Baruch de Spinoza: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(13 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{inuse}}{{Infobox philosopher|region={{tree list}}
* [[Filsafat barat]]|era={{plainlist|
* [[Filsafat abad ke-17]]
Baris 40:
=== Dikucilkan dari Sinagoge ===
[[Berkas:Hirszenberg,_Spinoza_wyklêty_(Excommunicated_Spinoza),_1907.jpg|jmpl|''Spinoza yang dikucilkan'' oleh [[Samuel Hirszenberg]] (1907), lukisan kedua dari dua lukisan modernnya yang membayangkan kehidupan Spinoza.]]
Amsterdam merupakan kota yang toleran terhadap keberagaman agama. Orang-orang Yahudi juga secara bebas dapat menjalankan kepercayaannya dan tidak dikurung didalam [[ghetto]] . Komunitas Yahudi di sana berkepentingan untuk melindungi reputasinyareputasi mereka dan tidak berhubungan dengan Spinoza.{{Sfn|Nadler|2001|pp=17–22}} Spinoza awalnya tidak secara terbuka mengemukakan pandangannya tentang otoritas Yahudi. SetelahNamun, setelah ayahnya meninggal pada tahun 1654, ia secara terbuka mengkritik dan menentang otoritas Yahudi. Hal ini berakibat tekanan agama, keuangan, dan hukum yang berkepanjangan yang dialaminya dari komunitas Yahudi.{{Sfn|Nadler|2001|p=25}}
 
Pada tanggal 27 Juli 1656, para pemimpin komunitas Talmud Torah, termasuk Aboab de Fonseca,{{Sfn|Israel|2023|p=74}} mengeluarkan surat ''herem'' melawan Spinoza yang masih berusia 23 tahun.{{Sfn|Scruton|2002|p=21}} Pengecaman terhadap Spinoza adalah yang paling keras yang pernah diucapkandiberikan dalam masyarakat itu, dan membawa dampak emosional dan spiritual yang luar biasa.{{Sfn|Nadler|2001|pp=2-7}} Alasan pasti pengucilan Spinoza dalam herem tersebut adalah: "bid'ah yang keji", "perbuatan yang mengerikan", dan kesaksian para saksi "di hadapan Espinoza tersebut".{{Sfn|Smith|2003|p=xx}} Meskipun pemerintah kota Amsterdam tidak terlibat langsung dalam pengecaman terhadap Spinoza, dewan kota secara tegas memerintahkan komunitas Portugis-Yahudi untuk mengatur perilaku mereka dan memastikan bahwa komunitas tersebut tetap menaati hukum Yahudi.{{Sfn|Nadler|2001|p=19}}
 
Sebelum pengusiran, Spinoza belum menerbitkan apapun atau menulis risalah; [[Steven Nadler]] menyatakan bahwa jika Spinoza menyuarakan kritiknya terhadap Yudaisme yang kemudian muncul melalui karya filosofisnya, seperti Bagian I dari [[Etika (buku Spinoza)|''Etika'']], maka tidak heran jika ia dihukum berat.{{Sfn|Nadler|2001|p=16}} Dia mungkin sudah menyuarakan pandangan yang diungkapkan kemudian dalam ''[[Tractatus Theologico-Politicus|Risalah Teologis-Politiknya]]'' bahwa otoritas sipil harus merepresi Yudaisme karena dianggap merugikan orang-orang Yahudi itu sendiri. Tidak seperti kebanyakan kecaman yang dikeluarkan oleh jemaat Amsterdam, kecaman tersebut tidak pernah dibatalkan. Setelah kecaman tersebut, Spinoza dikatakan pernah menulis sebuah surat [[Apologi|Permintaanpermintaan Maafmaaf]] dalam bahasa Spanyol kepada para pemimpin komunitas Yahudi, dimana ia membela pandangannya dan mengutuk para rabi, namun surat tersebut dinyatakan hilang.{{Sfn|Scruton|2002|p=22}}
 
