Siregar: Perbedaan antara revisi

|suku=[[Suku Batak|Batak]]
|kerabat={{ubl

|[[Aritonang]]}}

Selain bermukim di wilayah [[Kabupaten Tapanuli Utara|Tapanuli Utara]] dengan kebudayaan [[Suku Batak Toba|Batak Toba]], sebagian besar kelompok keturunan marga Siregar juga bermukim di daerah [[Kabupaten Tapanuli Selatan|Tapanuli Selatan]] dan [[Kabupaten Mandailing Natal|Mandailing Natal]], dengan kebudayaan [[Suku Angkola|Batak Angkola]] dan merupakan marga terbesar di suku Batak.

Kisah lahirnya '''Silali''' bermula dari Si Boru Pandan So MalosSomalos boru [[Limbong]] (istri Toga Siregar). Diceritakan, istri Toga Siregar resah dan ingin segera memiliki anak laki-laki karena selama ini selalu melahirkan anak perempuan. Sedangkan istri klan [[Parhusip|Nainggolan Parhusip]] sebaliknya, selalu melahirkan anak laki-laki dan ingin mempunyai anak perempuan. Pada suatu kesempatan tanpa diduga mereka sama-sama mengandung dan secara kebetulan pula mereka melahirkan pada waktu yang bersamaan. Namun, Si Boru Pandan So MalosSomalos boru Limbong kembali melahirkan anak perempuan dan istri Nainggolan Parhusip melahirkan anak laki-laki lagi. Akhirnya dibantu Sang Si Baso (yang membantu persalinan), istri Siregar dan istri Parhusip kemudian sepakat untuk mengadakan pertukaran untuk mencapai keinginan tadi. Manahan Laut (anak Parhusip) akhirnya menjadi Silali, sebagai gantinya anak perempuan Siregar yang bernama Sitatap Birong menjadi anak dari Parhusip. Demikianlah pertukaran terjadi bahkan tanpa sepengetahuan suami mereka. Dan atas dasar kesepakatan itu mereka merahasiakannya; rahasia/husip.

Pertukaran anak ini menjadi suatu perjanjian ({{lang-bbc| '''Padanpadan''' (perjanjian/ikrar}}). Bukan hanya marga Nainggolan Parhusip dengan marga Siregar Silali saja, tetapi padan ini dipegang dan dihormati seluruh keturunan Toga Siregar dan Toga Nainggolan. Hingga kini, Siregar dan [[Nainggolan]] tidak boleh menikah satu sama lain.

{{reflistReflist}}