.<ref name="Tjahjadi"/> Hal ini berarti semua gejala pluralitas dalam alam baik yang bersifat jasmaniah (manusia, flora dan fauna, bahkan bintang) maupun yang bersifat rohaniah (perasaan, pemikiran, atau kehendak) bukanlah hal yang berdiri sendiri melainkan tergantung sepenuhnya dan mutlak pada Allah.<ref name="Tjahjadi"/> Untuk menyebut gejala ini, Spinoza menggunakan sebuah istilah yaitu ''[[modi]]''.<ref name="Weij"/> ''Modi'' merupakan bentuk atau cara tertentu dari keluasan dan pemikiran.<ref name="Weij"/> Dengan demikian, semua gejala dan realitas yang kita lihat dalam alam hanyalah ''modi'' saja dari Allah sebagai substansi tunggal.<ref name="Tjahjadi"/> Dengan kata lain, alam dan segala isinya adalah identik dengan Allah secara prinsipil.<ref name="Tjahjadi"/>
Sejak tahun 1654, Spinoza mulai belajar bahasa Latin kepada Franciscus van den Enden, seorang mantan [[Yesuit]] dan ateis, yang kemungkinan besar memperkenalkan Spinoza pada filsafat skolastik dan modern, termasuk Descartes, yang mempunyai pengaruh dominan terhadap filsafat Spinoza.{{Sfn|Nadler|2018|pp=129-30}} Saat tinggal di Van den Enden, Spinoza belajar di sekolahnya. Di sana, ia juga belajar seni dan ilmu sains.{{Sfn|Nadler|2018|pp=125-26}} Banyak dari temannya adalah pemikir bebas yang sekuler dan tergabung dalam kelompok yang menolak otoritas gereja Kristen dan dogma tradisional.{{Sfn|Israel|2023|pp=342}} Spinoza juga berteman dengan anggota Collegiants, sekelompok [[Gereja Menonit|Mennonit]] yang tidak puas dan sekte Reformed lain yang berbeda pendapat teologi ortodoks.{{Sfn|Nadler|2018|p=168}} Jonathan Israel menduga bahwa tokoh lain yang mempengaruhi Spinoza adalah penerjemah ateis Jan Hendriksz Glazemaker, seorang kolaborator teman Spinoza dan penerbit Rieuwertsz, yang juga memperkenalkan Spinoza pada filsafat Cartesian, matematika, dan penggilingan lensa.{{Sfn|Israel|2023|pp=338-39}}
 
Setelah mempelajari bahasa Latin dengan Van Enden, Spinoza belajar di [[Universitas Leiden]] pada tahun 1658.{{Sfn|Nadler|2018|p=184}} Di sana, ia mengaudit kelas filsafat Cartesian.{{Efn|[[Steven Nadler]] speculates that Spinoza Latinized his name at Leiden because all instruction was in Latin.{{sfn|Nadler|2018|p=193}}}} Dari tahun 1656-61, mitra diskusi utama Spinoza adalah Van den Enden, Pieter Balling, Jarig Jelles, Lodewijk Meyer, Johannes Bouwmeester dan Adriaan Koerbagh.{{Sfn|Israel|2023|pp=333-38}} Pengikut Spinoza, atau sekte filosofis,{{Sfn|Israel|2023|p=322}} menelaah argumen ''Etika'' ketika masih berupa naskah draf dan teks kedua Spinoza, ''Short Treatise on God, Man, and His Well-Being''.{{Sfn|Israel|2023|p=330}} Reputasi publik mereka di Amsterdam buruk. Ole Borch mengejek mereka sebagai "ateis".{{Sfn|Israel|2023|p=344}} Sepanjang hidupnya, Spinoza mempunyai tendensi untuk menghindari pertarungan intelektual secara terbuka dan kontroversi publik. Ia menganggap bahwa hal-hal ini sebagai pemborosan energi yang tidak memiliki tujuan.{{Sfn|Israel|2023|p=343}}
Kata kunci ajaran Spinoza adalah ''Deus sive natur'' (Allah atau alam).<ref name="Weij"/> Yang berbeda dari ajaran ini hanyalah istilah dan sudut pandangnya saja.<ref name="Tjahjadi"/> Sebagai Allah, alam adalah ''natura naturans'' (alam yang melahirkan).<ref name="Tjahjadi"/> ''natura naturans'' dipandang sebagai asal usul, sebagai sumber pemancaran, sebagai daya pencipta yang asali.<ref name="Weij"/> Sebagai dirinya sendiri, alam adalah ''natura naturata'' (alam yang dilahirkan) yaitu sebuah nama untuk alam dan Allah yang sama tetapi dipandang menurut perkembangannya yaitu alam yang kelihatan.<ref name="Weij"/> Dengan ini Spinoza membantah ajaran [[Descartes]] bahwa realitas seluruhnya terdiri dari tiga substansi (Allah, jiwa, materi).<ref name="Tjahjadi"/> Bagi Spinoza hanya ada satu substansi saja, yakni Allah/alam.<ref name="Tjahjadi"/>
 
== Karya-karyanya ==
Baris 58 ⟶ 72:
[[Kategori:Filsuf Pencerahan]]
[[Kategori:Pemikiran bebas]]
[[Kategori:Penulis filsafat]]