Pengusiran Spinoza dari komunitas Yahudi tidak membuatnya menganut agama Kristen.{{Sfn|Israel|2023|pp=229-30}} Dari tahun 1656-1661, Spinoza mencari penginapan di Amsterdam dan Leiden. Ia hidup dari mengajar sambil belajar menggiling lensa dan membuat mikroskop dan teleskop.{{Sfn|Israel|2023|p=243}} Spinoza tidak mempertahankan identitas Yahudinya; ia berpendapat bahwa tanpa kepatuhan terhadap hukum Yahudi, orang-orang Yahudi tidak memiliki dasar perbedaan dan identitas, ia menganggap bahwa gagasan tentang Yahudi sekuler adalah tidak koheren.{{Sfn|Nadler|2011|p=167}}
=== Akhir Hidup ===
Dalam keadaan yang telah dikucilkan, Spinoza mencari nafkah dengan cara mengasah lensa sambil terus menerus menuliskan pemikiran-pemikirannya.<ref name="Hardiman">F. Budi Hardiman. 2007. Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia. Hal. 43-52.</ref> Tidak lama setelah pengucilan ini, Spinoza mengidap penyakit TBC.<ref name="Tjahjadi">Simon Petrus L. Tjahjadi. 2007. Tuhan Para Filsuf dan Ilmuwan. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 28-36.</ref> Pada tahun 1673, dia diundang untuk mengajar di universitas [[Heidelberg]] namun ia menolaknya.<ref name="Hardiman"/> Alasan Spinoza menolak undangan ini dikarenakan baginya tidak ada yang lebih mengerikan daripada kenyataan bahwa orang-orang dihukum mati karena berpikir bebas.<ref name="Hardiman"/> Semasa hidupnya, Spinoza juga bekerja sebagai guru pribadi pada beberapa keluarga kaya dan dari sinilah Spinoza bertemu dengan tokoh-tokoh partai politik Belanda saat itu, antara lain [[Jan de Witt]].<ref name="Tjahjadi"/> Akhirnya pada tanggal 21 Februari 1677 Spinoza meninggal pada usia 44 tahun karena penyakit TBC paru-paru yang telah lama ia derita.<ref name="Hardiman"/>
 
=== FilosofiKelompok studi ===
Sejak tahun 1654, Spinoza mulai belajar bahasa Latin kepada Franciscus van den Enden, seorang mantan [[Yesuit]] dan ateis, yang kemungkinan besar memperkenalkan Spinoza pada filsafat skolastik dan modern, termasuk Descartes, yang mempunyai pengaruh dominan terhadap filsafat Spinoza.{{Sfn|Nadler|2018|pp=129-30}} Saat tinggal di Van den Enden, Spinoza belajar di sekolahnya. Di sana, ia juga belajar seni dan ilmu sains.{{Sfn|Nadler|2018|pp=125-26}} Banyak dari temannya adalah pemikir bebas yang sekuler dan tergabung dalam kelompok yang menolak otoritas gereja Kristen dan dogma tradisional.{{Sfn|Israel|2023|pp=342}} Spinoza juga berteman dengan anggota Collegiants, sekelompok [[Gereja Menonit|Mennonit]] yang tidak puas dan sekte Reformed lain yang berbeda pendapat teologi ortodoks.{{Sfn|Nadler|2018|p=168}} Jonathan Israel menduga bahwa tokoh lain yang mempengaruhi Spinoza adalah penerjemah ateis Jan Hendriksz Glazemaker, seorang kolaborator teman Spinoza dan penerbit Rieuwertsz, yang juga memperkenalkan Spinoza pada filsafat Cartesian, matematika, dan penggilingan lensa.{{Sfn|Israel|2023|pp=338-39}}
=== Substansi Tunggal ===
 
