Dewi Sartika: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Peninggalan: sekolah kautamaan istri |
Badak Jawa (bicara | kontrib) k Mengembalikan suntingan oleh 111.223.255.114 (bicara) ke revisi terakhir oleh Noerintan Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(4 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 23:
Pasca kemerdekaan, kesehatan Dewi Sartika mulai menurun. Ketika terjadi [[Agresi Militer Belanda]] dalam masa [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|perang kemerdekaan]], ia terpaksa ikut mengungsi ke [[Tasikmalaya]]. Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di [[Cineam, Tasikmalaya|Cineam]] dan dimakamkan di sana. Ia wafat tepat dua tahun [[Radio Republik Indonesia]] mengudara di seantero Indonesia. Setelah keadaan aman, makamnya dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung.<ref name="agustina42"/><ref name="Aning66"/>
=== Masa kecil ===
Dewi Sartika adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal atas kontribusinya dalam pendidikan perempuan di tanah Sunda. Masa kecilnya penuh dengan pengaruh lingkungan yang membentuk karakternya sebagai pejuang pendidikan. Ia lahir pada 4 Desember 1884 di Cicalengka, Kabupaten Bandung, dari pasangan [[Raden Rangga Somanagara]] dan [[Raden Ayu Rajapermas]]. Keluarganya berasal dari kalangan priyayi Sunda, yang memberikan Dewi Sartika akses kepada pendidikan, sesuatu yang jarang didapat oleh perempuan pada masa itu.<ref name=":2">{{Cite book|last=Budianta|first=Melani|date=1995|title=Perempuan-Perempuan Nusantara|location=Jakarta|publisher=Yayasan Obor Indonesia|url-status=live}}</ref>
Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan minat yang besar dalam dunia pendidikan. Ketika tinggal di [[Kota Bandung|Bandung]] bersama pamannya, seorang Patih Bandung, ia sering memperhatikan cara-cara belajar anak-anak Belanda di sekolah. Rasa keingintahuan ini membuat Dewi Sartika mencoba mengajarkan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung kepada anak-anak di sekitar rumahnya, meskipun dalam lingkungan yang serba terbatas. Dengan menggunakan peralatan sederhana seperti batu tulis, ia berhasil mengajarkan dasar-dasar pendidikan.<ref>{{Cite journal|last=Lestari|first=Dini R.|date=2017|title=Dewi Sartika dan Pendidikan Perempuan di Jawa Barat|journal=Jurnal Pendidikan Sejarah|volume=12|issue=2|pages=108-118}}</ref>
Dorongan dari keluarganya yang berpendidikan serta kecerdasannya yang alami membuat Dewi Sartika semakin bertekad untuk memperjuangkan pendidikan bagi perempuan. Meski menghadapi tantangan besar, ia percaya bahwa pendidikan merupakan kunci untuk membebaskan perempuan dari keterbatasan yang dipaksakan oleh budaya dan adat istiadat pada masa itu.<ref>{{Cite book|last=Sartono|first=Kartodirdjo|title=Pengantar Sejarah Indonesia Baru|location=Jakarta|publisher=Gramedia|url-status=live}}</ref> Pada tahun 1904, ia mendirikan sekolah perempuan pertama di Jawa Barat, yaitu ''[[Sakola Istri]]'' di Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah ini kemudian berkembang dan menjadi inspirasi bagi lahirnya sekolah-sekolah perempuan lainnya di Indonesia.<ref name=":2" />
== Peninggalan ==
|