Setelah mempelajari bahasa Latin dengan Van Enden, Spinoza belajar di [[Universitas Leiden]] pada tahun 1658.{{Sfn|Nadler|2018|p=184}} Di sana, ia mengaudit kelas filsafat Cartesian.{{Efn|[[Steven Nadler]] speculates that Spinoza Latinized his name at Leiden because all instruction was in Latin.{{sfn|Nadler|2018|p=193}}}} Dari tahun 1656-61, mitra diskusi utama Spinoza adalah Van den Enden, Pieter Balling, Jarig Jelles, Lodewijk Meyer, Johannes Bouwmeester dan Adriaan Koerbagh.{{Sfn|Israel|2023|pp=333-38}} Pengikut Spinoza, atau sekte filosofis,{{Sfn|Israel|2023|p=322}} menelaah argumen ''Etika'' ketika masih berupa naskah draf dan teks kedua Spinoza, ''Short Treatise on God, Man, and His Well-Being''.{{Sfn|Israel|2023|p=330}} Reputasi publik mereka di Amsterdam buruk. Ole Borch mengejek mereka sebagai "ateis".{{Sfn|Israel|2023|p=344}} Sepanjang hidupnya, Spinoza mempunyai tendensi untuk menghindari pertarungan intelektual secara terbuka dan kontroversi publik. Ia menganggap bahwa hal-hal ini sebagai pemborosan energi yang tidak memiliki tujuan.{{Sfn|Israel|2023|p=343}}
Pandangan Spinoza mengenai substansi tunggal merupakan tanggapannya atas pemikiran Descartes tentang masalah substansi dan hubungan antara jiwa dan tubuh.<ref name="Weij">{{id}}P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: Gramedia. Hal. 74-80.</ref> Dalam filsafat Descartes, terdapat sebuah permasalahan yaitu bagaimana Allah, jiwa, dan dunia material dapat dipikirkan sebagai satu kesatuan utuh?<ref name="Tjahjadi"/> Dalam bukunya ''Ethica, ordine geometrico demonstrata'' (Etika yang dibuktikan dengan cara geometris), Spinoza mencoba menjawab permasalahan ini.<ref name="Tjahjadi"/> Ia memulai menjawab permasalahan dari filsafat Descartes dengan memberikan sebuah pengertian mengenai substansi.<ref name="Tjahjadi"/> Substansi dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri dan dipikirkan oleh dirinya sendiri, artinya sesuatu yang konsepnya tidak membutuhkan konsep lain untuk membentuknya.<ref name="Tjahjadi"/> Menurut Spinoza, sifat substansi adalah abadi, tidak terbatas, mutlak, dan tunggal-utuh.<ref name="Tjahjadi"/> Bagi Spinoza, hanya ada satu yang dapat memenuhi definisi ini yaitu [[Allah]].<ref name="Tjahjadi"/> Menurut Spinoza, sifat substansi adalah abadi, tidak terbatas, mutlak, dan tunggal-utuh.<ref name="Tjahjadi"/> Bagi Spinoza, hanya ada satu yang dapat memenuhi definisi ini yaitu [[Allah]].<ref name="Tjahjadi"/> Hanya Allah yang memiliki sifat yang tak terbatas, abadi, mutlak, tunggal, dan utuh.<ref name="Tjahjadi"/> Selain itu, Spinoza juga mengajarkan apabila Allah adalah satu-satunya substansi, maka segala yang ada harus dikatakan berasal daripada Allah.<ref name="Tjahjadi"/> Hal ini berarti semua gejala pluralitas dalam alam baik yang bersifat jasmaniah (manusia, flora dan fauna, bahkan bintang) maupun yang bersifat rohaniah (perasaan, pemikiran, atau kehendak) bukanlah hal yang berdiri sendiri melainkan tergantung sepenuhnya dan mutlak pada Allah.<ref name="Tjahjadi"/> Untuk menyebut gejala ini, Spinoza menggunakan sebuah istilah yaitu ''[[modi]]''.<ref name="Weij"/> ''Modi'' merupakan bentuk atau cara tertentu dari keluasan dan pemikiran.<ref name="Weij"/> Dengan demikian, semua gejala dan realitas yang kita lihat dalam alam hanyalah ''modi'' saja dari Allah sebagai substansi tunggal.<ref name="Tjahjadi"/> Dengan kata lain, alam dan segala isinya adalah identik dengan Allah secara prinsipil.<ref name="Tjahjadi"/>
 
Kata kunci ajaran Spinoza adalah ''Deus sive natur'' (Allah atau alam).<ref name="Weij"/> Yang berbeda dari ajaran ini hanyalah istilah dan sudut pandangnya saja.<ref name="Tjahjadi"/> Sebagai Allah, alam adalah ''natura naturans'' (alam yang melahirkan).<ref name="Tjahjadi"/> ''natura naturans'' dipandang sebagai asal usul, sebagai sumber pemancaran, sebagai daya pencipta yang asali.<ref name="Weij"/> Sebagai dirinya sendiri, alam adalah ''natura naturata'' (alam yang dilahirkan) yaitu sebuah nama untuk alam dan Allah yang sama tetapi dipandang menurut perkembangannya yaitu alam yang kelihatan.<ref name="Weij"/> Dengan ini Spinoza membantah ajaran [[Descartes]] bahwa realitas seluruhnya terdiri dari tiga substansi (Allah, jiwa, materi).<ref name="Tjahjadi"/> Bagi Spinoza hanya ada satu substansi saja, yakni Allah/alam.<ref name="Tjahjadi"/>
 
== Karya-karyanya ==